Berdasarkan sebuah artikel yang ditulis CNN, terdapat tujuh tempat paling menyeramkan di seluruh dunia. Semua tempat itu sekarang sudah ditinggalkan dan tidak terurus sama sekali. Kisah yang mereka miliki juga tidak main-main, sehingga membuat cerita-cerita macam Hantu Rumah Pondok Indah yang menyesatkan seorang penjual nasi goreng menjadi tidak ada artinya. Nah, salah satu dari “tujuh keajaiban” tadi adalah Rumah Sakit Jiwa Gonjiam yang terletak di Gyeonggi – Korea Selatan.
Fakta bahwa ini merupakan rumah sakit jiwa sudah membuat tendensi negatif. Rumah sakit jiwa bisa dibilang adalah tempat di mana orang secara halus melupakan mereka yang dianggap sudah tidak normal atau tidak cocok dalam kehidupan bermasyarakat. Ini membuat operasional dari sebuah rumah sakit jiwa menjadi cukup memprihatinkan. Mereka kerap kali terbengkalai karena kurangnya sokongan dana, fasilitas dan tenaga medis. Untuk kasus Gonjiam, RS ini sebetulnya masih beroperasi hingga tahun 1995. Tapi, desas-desus menyebutkan bahwa sang pemilik menganiaya pasiennya. Ketika pemerintah datang melakukan investigasi, semua sudah terlambat. Para pasien meninggal secara misterius dan si pemilik diduga melarikan diri ke Amerika. Mulai dari situ, Rumah Sakit Gonjiam pun dikosongkan.
Film kemudian berangkat dari urban legend ini. Sekelompok orang yang mengelola sebuah serial misteri di YouTube Channel berencana untuk menguak teka-teki Gonjiam. Mereka kemudian dibantu oleh beberapa orang yang memang diundang untuk mengikuti uji nyali. Tayangan Gonjiam renacananya akan disiarkan secara langsung dan target penonton untuk episode ini adalah satu juta penonton.
Kita akan mengikuti perjalanan seluruh kru dan peserta, yang dimulai dari H-2. Satu bagian yang cukup penting karena berisi perkenalan peserta, kru, dan sedikit penjelasan teknis. Di sini masing-masing karakter mulai membangun kekompakan. Empat peserta yang diundang semakin bersifat terbuka sehingga kita bisa melihat keunikan masing-masing. Tapi jika harus memilih, Sung-Hoon dan Ah-Yeon menjadi yang paling menonjol. Penonton langsung dapat merasakan kecocokan yang timbul dari mereka berdua. Sung-Hoon yang suka mengolok-olok dan Ah-Yeon yang sepertinya kalem padahal bisa melancarkan serangan balik mematikan. Duet ini menjadi pasangan yang serasi dan paling banyak didukung setibanya mereka di Gonjiam karena setelah sampai di sana tim akan dipisah menjadi sepasang-sepasang. Sementara enam orang sudah masuk ke Gonjiam, sang kapten tetap stand by di posko untuk memberikan arahan, memonitor kamera dan mengecek jumlah viewers yang online.
Kesan pertama yang muncul dari Gonjiam adalah, film ini tidak hanya memadukan source material yang bagus dengan teknik modern ala found-footage. Ceritanya pun dibuat mengikuti perkembangan zaman dengan mempertanyakan makna “viral” di social media. Salah satu motif terbesar dalam melakukan uji nyali ini adalah untuk mendapatkan uang. Semakin banyak orang yang menonton, semakin tinggi popularitas dan reward yang mereka dapat dari pengiklan. ‘Gonjiam Haunted Asylum’ secara tersirat menyampaikan kritik sosial bagi kita yang mudah termakan segala sesuatu yang terlihat begitu menggiurkan. Apalagi sekarang semuanya bisa diraih secara instan. Ketujuh orang tadi mengesampingkan bahaya dan tidak menghormati nilai sakral sebuah tempat demi kepuasan batin dan kepentingan sendiri. Lewat dalih ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi, orang-orang ini langsung masuk tanpa permisi.
Poin positif berikutnya adalah mengenai cerita. Cukup tidak menduga Gonjiam punya storyline yang asyik. Film ini bukan hanya soal “uka-uka” semata, pun tidak hanya membuat kita menunggu kapan penampakannya akan tiba. Tanpa mengesampingkan penuansaan dan visualisasi real-time horror yang memang sudah dirancang dengan sedemikian rupa, ada kejutan yang muncul di pertengahan kisahnya. Sebuah pengarahan tak terduga yang membuat film semakin berwarna. Kita tidak hanya disuguhkan kepanikan dan drama. Kita juga geregetan ketika di satu titik, pengarahan yang kami singgung tadi justru memicu kekuatan yang lebih gila lagi. Jelas merupakan keputusan tepat. Toh pada akhirnya kekuatan supranatural Gonjiam bisa dirasakan secara total, baik itu di dalam maupun di luar bangunan.
Sayang, kejutan tadi meninggalkan sedikit celah. Sulit untuk memercayai hal ini karena semua sudah tertata dengan begitu baik. Saking tertatanya, penonton jadi mengikuti ritme permainan sehingga menghiraukan satu hal penting. Kemudian akhir film juga lebih ringkas dari yang diperkirakan. Mulai dari saat para peserta masuk ke Gonjiam, kapten tim meski terpisah dari yang lain tetap tidak luput dari perhatian. Ada harapan tertentu bagi orang ini dan harapan tersebut jadi semakin kuat gara-gara konflik yang muncul di pertengahan show. Tapi, apa yang ditunjukkan setelahnya belum sepadan, terutama jika dibandingkan dengan pengalaman yang dialami rekan-rekannya. Terakhir, film juga nampak tidak memiliki banyak waktu. Terdapat satu bagian yang diharapkan menjadi klimaks dari segala kengerian ini. Set up-nya sudah bagus, tapi akhirnya diselesaikan begitu saja.
Walau begitu, Gonjiam tetap recommended. Ini adalah apa yang kita butuhkan jika ingin menikmati horor secara maksimal di sinema. Cerita yang premis awalnya nampak biasa-biasa saja, sukses dibuat menjadi lebih hidup sehingga berhasil memunculkan kengerian dari sebuah tempat yang memang benar-benar ada. Detail suara dan pergantian kamera yang baik di layar dari GoPro ke handheld camera kemudian ke jenis lainnya membuat unsur visual lebih dinamis. Meski tetap berada di jalur sederhana, namun eksekusinya tidak bikin pusing mata. Terakhir, penampakannya. Asli, speechless! Kuatkan tekadmu karena setan-setan Gonjiam tidak main-main. Berbeda dengan jika menonton film via streaming, di bioskop kamu tidak akan bisa melarikan diri. Jadi buat Chillers selamat menikmati seramnya film ini di bioskop terdekat di kota kamu.
Director: Jung Bum-Sik
Starring: Wi Ha-Joon, Lee Seung-Wook, Park Sung-Hoon, Yoo Jee-Yoon, Oh Ah-Yeon, Park Ji-Hyun, Moon Ye-Won
Score: 8.0/10