“Most teenagers feel like they’re invincible, not the superman kind of invincible. The kind of invincible that tricks you into thinking tomorrow, might be a better day to start chasing your dreams.” – Zach Sobiech.
Kanker adalah suatu penyakit yang menjadi momok bagi kita. Belum ada obatnya, dan bisa mengakibatkan kerusakan yang parah bagi tubuh. Selain itu, dari segi psikologis kondisi penyakit ini tentu akan berdampak cukup besar terhadap beberapa pihak.
Bagaimana mereka merespon, kemudian menjalani hari-hari setelahnya. “Clouds” mengangkat masa-masa akhir seorang musisi bernama Zach Sobiech. Ia didiagnosa mendapatkan terminal cancer dengan harapan hidup yang menipis. Zach kemudian mencoba untuk mengisi sisa hidupnya bersama orang-orang terdekat sambil membuat lagu-lagu yang inspiratif.
Film yang rilis di Disney+ Hotstar Indonesia ini sudah menampilkan Zach dalam masa kemoterapi. Dilihat dari tata rias pemain sudah sangat jelas tandanya, mulai dari kebotakan, dan kerapuhan tubuhnya Zach sendiri. Meski begitu, eksposisi lainnya yang bisa kita lihat di sini adalah bagaimana Zach menampilkan dirinya di lingkungan sekitar. Pertama, Ia adalah seorang performer sejati. Ia memiliki bakat dan tidak segan untuk menunjukkannya. Kedua, ia adalah orang yang positif.

Dalam sebuah scene, kita akan melihat pada awalnya bagaimana “dunia” melihat seorang Zach. Ini jelas terasa dari penempatan kamera. Kemudian di scene berikutnya kita akan melihat Zach yang menyapa teman-teman yang Ia temui di lorong kelas. Ia terlihat sangat supportive, terbuka, menyenangkan. Selain itu, kita juga dapat melihat Zach yang hidup layaknya orang biasa. Ia punya crush, ia juga suka berantem sama adiknya. Kayak orang biasa pada umumnya.
Hal ini kemudian beubah setelah turning point yang pertama. Turning point ini tentu menyajikan hal yang sangat memukul Zach dan keluarga. Dari sini menarik untuk melihat bagaimana respon Zach sama situasi yang menimpanya. Kemudian tentu saja proses ini akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Konflik sampingan yang mewarnai film terletak pada hal yang biasa dialami oleh remaja. Kemudian yang berikutnya adalah, apa sih yang menjadi objektif dari sang karakter utama. Hal ini perlu diperhatikan karena obstacle-nya kan sudah jelas.
Nah untuk mengalirkan dua hal tersebut dengan baik, maka film memerlukan dua aktor pendukung yang bagus pula. Dari dua karakter tersebut, karakter Sammy Brown yang dimainkan oleh Sabrina Carpenter lebih menarik untuk dilihat karena, dia adalah sahabat Zach. Kita bisa mengira apa yang akan terjadi setelahnya namun film tentu tidak ingin terlalu mendramatisasi lebih lanjut. Namanya juga remaja kan. Itu adalah salah satu poin dalam life stage mereka.

Hal ini semakin membuat relasi antara satu karakter dengan kata lain menjadi lebih erat. Tidak lupa, film juga menyajikan Zach yang awalnya cukup struggling. Yang paling berasa adalah bagaimana ia tidak mampu untuk bisa memuaskan keinginan banyak orang karena keterbatasan yang ia miliki. Zach juga tidak ingin apa yang menjadi kekurangannya digunakan untuk meraih simpati banyak orang.
Hal-hal semacam itu memperdalam cerita dan berhasil memberikan warna dalam proses Zach Sobiech berkarya. Lagu “Clouds” menjadi breakthrough bagi karirnya. Di sini kita akan melihat bagaimana proses lagu tersebut tercipta, kemudian bagaimana proses lagu tersebut direkam, dan populer di masyarakat. Liriknya inspiratif, kemudian aransemen musiknya pun enak untuk didengar.
Ending sequence dari film ini berhasil ngena. Apalagi bagi kita yang belum pernah melihat atau mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Secara emosional, “Clouds” sebetulnya sukses membuat kita berempati. Mungkin yang jadi permasalahannya di sini adalah bagaimana cerita bergulir, yang mana cukup mudah untuk diprediksi.
Cuman itu sih, apa yang dipancarkan dari semuanya adalah sesuatu yang positif. Hal tersebut pun bukan hanya karena sesuatu yang bisa dikatakan dapat secara cuma-cuma. Semua diperjuangkan, semua mengalami pasang surut, bahkan bisa dibilang membuat frutasi.

Seklise apapun cerita dari film yang modelan begini, jika di filmnya terdapat hal-hal yang membumi, maka penonton juga bisa ikut relate. Tinggal bagaimana pesan akhirnya disampaikan. Karena tadi sudah dibilang bahwa apa yang dipancarkan adalah hal positif, maka “Clouds” bisa mejadi film yang memang kita butuhkan apalagi di masa seperti ini.
Terdapat beberapa poin yang bisa kita ambil dari gaya penyutradaraan Justin Baldoni, yang sebelumnya sukses membesut “Five Feet Apart”. Pertama adalah Ia menciptakan nuansa yang hangat dalam menemani kisah perjalanan Zach Sobiech. Kemudian beberapa kali film menunjukkan scene percakapan yang memanfaatkkan efek fokus kamera. Terdapat dua karakter dalam satu frame yang sama, kemudian fokus bermain tergantung siapa yang berbicara.
Terakhir adalah terkait editing. Dalam satu bagian terdapat film menyajikan montage sequence. Pace jadi lebih cepat sedikit, sehingga pas rasanya jika film menerapkan teknik editing wipe. Ini adalah teknik perpindahan gambar di mana transisi shot bergeser (menyapu) ke arah kiri, kanan, atas, atau bawah.
Biasanya teknik ini juga disebut dengan nama masking. Biasanya sih teknik ini digunakan dalam perpindahan shot yang waktunya gak berselisih jauh. Cuman jika dilihat dari konteks yang ada, film murni memanfaatkan wipe untuk montage sequence.

Perjalanan menuju puncak dengan time-bomb yang terdapat di dalamnya. Hal-hal positif seperti pantang menyerah, berpikir positif, dan lain-lain tentu saja ada. Meski begitu, film tidak serta-merta memberikan itu semua tanpa ada halangan berarti. Hidup gak selalu di atas, apalagi bagi Zach Sobiech. Hidup bagi dia justru kayak ada di bawah melulu. Hal ini tentu tidak akan terhindarkan.
Scene yang jadi perhatian di sini adalah scene di mana pemikiran Zach berubah. Sayang, bagian ini bisa dikatakan kurang gereget, jadi kita masih belum bisa sepenuhnya ngena kenapa Zach yang terlihat banget berada di lubang yang dalam berani untuk merangkak naik.
Cuman selain itu film masih oke dalam menampilkan semangat untuk selalu memberikan hal positif bagi orang lain dan lingkungan. Seperti halnya yang dikatakan di akhir, “You don’t have to find out you’re dying to start living”.
Director: Justin Baldoni
Casts: Steffan Argus, Sabrina Carpenter, Madison Iseman, Neve Campbell, Tom Everett Scott, Lil Rel Howery, Summer H. Holwell, Vivien Endicott Douglas, Dylan Everett
Duration: 121 Minutes
Score: 8.0/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Clouds
'Clouds' menceritakan seorang musisi yang terkena kanker yang langka. Bisakah ia mengejar impiannya menciptakan lagu dan membuat album musik?