Inilah film animasi produksi Ghibli yang berhasil mencatatkan prestasi sebagai film dengan raihan tertinggi dari seluruh film yang dirilis pada tahun 2013. Film ini juga meninggalkan makna yang teramat mendalam bagi kalangan penyuka film-film animasi karya Hayao Miyazaki, karena film yang punya judul Kaze Tachinu! dalam bahasa aslinya ini sempat menjadi persembahan terakhir dari insan perfilman kondang tersebut yang menyatakan dirinya memutuskan pensiun dari kiprah penyutradaraannya selepas ini, meski belakangan sang maestro menarik ucapannya.
Film rilisan Toho yang rilis perdana di Jepang pada 20 Juli 2013 dan juga dirilis di negeri Paman Sam di bawah bendera Touchstone Pictures pada 21 Februari 2014 ini meski kisahnya diangkat dari manga, namun memiliki nilai lebih dibanding kebanyakan film adaptasi manga karya sang sineas lainnya. Hal ini dikarenakan, meski dalam tuangan buah kreasinya ini sarat dengan unsur fiksi, fokus ceritanya adalah tokoh Jepang yang benar-benar ada yakni Jiro Horikoshi, desainer the Mitsubishi A5M beserta suksesor kondangnya, the Mitsubishi A6M Zero, dua tipe pesawat terbang yang digunakan kekaisaran Jepang di masa Perang Dunia II.
Merupakan hasil pengembangan dari cerita pendek berjudul The Wind Has Risen karya seniman yang hidup di Jepang pada periode Showa (pertengahan abad ke-20 Sesudah Masehi) bernama Tatsuo Hori, film karya penyutradaraan paling gres sang sineas mengisahkan perjalanan hidup seorang bocah kampung bernama Jiro Hirokushi (Anno), yang punya minat besar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kedirgantaraan dan memiliki impian bisa menciptakan pesawat terbang suatu hari nanti. Terlebih pasca ‘perjumpaannya’ dengan desainer pesawat terbang asal Italia, Gianni Caprioni (Mansai) melalui media mimpi.
Berusaha mewujudkan cita-cita masa kecilnya, Jiro memutuskan merantau ke Tokyo mengambil pendidikan di Jurusan Teknik guna dapat selangkah lebih dekat lagi ke mimpinya. Dalam perantauannya itulah ia berkenalan dengan seorang gadis muda bernama Naoko Satomi (Takimoto). Dari perjumpaan itulah berawal kisah cinta romansa yang indah namun getir dalam perjalanan karier yang ditapaki Jiro sebagai desainer pesawat terbang yang mengubah dunia kedirgantaraan Jepang untuk selamanya.
Yang menjadikan The Wind Rises punya kualitas jauh di atas rata-rata kebanyakan film lainnya adalah daya jangkaunya yang teramat luas. Dalam penuangan ceritanya, lewat comebacknya ke bangku penyutradaraan pasca absen selama lima tahun, Miyazaki tidak hanya menawarkan hiburan semata namun juga sekaligus memberikan gambaran yang realistis dengan memasukkan banyak unsur filosofis dan realita hidup dalam memperlihatkan upaya seseorang dalam mengejar mimpinya maupun menemukan serta membina cinta sejatinya. Terbukti , formula ini berbuah sangat manis, di mana film ini tidak hanya mampu merajai tangga box office di negerinya, namun juga mendapat pengakuan dari kalangan kritikus sebagai karya yang sangat apik dan berkualitas, dalam bentuk terpilihnya karya terakhir sang sineas ke daftar nominasi berbagai ajang penghargaan bergengsi internasional di kategori Best Foreign Language Film maupun Best Animated Feature.