“Do you know why I admire you, Newt? You do not seek power. You simply ask, “Is a thing… right?” – Albus Dumbledore.
Saga Wizarding World of Harry Potter kembali. Setelah sukses mengenalkan para karakter barunya, J.K Rowling rupanya akan mengarahkan franchise baru ini ke era keemasan Grindelwald, Dark Wizard before Voldemort. Johnny Depp pun mendapatkan peran sekaligus nama karakternya dalam subjudul film. Dan sebagai lawan mainnya, ditunjuklah Jude Law sebagai Albus Dumbledore, karakter legendaris yang telah ada sejak saga Harry Potter. Dan tentunya, masih ditangani oleh David Yates.
Opening film yang cukup memukau, tentu saja pelarian sang Dark Magician Grindelwald (Johnny Depp) dari Kementrian Sihir Amerika, MACUSA akan menjadi pembuka yang tepat. Berjarak 6-9 bulan setelah kejadian dalam film pertama, Newt Scamander (Eddie Redmayne) tak mendapatkan lagi lisensi izinnya untuk bepergian keluar negeri. Saat itulah ia mendengar bahwa Credence Barebone (Ezra Miller), victim yang menelan kekuatan Obsculus masih hidup. Menjadi seorang Obscurial (manusia yang menyerap kekuatan Obsculus) menyelamatkan Credence hingga ia dapat mencari jati dirinya, mencari siapa dan darimana garis keturunannya berada hingga menuntun-nya ke Paris.
Di lain tempat, MACUSA mengutus Auror (Penegak Hukum) Tina Goldstein (Katherine Waterston) untuk mencari dan membunuh Credence, begitu pula dengan Kementerian Sihir Inggris. Sedangkan adik Tina, Queenie (Alison Sudol) mengunjungi Newt di Inggris bersama dengan Jacob (Dan Fogler). Newt akhirnya terseret kembali kedalam perseteruan, karena Dumbledore (Jude Law) mengutusnya untuk menemukan Credence lebih dulu sebelum Grindelwald. Sembari mengunjungi Paris (dengan ilegal), Newt berhasil kembali bereuni dengan Tina.
Grindelwald rupanya tengah membangun pasukannya dari pengikut pureblood (darah penyihir murni) untuk menginvasi dunia Muggles (non-penyihir). Setelah memata-matai Credence, ia membuat sebuah pertemuan terbuka dengan penyihir-penyihir berdarah murni di Paris. Menyadarkan mereka tentang gagasannya menata kembali dunia yang bebas, dimana dunia penyihir tak lagi hidup dalam bayang-bayang.
Jika dibandingan dengan keganasan Voldemort, tentu saja kita belum bisa menilai Grindelwald hanya dengan melihat film ini. Berbeda dengan Tom Riddle yang dari awal Harry Potter diceritakan sudah banyak ditakuti masyarakat, Grindelwald masih membangun citranya. Hal ini ditunjukkan dari isi pidatonya yang benar-benar menarik, cerdas dan licik untuk menarik hati pengikutnya. Membuat para Auror terlihat buruk dimata masyarakat sihir. Dan inilah tindak kriminal Grindelwald yang paling menyeramkan, memengaruhi hati penyihir dengan ketulusan gagasannya.
Film ini tidak terlalu cocok diberi sub judul The Crimes of Grindelwald, karena rupanya Credence Barebone lah yang nampaknya menjadi masalah utama. Teka-teki terkait siapa keluarga asli Credence-lah yang terasa dibuat terlalu rumit sehingga penonton baru, harus lebih banyak menaruh perhatian sepanjang film untuk dapat menikmati alurnya. Terlalu banyaknya karakter yang terpaksa dimasukkan di film ini (meski dengan tujuan jangka panjang) rupanya membuat storyline film ini semakin lemah. Akibatnya, karakter utama terpaksa berpindah dari tempat ke tempat lainnya hanya dengan maksud ‘menyisipkan’ karakter monster, karena hei, ini masih film dengan judul ‘Fantastic Beasts’ loh.
Dengan banyaknya karakter, otomatis porsi karakter utama akan berkurang. Hal ini justru sangat disayangkan untuk Katherine Waterston yang berperan sebagai Tina yang kurang menonjol seperti film pertamanya. Fokus karakter pun semakin tersebar. Bahkan karakter kontroversial Nagini dan Nicholas Flamel menjadi useless. Beberapa karakter itu dikeluarkan di film ini hanya untuk tujuan jangka panjang franchise ini (yang rencananya akan mencapai lima film) sehingga kualitas film ini tentu saja menurun dibandingkan film debutnya dua tahun lalu.
Untungnya, semua kekurangan itu dapat ditutupi dengan konklusi dari third act yang menjanjikan. Rowling sukses menyelesaikan teka-teki tersebut dengan penutup dan twist yang menarik. Terkait siapa keluarga Credence, apa hubungannya dengan Lestrange, dan mengapa Dumbledore tidak bisa turun tangan langsung untuk menghadapi Grindelwald, semua misteri tersebut terungkap. Jika kamu merasa ada yang terlewat, lebih baik tonton ulang, karena mungkin bisa jadi kamu kurang aware dengan beberapa quote dalam film.
Meski beberapa komentar mengatakan bahwa film ini kurang baik, dimana sisi pengambilan kameranya kadang terlalu close up memang agak menggangu), penuturan ceritanya juga agak njelimet dan terkesan buang-buang waktu. Film ini cukup menghibur walau tak sebaik pendahulunya, namun sukses membawa seri Fantastic Beasts jauh lebih menarik dengan latar belakang karakter-karakter yang tak asing lagi dari saga Harry Potter.
Akhir kata, film ini masih menjadi tontonan menarik untuk anda yang menggemari dunia sihir modern J.K. Rowling. Dan jangan lewatkan segudang twist menariknya hingga Epic Battle Dumbledore vs Grindelwald yang telah dikonfirmasi Rowling akan hadir di film-film selanjutnya.
‘Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald’ sudah bisa Chillers tonton di bioskop-bioskop terdekat di kota kamu dan saksikan kemegahan dunia magis terbaru dari J.K Rowling.
Director: David Yates
Starring: Eddie Redmayne, Katherine Waterston, Dan Fogler, Alison Sudol, Ezra Miller, Jude Law, Zoe Kravitz, Callum Turner, Claudia Kim dan Johnny Depp.
Duration: 134 Minutes
Score: 7.8/10