“This thing wants our son.” – Sarah.
Film horor terbaru yang baru saja diadakan media screening di jaringan bioskop CGV ini menghadirkan cerita yang sebetulnya umum terjadi dengan pesan moral di dalamnya, tapi dikemas dengan latar belakang cast yang unik dan tak biasa.
Oliver (Azhy Robertson), seorang anak autis yang tak bisa berbicara, selalu menggunakan alat bantu cerdas agar orang tuanya mengerti apa yang ia ingin ia bicarakan. Alat bantu cerdas itu menolongnya memilihkan kata-kata yang mungkin susah ia ungkapkan lewat tulisan ataupun bahasa isyarat. Ia sendiri juga menghabiskan sebagian waktunya dengan menonton serial animasi “Spongebob Squarepants” saat ia merasa kesepian.
Orangt tua Oliver, Sarah (Gillian Jacobs) dan Marty (John Gallagher Jr.), telah lama berpisah, dan hal itu semakin membuat Oliver semakin tertekan dan merasa sendiri.

Hal itu ditambah lagi dengan perundungan yang ia alami di sekolah oleh ketiga temannya, semakin membuat Oliver putus asa. Kesendirian itu membuat ia mencari hiburan di gawai yang dimilikinya.
Suatu hari ia menemukan aplikasi yang menarik perhatiannya dalam gawainya. Aplikasi bernama “Misunderstood Monsters” ini menceritakan kisah monster bernama Larry, dan setelah dibaca halaman per halaman, diketahui kalau ia juga menginginkan seorang teman.
Hal-hal aneh mulai terjadi pada Oliver setelah ia membaca cerita Larry. Seperti lampu di kamarnya mulai mati satu per satu, hingga penampakan wajah lain si monster saat ia sedang bermain menggunakan gawainya.
Oliver yang polos itu lantas membicarakan hal tersebut pada ibunya, tapi sang ibu tak percaya begitu saja, sampai suatu ketika kedua orang tuanya menyadari kalau anak mereka dalam bahaya ketika makhluk itu keluar dari layar gawai sang anak dan mereka harus segera bertindak dengan cepat!

Sebagaimana banyak film horor yang beredar di tahun 2020 ini, film ini merupakan sedikit pencerahan (walaupun tak sempurna), karena banyaknya film horor yang beredar di tahun ini, kualitasnya di bawah rata-rata.
Isunya sendiri sangat relate dengan keadaan anak-anak muda di zaman modern seperti sekarang ini, terlebih banyaknya anak-anak sekarang yang sudah memegang gawai di sepanjang hari. Kita tak tahu pengaruh apa saja yang masuk dalam pikiran anak-anak saat mereka sibuk dengan gawai tersebut.
Perspektif itulah yang coba diangkat sutradara Jacob Chase yang membuat film ini dari film pendek berjudul “Larry”, yang ia buat sebelumnya di tahun 2017.
Alur ceritanya pun sebenarnya memiliki flow yang enak diikuti, namun ada titik lemah yang agak krusial. Banyak adegan seru yang hanya dilakukan sepenggal-penggal saja, tak dilanjutkan lebih lanjut, dan cara editing-nya pun termasuk tak smooth untuk transisi ke scene berikutnya. Sangat disayangkan, padahal mengatur durasi ketegangan seperti itu sangat dibutuhkan untuk sebuah film horor, agar film ini terus selalu diingat audience-nya.

Salah satu faktor yang membuat film horor terlihat seram adalah ambience-nya. Di “Come Play”, semua tereksekusi dengan baik, terutama CG-nya yang sangat smooth. Suasana rumah saat makhluk itu muncul, maupun saat di tempat kerja Marty, ayah Oliver yang bekerja sebagai tukang parkir, mampu menghadirkan suasana creepy dan eerie dengan maksimal.
Jumpscares pun terlihat tak berlebihan, semua apa adanya, dan terlihat natural. Ending-nya sendiri akan membuat kita sadar dan tersenyum, bahwa tak seharusnya film horor harus dibuat menggantung seperti film horor Amerika pada umumnya. Ada pesan yang harus disampaikan, dan itu tak melulu berkaitan dengan karakter makhluk yang ada di film ini.
Director: Jacob Chase
Cast: Gillian Jacobs, Marty (John Gallagher Jr., Azhy Robertson, Winslow Fegley, Jayden Marine, Gavin MacIver-Wright
Duration: 96 Minutes
Score: 7.0/10
The Review
Come Play
'Come Play' menceritakan Oliver, seorang anak autis yang tak bisa bicara, namun ia tak mempunyai teman.Suatu hari ia menemukan aplikasi di gawainya yang akan mengubah hidupnya dan ayah ibunya. Apakah itu?