Film blockbuster anime ‘Demon Slayer the Movie: Mugen Train’ menjadi hit box office terbesar di Jepang sepanjang masa di akhir pekan ini, dan memaksa film klasik kesayangan Hayao Miyazaki, ‘Spirited Away’ (2001) turun ke posisi dua.
‘Demon Slayer the Movie: Mugen Train’ telah mendapatkan ¥ 32,47 miliar (Rp 4 triliun), sedangkan pendapatan Spirited Away adalah sebesar ¥ 31,68 miliar. Kesuksesan Demon Slayer menjadi penerang yang langka di tahun yang sangat berat bagi seluruh industri perfilman global.
Film ini telah memecahkan rekor di Jepang semenjak perilisannya pada16 Oktober, termasuk pendapatan kotor satu hari terbesar ¥ 1,2 miliar dan pembukaan akhir pekan tiga hari terbesar yang pernah ada ¥ 4,6 miliar.
Selain itu film ini juga menjadi film tercepat dalam sejarah box office Jepang yang menembus angka ¥ 10 miliar, pencapaian angka tersebut terjadi hanya dalam 10 hari (box office Jepang dikenal dengan kepemilikannya yang lama dan keuntungan yang stabil selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mendapatkan posisi teratas). Aksi animasi CG yang jelas dari film tersebut juga terbukti sukses di Imax, menjadi format film terbesar yang pernah ada di Jepang dengan pendapatan $ 21 juta.
Demon Slayer didasarkan pada manga populer tahun 2016 oleh seniman Jepang Koyoharu Gotouge. Diproduksi oleh studio Ufotable yang berbasis di Tokyo, serial 26 episode ini ditayangkan di Tokyo MX dan saluran lainnya pada tahun 2019, namun menjadi sangat sukses ketika ditayangkan di Netflix dan Fuji TV. Popularitas serial ini menghidupkan kembali minat pada manga, menjadikannya buku terlaris. Hingga Desember, seri manga Demon Slayer telah terjual hampir 120 juta kopi.
Ketika adaptasi layar lebar Ufotable dari serial tersebut ditayangkan di bioskop-bioskop Jepang pada musim gugur ini, kondisinya sangatlah bagus untuk mendapatkan keuntungan dari box office. Bioskop di seluruh negeri Jepang telah dibuka kembali sepenuhnya secara nasional setelah periode singkat penutupan COVID-19 pada musim semi.
Karena studio Hollywood telah menunda sebagian besar rilisnya hingga 2021, Demon Slayer akhirnya membatasi persaingan di luar negeri dan bioskop Jepang sangat termotivasi untuk memeras potensi pendapatan sebanyak mungkin untuk blockbuster lokal. Satu multipleks di distrik Roppongi Tokyo memainkan Demon Slayer lebih dari 40 kali per hari, menurut The Japan Times .
Berbagai outlet berita di Jepang juga berspekulasi bahwa kesuksesan Demon Slayer mungkin ada hubungannya dengan tema ketahanan di tengah masa-masa sulit. Film ini bercerita tentang seorang anak laki-laki di era Taisho Jepang (1912-1926) yang berjuang melawan setan pemakan daging yang telah membunuh keluarganya.
Apapun masalahnya, film ini telah menjadi fenomenal di seluruh Jepang. Menurut Bloomberg, perusahaan mulai dari waralaba restoran sushi hingga kopi kaleng dan pembuat mainan telah melihat penjualan dan harga saham melonjak tahun ini setelah menandatangani kesepakatan lisensi dengan Demon Slayer.
Salah satu Pembuat minuman Dydo Group Holdings Inc. juga mengalami lonjakan penjualan hampir 50 persen tahun ke tahun di bulan Oktober setelah menjual lebih dari 50 juta kaleng yang menampilkan karakter Demon Slayer pada labelnya. Saham pembuat mainan SK Japan Co. hampir dua kali lipat di Tokyo pada musim gugur menyusul pengaturan lisensi yang melibatkan karakter Demon Slayer.