'Captain Marvel', Pelengkap Superhero Jelang Avengers: End Game
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Captain Marvel’, Pelengkap Superhero Jelang Avengers: End Game

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
March 6, 2019
in Movies
‘Captain Marvel’, Pelengkap Superhero Jelang Avengers: End Game
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Review Film: ‘Sobat Ambyar’

Film ‘Mortal Kombat’ Pamerkan Foto-Foto Perdananya

“I keep having these… memories. I see flashes. I think I have a life here. But I can’t tell if it’s real.” – Carol Danvers.

Film ini bercerita tentang seorang pejuang yang mulia dari bangsa Kree, yaitu Vers (Brie Larson). Di balik kekuatannya yang tersimpan, Vers sebetulnya memiliki masalah karena ia selalu bermimpi buruk. Suatu hari, Vers bersama timnya ditugaskan untuk pergi ke sebuah planet perbatasan untuk mengamankan informan Kree dari kejaran bangsa Skrull yang barbar. Sayang, Vers terkena jebakan dan akhirnya membuat dia jatuh ke planet C-53, alias Planet Bumi. Teman-teman korps-nya yang tahu bahwa Kree sedang ada di Bumi langsung bergerak untuk menjemput Vers. Tapi para Skrull juga tidak tinggal diam. Dengan keahlian merubah wujud, Skrulls bisa mengubah fisik menjadi manusia seutuhnya.

Sebagai film perkenalan untuk satu karakter yang baru, “Captain Marvel” memiliki formula yang sudah biasa ada, di mana karakter utamanya memiliki kekuatan luar biasa, namun di sisi lain ia dihantui oleh asal-usul yang tidak diketahui. Maka dari itu, mulai dari tahap persiapan film bakal menyuguhkan banyak flashback yang memperlihatkan Vers di masa kecil hingga dewasa. Sayang, di sini film tidak terlalu menjelaskan siapa itu bangsa Kree sebenarnya, dan apa kedudukannya di semesta. Ini membuat batasan informasi yang ada sudah menganga lebar sementara filmnya sudah masuk ke adegan-adegan pertempuran. Jatuhnya Vers ke Bumi juga menjadi persoalan. Film dengan cepat men-setting cerita yang sayangnya bikin pencarian jati diri Vers nampak seperti bukan sesuatu yang memang ia rencanakan atau inginkan, melainkan sebuah “accident” yang sifatnya kebetulan. Antara sudah tidak sabar atau terlalu terburu-buru.

Sesampainya di Bumi, Vers bertemu dengan Nick Fury (Samuel L. Jackson), yang waktu itu masih muda dan bermata lengkap. Nick yang merupakan agen S.H.I.E.L.D sudah menaruh curiga dengan Vers namun belum sempat ia menginterogasi Vers, gangguan sudah datang dari para Skrull yang menyamar. Di sini cerita kemudian menjadi lebih menarik. Selain adegan aksi, unsur humor mulai muncul dari kepiawaian akting Samuel L. Jackson. Kemudian chemistry-nya dengan Brie Larson juga terjalin dengan apik. Dilatari oleh tahun 90-an, set up seperti ini mengesankan bahwa “Captain Marvel” akan menjadi semacam “buddy-cop movie” dan itu pertanda bagus karena merupakan sesuatu yang belum pernah ditawarkan oleh film-film MCU sebelumnya. Konflik ke depannya juga bakal diwarnai dengan intrik dan misteri. Hal ini membuat bonding antara Vers dan Fury semakin kuat dan di sisi lain story arc dari Vers juga sudah mulai terbentuk.

ADVERTISEMENT

Sayang, ada satu hal yang begitu mengganggu dari unsur sinematik “Captain Marvel”. Sangat tidak suka dengan wujud pemimpin Skrull, yaitu Talos. Riasan wajahnya begitu serupa dengan Manas yang diperankan oleh Joe Taslim di film “Star Trek: Beyond”! Secara kasat mata, perbedaannya hanya ada di warna, di mana Talos berwarna hijau muda sehingga membuatnya terlihat sedikit lucu jika berada di set yang lebih terang dan juga memiliki telinga. Selebihnya terlihat sangat mirip. Kesan yang timbul dari sini lebih ke poin negatif, di mana terlepas dari akurasi dengan source material-nya, sineas kurang berhasil menampilkan karakter Talos yang memiliki standpoint tersendiri. Beruntung, aktor yang memerankan karakter ini tampil bagus. Ia tidak hanya hebat dalam memainkan karakter yang di satu sisi merupakan keahliannya. Lebih dari itu, sang aktor juga bisa menunjukkan kemampuan akting yang lebih emosional sehingga Talos lebih dari sekedar karakter alien yang menakutkan saja.

Tapi, pujian harus dilayangkan pada tim visual yang menangani alien-alien Skrull. Sesuai dengan tuntutan naratifnya, alien Skrull ini memiliki kemampuan untuk mengubah wujud. Maka dari itu, dibutuhkan satu rekayasa grafis yang meyakinkan dalam proses berubahnya Skrull menjadi karakter lain, entah itu menjadi sesama alien juga atau menjadi manusia. Film berhasil mewujudkannya. Kita bisa menikmati proses perubahan tampilan Skrull. Selain dari sisi grafis, perubahan ini juga disokong oleh sedikit gerakan dari aktornya agar proses perubahan wujud ini terlihat semakin meyakinkan. Tidak ujug-ujug langsung berubah. Dalam satu scene, mereka juga menjelaskan bahwa kemampuan mengubah wujud ini mesti dilatih. Jadi, masuk akal jika ketika berubah wujud, tubuh si alien juga ikut bereaksi. Itu adalah sesuatu yang tidak didapatkan dengan cara yang instan.

Sejak trailer-nya dirilis, “Captain Marvel” menempatkan Vers dan Fury sebagai duo. Ini menjadi salah satu nilai jual filmnya karena banyak dari kita yang memang penasaran untuk melihat kedua karakter ini beraksi dan saling membantu (plus melempar jokes) satu sama lain. Hingga masa-masa awal tahap konfrontasi, dugaan ini semakin kuat. Aspek-aspek mise-en-scene dan tone warnanya juga sangat mendukung untuk menciptakan film yang ala-ala “buddy-cop movie” yang asik. Tapi penonton harus siap karena akan ada perubahan yang signifikan di paruh kedua. Sebagai bentuk dukungan dari aspek nartif terhadap pencarian jati diri Vers, maka akan ada karakter baru yang diperkenalkan di sini.

Nah, dari sini lah “Captain Marvel” tidak lagi seperti yang kita lihat dan rasakan sebelumnya. Film berubah haluan menjadi reuni kawan lama, dan memberhanguskan prediksi “buddy-cop movie” yang tadi kita sudah singgung di awal. Peran Nick Fury langsung menurun drastis sementara screen time dari sahabat Vers langsung meroket. Relationship antara Vers dan Fury sebagai rekan langsung melemah ke level yang “b aja” dan di saat itu Samuel hanya memberikan apa yang bisa ia berikan, yaitu melucu. Being the clown of the movie, not more. Nick bahkan tidak memiliki ketajaman analisis yang seharusnya dimiliki oleh seorang agen S.H.I.E.L.D. Masih belum jago, lah.

Kembali beranjak ke aspek sinematik, ada satu bagian dari film yang sangat “bumpy”. Bagian ini merupakan jalan menuju klimaks dari tahap konfrontasi, sebelum Vers dan kawan-kawan menemukan apa yang mereka cari dan akhirnya meletus lah klimaks dari tahap konfrontasi tersebut. Biasanya, dalam kondisi seperti ini, kita sebagai penonton bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh para karakter protagonis. Mereka yang sedang dalam keadaan kurang menguntungkan harus berpacu dengan waktu karena di sisi lain ada sesuatu yang harus didapatkan lebih dulu. Lagi, ini adalah formula yang sudah biasa diterapkan namun masalahnya, “Captain Marvel” tidak mengawalinya dengan baik.

Setelah shot dari para pemeran protagonis dipotong, shot berikutnya yang tampil di layar terlihat sangat janggal jika merujuk ke tuntutan naratifnya. Kita bisa memahami kalau ada sebuah jebakan yang dipasang di sana, namun tidak jelas perencanaan dan alasan dari pemilihan jebakan itu. Penonton tidak tahu pasti apakah tempat yang dijadikan sebagai jebakan dari Vers apakah ada hubungannya dengan cerita atau hanya sekedar tempat yang dipilih secara acak. Film memang tidak seratus persen mengabaikan fungsi setting, sih. Mereka tetap membangun mood yang sesuai dari setting yang ditampilkan.

Elemen natural dalam pengadeganannya secara jelas menunjukkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera tiba. Tapi tetap saja, absennya logika kausalitas membuat rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain menjadi longgar. Ingat, sebuah kejadian tidak bisa terjadi begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Segala hal yang terjadi atau diputuskan tentu disebabkan oleh sesuatu yang nyambung dengan kejadian sebelumnya. Kamu bisa bilang ini hanya kesalahan kecil, namun keasyikan menonton jadi ternodai gara-gara ini.

Selain itu, banyak poin-poin penting dari cerita yang hanya ditampilkan lewat dialog saja, jadi kamu harus fokus terhadap apa yang dibicarakan oleh karakter-karakternya. Mengapa penting? Karena yang satu berhubungan dengan turning point pertama dan yang kedua merupakan penjabaran peristiwa yang paling krusial dari masa lalu seorang pilot wanita bernama Carol Danvers. Untuk informasi yang berhubungan dengan turning point pertama lebih urgent karena akan membuat arah cerita film jauh berbeda dibanding sebelumnya.

Narasi yang melatari detik-detik menjelang turning point pertama ini ternyata mengandung intrik yang tidak mudah. Perlu pemahaman secara saksama dari dialog yang dijabarkan agar kita bisa mengerti apa yang sebenarnya tipu-tipu yang terjadi saat itu. Mengenai Carol Danvers, ada poin plus-minusnya. Poin plusnya adalah, kita bisa mengetahui keunggulan wanita ini, yang mana memiliki nilai yang baik untuk penonton, terutama generasi muda. Carol Danvers bukan manusia yang kuat. Ia selalu terjatuh. Ia selalu diremehkan, selalu ditertawakan atas kegagalan-kegagalannya. Tapi itu justru yang membuat dirinya menjadi kuat. Ia tidak pernah menyerah, apalagi untuk menggapai impiannya.

Untuk poin negatifnya, film tidak eksplor lebih jauh terhadap hubungan atau setidaknya pandangan Carol kepada seorang ilmuwan yang ada di Pegasus. Film membuat penonton tahu apa yang sedang dikerjakan dan diperjuangkan oleh si ilmuwan tersebut di sana. Misterinya juga sangat menarik untuk diikuti. Tapi apa yang membuat sang ilmuwan dan Carol ini memiliki satu ikatan kepercayaan masih perlu dipertanyakan. Apakah karena sang ilmuwan merasa kagum dengan bakat Carol sebagai pilot? Bisa jadi. Yang jadi masalah jika kita berasumsi dari sudut pandang Carol. Apesnya, di awal film sempat dikatakan bahwa seseorang akan melihat wujud orang yang paling ia kagumi ketika bertemu Supreme Intelligence. Dari sini muncul trigger dari yang seharusnya menjadi sebab-akibat dari hubungan Carol dan sang ilmuwan. Nyatanya, film tidak memberi tahu kenapa Carol mengagumi sang ilmuwan itu. Backstory mengenai hal tersebut masih kurang jelas.

“Captain Marvel” adalah “origin story” dari pahlawan terkuat MCU yang tidak begitu solid. Pencarian masa lalu yang memiliki value memiliki kelamahan pada logika kausalitas. Film jelas menunjukkan kemampuan seorang Carol Danvers yang sangat tinggi alias gak ada lawan, namun di sisi lain mereka tidak terlalu jauh dalam hal pendalaman cerita antar karakter yang di awal sudah mengambil perhatian. Lainnya, karena berlatar 90-an, “Captain Marvel” juga unggul dalam penggunaan musik atau tracklist. Kamu bisa dengerin musik macam “Waterfall dari TLC sampai “Come as You Are” dari Nirvana. Mantul! Terakhir, jangan beranjak terlebih dahulu karena ada dua credit scene. Yang pertama bakal membuat penonton bersorak karena berhubungan langsung dengan “Avengers: Endgame”.

 

Director: Anna Boden, Ryan Fleck

Starring: Brie Larson, Samuel L. Jackson, Jude Law, Annette Bening, Gemma Chan, Ben Mendelsohn, Djimon Honsou, Lee Pace, Lashana Lynch

Duration: 124 Minutes

Score: 7.8/10

Tags: Anna BodenAnnette BeningBen MendelsohnBrie LarsonCaptain MarvelDjimon HonsouGemma ChanJude LawkreeLashana LynchLee PaceMCUPopularRyan FleckSamuel L. JacksonSkrull
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Sobat Ambyar
Reviews

Review Film: ‘Sobat Ambyar’

Didi Kempot adalah musisi yang sangat dihormati dan dicintai. Lagu-lagu campur sarinya kerap menemani kita dari masa sekolah hingga sudah...

January 17, 2021
Film ‘Mortal Kombat’ Pamerkan Foto-Foto Perdananya
Hype

Film ‘Mortal Kombat’ Pamerkan Foto-Foto Perdananya

Film adaptasi game popouler, ‘Mortal Kombat’ merilis foto-foto terbaru. Ya, salah satunya adalah foto actor laga kebanggaan kita, Joe Taslim,...

by Juventus Wisnu
January 16, 2021
Wetv Imperfect Orginal Series
Hype

‘Imperfect’ The Series Tayang Eksklusif di WeTV dan iflix

Setelah suksesnya WeTV original 'My Lecturer My Husband' dan WeTV Original 'Yowis Ben' The Series, WeTV Original 'Imperfect' The Series...

by Arif Firdaus
January 14, 2021
The Hobbit
Hype

Ngefans sama LOTR? Serial Terbaru dari Prekuel ‘The Lord of the Rings’ Segera Hadir

Setelah ramai dikabarkan sebelumnya, pihak Amazon merilis info terkait konten yang lebih untuk cerita berikutnya dari Tolkien-verse. Ternyata yang diangkat...

by Juventus Wisnu
January 15, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In