Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

Europe on Screen 2020 Akan Digelar! Sajikan 40 Film Berkualitas dari 25 Negara Eropa

Berikut Ini Beberapa Film Unggulan yang Bisa Kita Saksikan

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
November 29, 2020
in Featured, Movies
Europe on Screen 2020 Akan Digelar! Sajikan 40 Film Berkualitas dari 25 Negara Eropa
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

‘Corpus Christi’, Beraninya Seorang Kriminil Memalsukan Persona Pemimpin Agama

‘My Donkey, My Lover & I’, Mengejar Sang Kekasih Ditemani Seekor Keledai

Pada Senin (2/11), festival film “Europe on Screen” (EoS) sudah mengumumkan line-up film mereka untuk gelaran tahun ini. Digelar secara online, EoS menyajikan 40 film berkualitas dari 25 negara Eropa, yang seluruhnya belum pernah diputar di bioskop komersil Indonesia. Ada yang merupakan pemenang festival internasional, dan ada juga yang menjadi perwakilan negaranya untuk Oscar. Kira-kira film apa saja yang berhasil menyita perhatian? Baca selengkapnya di bawah ini.

SWOON (Swedia)

Sutradara: Mans Marlind, Bjorn Stein

Film ini adalah film pembuka gelaran Europe on Screen 2020. Diambil berdasarkan kisah nyata, yang bercerita tentang kisah cinta terlarang antara ahli waris taman hiburan yang sebetulnya keluarga mereka itu saling bersaing satu sama lain. Dua keluarga yang saling mengalahkan ini gak sadar kalau anak-anak mereka justru saling jatuh cinta.

Film yang rilis di wilayah Skandinavia pada Valentine’s Day ini sarat akan unsur magical realism dengan latar tahun 40-an. Ini terlihat dari desain produksinya, kostum, dan make-up nya. Sutradara Marlind and Stein melakukan pendekatan interpretasi dalam menciptakan setting 40-an. Begitu juga dengan kostum yang dirancang oleh Margret Einarsdottir.

Menurut aktris utamanya, Frida Gustavsson, seperti yang dikutip di Vogue, Margret lebih mengikuti mood dibanding saklek sama pola-pola vintage. Diharapkan “Swoon” dapat menjadi pembuka festival yang romantis, estetik, fun, dan juga menyentuh.

 

HOW ABOUT ADOLF (Jerman)

Sutradara: Soenke Wortmann

Jika tadi sudah dibuka, maka “How About Adolf” yang nanti akan menutup Europe on Screen 2020. Ber-setting dalam sebuah kesempatan kumpul-kumpul, mood orang-orang jadi berubah drastis ketika salah seorang pasangan yang datang diketahui akan memakai nama Adolf untuk anak mereka nanti.

Dari sini aja kita bisa melihat bahwa film sarat akan humor-humor sarkas dan bukannya tidak mungkin bakal ofensif, which is bisa menjadi bumerang atau sesuatu yang bold.

“How About Adolf” difilmkan dari sebuah pementasan Perancis yang berjudul “Le Prenom”. Sedikit trivia sejarah, Deutshce Welle menulis kalau “Adolf” sendiri adalah sebuah nama yang dulu banyak digunakan di Jerman hingga zaman Nazi.

Hanya saja, sejak tahun 1951 dan seterusnya nama Adolf hampir gak pernah digunakan lagi. Jadi, bagaimana perbedaan perspektif akan nama yang tak biasa ini akan bergulir? Saksikan filmnya di hari terakhir festival.

 

CORPUS CHRISTI (Polandia)

Sutradara: Jan Komasa

Bisa dibilang ini film yang paling ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, “Corpus Christi” sudah mendapatkan banyak prestasi luar biasa. Selain menjadi official selection Toronto International Film Festival 2019, film yang menjadi wakil Polandia di Oscar 2020 ini juga sukses masuk nominasi kategori “Best International Feature Film”.

Berhasil masuknya “Corpus Christi” ke Oscar menjadi kali ketiga film Polandia sukses menjadi nominee “Best International Feature Film” dalam enam tahun terakhir.

Ceritanya adalah tentang Daniel, seorang mantan napi yang ingin menjadi pendeta. Ia lalu dikirim ke kota kecil sebagai tukang kayu, cuman dia nekat bilang kalau dirinya adalah pendeta.

Film ini sukses di Polandia karena kedekatannya dengan backgorund masyarakat. Mayoritas orang Polandia beragama Katolik dan “Corpus Christi” memiliki muatan agama Katolik yang kuat.

Lewat cerita yang menarik, film menggunakan konsep kedatangan seorang penyelemat atau Messiah, yang sebetulnya merupakan seorang yang berdosa. Punya tanda-tanda kekerasan dalam hidup. Sebuah pertentangan dalam keyakinan iman dengan sentuhan nekat membuatnya menjadi tontonan yang gak boleh dilewatkan.

 

HOMEWARD (Ukraina)

Sutradara: Nariman Aliev

Debut penyutradaraan Nariman Aliev yang mana langsung berhasil menjadi official selection Cannes Film Festival ke-72, tepatnya di kategori Un Certain Regard. Di sana film ini juga mendapatkan nominasi untuk Golden Camera dan Best Film.

Tidak sampai di situ, “Homeward” juga pergi semakin jauh dengan menjadi wakil Ukraina di Oscar 2020. Film  ini menampilkan kisah perjalanan ayah-anak yang ingin mengubur jenazah dari anak tertua sang ayah, yang wafat akibat perang Ukraina-Rusia. Mereka mau membawa jenazah tersebut ke Crimea dan menguburkannya secara Islam

LA Times menulis bahwa “Homeward” menggambarkan konflik budaya dan konflik antar generasi, terutama yang melibatkan orang Tatar. Mereka adalah kelompok masyarakat yang paling menderita dibawah pemerintahan yang berkuasa.  Nariman sendiri tumbuh besar di Crimea, wilayah yang disebutkkan dalam film sebagai “Jerussalem”.

Menurut Aliev, negaranya memiliki banyak masalah dan cara pertama untuk bisa menjadi negara yang maju adalah dengan mendiskusikan masalah-masalah tersebut. Bisa dibilang, film ini adalah upaya Aliev dalam menyediakan platform untuk menyuarakan dan juga mendiskusikan masalah-masalah tadi.

 

INSTINCT (Belanda)

Sutradara:  Halina Reijn

Film berikutnya yang menjadi debut gemilang sang sutradara. Kali ini adalah Halina Reijn, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai aktris. “Instinct” merupakan perwakilan Belanda untuk Oscar 2020, dan mendapatkan special mention untuk “Best First Feature Film” di Locarno Film Festival 2019.

“Instinct” punya keunggulan dari cast-nya karena dua pemeran utamanya cukup terkenal. Ia adalah Carice Van Houten (Melisandre di “Game of Thrones”) dan Marwan Kenzari (Jafar di “Aladin”). Dua aktor ini akan beradu akting, di mana Carice akan menjadi seorang psikolog berpengalaman.

Suatu hari ia bertemu dengan pemerkosa yang sudah melakukan serangkaian kejahatan seksual. Film terlihat sarat akan unsur manipulatif dan intimidatif. Menurut Halina, itu lah yang membuat “Instinct” ibarat buah terlarang. Banyak yang tertarik, tapi takut. Apalagi di sini akan ada konteks sosial, di mana kita bisa menemui dinamika baru antara pria dan wanita.

 

LENGTHY NIGHT (Armenia)

Sutradara: Edgar Baghdasaryan

Armenia adalah newcomer di Europe on Screen tahun ini. Meski begitu, mereka tidak malu-malu untuk memberikan film terbaik. “Lengthy Night” adalah wakil Armenia untuk Oscar 2020 kemarin. Memiliki cerita yang unik, karena membentang hingga tiga masa berbeda dan hal ini bisa membuat kita penasaran tentang bagaimana kontrol sutradara terhadap durasi dan esensi.

Di sini akan ada sepasang kekasih yang bertengkar. Nah, pertengkaran ini nantinya akan terhubung kepada 3 masa berbeda: Masa kini, Masa Genosida Armenia tahun 1915, dan masa Grigor Nakertasi tahun 900 Masehi. Selain itu, bakal ada sebuah batu yang katanya gak lazim di film ini, cuman berhubungan dengan cerita.

The Hollywood Reporter menulis kalau “Lengthy Night” menyentuh tragedi masa lalu, kemudian kenangan-kenangan tersebut pada realitanya menyatukan sebuah negara hingga saat ini.

 

VARDA BY AGNES (Perancis)

Sutradara: Agnes Varda

This one gonna be emotional. Film dokumenter yang juga sekaligus menjadi film terakhir sutradara legendaris Agnes Varda sebelum wafat tahun lalu. Agnes Varda adalah seorang sutradara kelahiran Belgia yang turut mempelopori gerakan French New Wave.

Gerakan French New Wave sendiri merupakan gerakan sinema Perancis yang terdiri dari kombinasi antara pendanaan independen dan ekspresi personal sutradara. Cinemalinea menulis, ciri khas film-film French New Wave adalah set yang lebih realis, pergerakan kamera yang lebih dinamis, dan cerita yang lebih relatable. Gak lagi soal kerajaan dan warisan masa lalu melulu

Film ini gak cuman ngasih kita gambaran pengalaman Agnes Varda sebagai sutradara, namun juga menunjukkan apa itu “Cine Writing”. Ada 3 hal penting yang ia bicarakan di dalam film: Inpirasi, Kreasi, dan Berbagi.

Guardian menulis, film memberikan bobot yang sama kepada setiap prinsip itu, kemudian kita juga akan melihat Agnes yang menjelaskan keputusan-keputusan kreatifnya dalam membuat film. “Varda by Agnes” menjadi official selection di Berlinale, Toronton International Film Festival (TIFF), dan New York Film Festival (NYFF).

 

AFTERLIFE (Belanda)

Sutradara: Willem Bosch

Film bercerita tentang Sam, seorang remaja yang berduka atas kematian ibunya. Takdir kemudian membawa Sam bertemu dengan sang ibu, yang kini akan membantu Sam kembali ke Bumi.

Cerita macam ini sebetulnya cukup berat karena men-tackle kematian. Meski begitu, cara pembawaanya terasa ringan dan menarik. Oh iya, selain mengangkat cerita tentang ibu dan anak, “Afterlife” juga punya penggambaran tertentu soal proses kematian beserta atribut-atributnya.

Banyak hal lucu yang bisa ditemukan di film ini, seperti malaikat digambarkan layaknya petugas PNS. Kemudian surga nya juga berupa kota. Kayak seperti dunia yang kita tinggali saja.

Anwyay, premis tentang bagaimana kita bisa memutarbalikkan waktu juga hadir di sini, yang kurang lebih terinspirasi dari bagaimana sutradara Willem Bosch melihat kemampuan seorang balita yang tidak orang dewasa pahami.

Ia juga bilang kalau film anak yang baik adalah tentang apa yang orang tua omongin, dan secara diam-diam omongan itu didengar oleh anaknya. Apakah aspek itu akan muncul dalam filmnya? We will see.

 

JOSEP (Perancis)

Sutradara: Aurel

Satu-satunya feature film animasi yang ada di gekkaran Europe on Screen tahun ini. Meski begitu, satu-satunya film animasi ini merupakan “official selection” Cannes Film Festival 2020. Film berkisah tentang seorang ilustrator asal Spanyol, Josep Bartoli, dan kehidupannya di sebuah kamp konsentrasi setelah kabur dari Spanyol di tahun 1939.

Teknik animasi yang digunakan di sini seakan-akan membawa kita ke dalam buku cerita, dengan gambar kartun yang masih kentara guratan-guratan sketsanya. Hal ini sesuai dengan eksposisi karakter utama dan berfungsi juga sebagai sentuhan estetika. Meski begitu, kita akan menelusuri pengalaman Josep yang kurang mengenakkan.

Kemudian ada juga pengungkapan peran yang memalukan dari polisi Perancis pada masa Perang Dunia 1. Ditambah dengan unsur persahabatan, “Josep” adalah sebuah pelajaran sejarah yang menarik, dibesut secara mahir, yang berhasil mengoptimalkan gambar-gambar animasi Josep Bartoli.

 

PITY (Yunani)

Sutradara: Babis Makridis

Perwakilan Yunani yang juga berstatus “official selection”. Kali ini dari Sundance Film Festival 2018.  “Pity”, seperti judulnya, bercerita seorang suami yang hidupnya dirundung rasa kasihan. Tapi, sang suami justru merasa banyak mendapatkan keuntungan saat dirundung duka.

Sundance menulis di website resminya kalau film ini adalah contoh film yang menyertakan komedi gelap. Menarik untuk melihat apakah gaya komedinya ini berhasil landing atau tidak di penonton kita.

“Pity” juga merupakan kolaborasi sutradara Babis Makidis dengan penulis skenario Efthimis Filippou, yang sebelumnya menulis “The Lobster” dan “The Killing of A Sacred Deer”.

Humor yang tadi disinggung bakal ditampilkan dengan estetika tertentu, kemudian ditambah sama warna “deadpan performance” dari komedian Yannis Darkopoulos sebagai karakter utama. Dengan mengedepankan dampak dari duka, film membuat kita menyadari sesuatu akan makna dari kondisi menyedihkan itu sendiri.

 

ACASA, MY HOME (Rumania)

Sutradara: Radu Ciorniciuc

Film ini masih tergolong paling baru. Mendapatkan penghargaan “Special Jury Award for Cinematography – World Cinema Documentary” Sundance Film Festival 2020. Radu Ciorniciuc yang memiliki basic jurnalisme investigasi coba menyorot Keluarga Enache, yang sudah biasa hidup damai di sebuah ekosistem alam liar. Ketika pemerintah setempat mengklaim lingkungan itu, keluarga Enache mesti pindah dan beradaptasi dengan kehidupan modern.

Sundance menulis kalau film ini ngomongin soal gentrifikasi ke suatu hal yang sebetulnya gak diminta sama sekali. Hal tersebut sangat terlihat dari circumstances film yang akan berubah drastis. Kemudian sifat film sebagai dokumenter, akan menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh yang ada beradaptasi secara real time.

Terdapat sebuah pertanyaan yang terbesit. Mending mana, hidup di alam liar tapi bebas, atau menjadi bagian society yang menawarkan rasa nyaman namun dengan tekanan dan konflik hidup yang datang bersamaan?

Aktor Ethan Hawke, yang merupakan salah satu partner dari sutradara Radu Ciorniciuc, mendeskripsikan “Acasa, My Home” sebagai film yang terjadi jika Terrence Malik pergi ke Bucharest. Lebih jauh, Radu menjadi semakin sadar akan sebuah konteks yang tidak mudah, yang dihadapi oleh keluarga ini.

 

FOR SAMA (Inggris)

Sutradara: Waad Al-Kateab dan Edward Watts

Film dokumenter yang satu ini sangat powerful, guys! “For Sama” berkisah lima tahun sutradara Waad Al-Kateab hidup di Aleppo. Di sana Ia akan menemukan teror, cinta, dan pilihan hidup yang sulit.

Selain itu, film ini juga merupakan surat cinta Waad Al-Kateab untuk anaknya yang lahir di tengah chaos di Aleppo. “For Sama” merupakan nominee Oscar 2020 untuk kategori “Best Documentary Feature”, peraih “Golden Eye Prize” – Cannes Film Festival 2019, peraih documentary award – European Film Festival 2019, dan merupakan film dokumenter dengan rekor jumlah nominasi terbanyak dalam sejarah BAFTA Awards yaitu di empat kategori: Outstanding British Film, Oustanding Debut by A Britsih Writer-Director-or Producer, Best Film Not in English Language, dan Best Documentary.

Kepada media, Waad Al-Kateab bilang kalau ia menggunakan film ini untuk melawan rezim yang berkuasa. Ia juga menjadikan “For Sama” sebagai pergerakan untuk menyuarakan kebenaran, sekaligus membantu mereka yang masih berada di zona teror.

Meski filmnya dilarang tayang di Suriah, namun itu tidak menghentikan masyarakat lokal untuk menontonnya. Komentar yang diberikan pun bernada positif.

“Europe on Screen” diselenggarakan pada 16-30 November 2020. Seluruh film bisa ditonton gratis di Festivalscope(dot)com. Tidak hanya itu, Chillers juga bisa mengikuti tanya jawab bersama filmmaker dari beberapa film yang diputar.

 

Tags: AcasaAfterlifeCorpus ChristiEurope on Screen 2020For SamaHomewardHow About AdolfInstinctJosepLengthy NightPitySwoonVarda by Agnes
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Corpus Christi

‘Corpus Christi’, Beraninya Seorang Kriminil Memalsukan Persona Pemimpin Agama

My Donkey, My Lover & I

‘My Donkey, My Lover & I’, Mengejar Sang Kekasih Ditemani Seekor Keledai

Homeward

‘Homeward’, Perjalanan Membawa Jenazah Anak Sulung yang Penuh Drama

Swoon

‘Swoon’, Film Pembuka Europe on Screen 2020 Bernuansa Vintage yang Penuh Warna

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2021 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In