“Sometimes things don’t make sense until the end of the story.” – Bill & Ted.
Akhir bulan Agustus ini kita kedatangan salah satu film yang diantisipasi di layar lebar. Buat kita yang dahulu mengalami era 80-an hingga 90-an pasti mengenali film ini. Sebuah film yang menceritakan sepasang teman yang bisa dibilang bodoh sekaligus juga konyol dalam segala tindakan dan perbuatan yang mereka lakukan setiap hari.
Ya, William S. “Bill” Preston, Esq. and Theodore “Ted” Logan merupakan dua sahabat yang tak terpisahkan sejak mereka bersekolah dari SMA di sebuah kota San Dimas, California, Amerika Serikat yang dikisahkan dalam film pertamanya, “Bill & Ted’s Excellent Adventure” (1989).
Film ini di luar dugaan mendapat respon beragam, terutama dari para kritikus yang menganggap film ini sebagai glorifikasi dari pembodohan individu yang dilakukan secara terus menerus dan cenderung mengerucutkan peran dari orang-orang hebat yang terwakili dalam film tersebut.

Namun untuk para penikmat film-film dekade 80-an, film ini masuk sebagai salah satu pop culture terbaik di era itu, yang hadir juga lewat video game, serial animasi TV dan juga komik.
Kepopuleran “Bill & Ted’s Excellent Adventure” juga diamini dengan masuknya film ini dengan raupan pendapatan hingga 40,4 juta dollar Amerika, dengan biaya produksi yang relatif ‘kecil’, di kisaran 10 juta dollar Amerika saja.
Sekuelnya sendiri, “Bill & Ted’s Bogus Journey” yang hadir di tahun 1991, juga menghadirkan keseruan dan kekoonyolan yang sama, namun kini tak lagi mengumpulkan orang-orang terkenal dari masa lalu, melainkan berhadapan dengan masa depan.
Kini 29 tahun dari sekuel keduanya, dan 31 tahun dari film pertamanya, sekuel ketiganya hadir di sejumlah video on demand, baik lewat Apple atau Amazon Prime Video atau layanan streaming lainnya, dengan judul “Bill & Ted Face the Music”.
Memang jarak 29-31 tahun, terbilang sangat jauh untuk sebuah sekuel, bahkan mungkin ini satu-satunya film dengan jarak terjauh dalam sejarah sebuah franchise film.

Kisah petualangan mereka sendiri sebetulnya tak terlalu rumit untuk dicerna dan dipahami. Terlebih lagi isu yang diangkat sangat relate dengan teori konspirasi yang akhir-akhir ini sedang marak, yaitu tentang time traveler.
Trilogi film “Back to the Future” yang hadir di tahun 1985-1990, juga mengusung tema yang sama, namun franchise Bill & Ted hadir dengan pembeda yang substansial, tak melulu menjual perjalanan lintas waktu sebagai unggulannya.
Yang lebih diingat oleh banyak orang dalam film ini adalah bagaimana kedua karakter ini bisa berpadu dalam sebuah chemistry yang aneh, konyol, bodoh, namun ternyata saling membutuhkan satu sama lain. Terlebih quotes-nya di sepanjang franchise film ini, sebut saja kata-kata ‘be excellent to each other, atau ‘party on, dudes’, yang diucapkan dengan gaya slengean, memang sangat memorable hingga saat ini.
Di Face the Music, kini mereka berdua telah menjadi ayah dari kedua remaja putri berusia 24 tahun yang kelakuannya mirip sekali dengan ayahnya yang super aneh itu. Thea (Samara Weaving) dan Billie (Brigett Lundy-Paine), berjuang bersama ayahnya masing-masing untuk menemukan lagu yang akan membawa umat manusia bersatu dan damai.

Hal itu bisa terjadi setelah Bill (Alex Winter) dan Ted (Keanu Reeves) yang telah sukses dengan band-nya Wyld Stallyns, didatangi Kelly (Kristen Schaal), yang merupakan anak dari Rufus, si penjelajah waktu (yang di kedua film sebelumnya diperankan oleh almarhum George Carlin).
Kelly kemudian membawa Bill dan Ted masuk ke abad ke-28 di mana ibu Kelly, The Great Leader (Holland Taylor) memberitahu mereka bahwa mereka harus menulis lagu hit mereka dalam waktu 78 menit ke depan, atau dunia mereka akan musnah.
Narasi seperti ini sebetulnya bukan sesuatu yang baru, misi yang hampir sama juga diusung dalam film sebelumnya. Yang membuatnya berbeda adalah kehadiran kedua anak mereka, Thea dan Billie, yang di luar dugaan menghadirkan sub-plot penting dalam alur yang sebetulnya diciptakan untuk ayahnya. Kedua anak perempuan ini hadir sebagai pembeda signifikan yang sangat menghibur dengan kekocakan yang merepresentasikan ayahnya di saat muda.
Menyenangkan melihat peran baru yang ditambahkan duo kreator franchise ini, Chris Matheson dan Ed Salomon, yang tetap bertindak sebagai penulis naskah film Bill and Ted.

Alex Winter dan Keanu Reeves pun tak banyak berubah dalam penampilan mereka. Walaupun mereka jarang membuat film bergenre seperti ini, namun pengalaman matang mereka selama ini sebagai aktor, membuat mereka tetap tampil sebagaimana aslinya mereka dalam film yang mengangkat nama mereka di dunia perfilman.
Keduanya tetap tampil konyol, namun kini lebih matang secara emosional dan tindakan, terlebih setelah mengetahui mereka terlibat masalah pelik yang tak mereka sadari sebelumnya, dan mengancam hubungan mereka dengan istrinya masing-masing.
Hal itu berimplikasi pada perjalanan mereka nantinya mengarungi masa depan. Mereka mencoba mencari tahu seperti apa lagu yang mereka cari di masa depan lewat ‘kembaran’ mereka yang tampil menakjubkan di beberapa linimasa. Uniknya, sang anak juga membantu ayahnya sama dengan apa yang mereka lakukan di film pertamanya, yakni menelusuri waktu demi waktu di masa lalu dan mengambil ikon musik di eranya masing-masing.
Jayma Mays dan Erin Hayes tampil memikat sebagai istri Bill dan Ted, walaupun screentime mereka tak banyak, namun sesi terapi kedua pasangan ini akan membuat kita terkejut terhadap apa yang diucapkan keduanya.

Membicarakan film ini tentu tak luput cari CGI-nya yang sekarang lebih maju dan modern, terutama saat menggambarkan suasana di masa depan yang sekarang jauh lebih berwarna dan halus penggarapannya. Sosok Rufus (almarhum George Carlin) tetap muncul dalam bentuk holografik di masa depan, sebagai pertanda kalau jasanya diingat dunia di masa depan.
Walau begitu, film ini tetap mempertahankan ciri khas box telepon umum transparan dengan list berwarna merahnya yang ikonik itu, ditambah lagi dengan visualisasi terowongan linimasa-nya yang tak berubah, akan membuat imajinasi kita membubung ke belakang saat film ini diluncurkan 31 tahun yang lalu!
Well, film ini di luar ekspektasi sangat-sangat menghibur, jauh dari asumsi negatif yang biasanya lekat dalam film franchise komersil, dan dengan bertambahnya cast, tak membuat film ini kehilangan roh-nya, malah memberi warna berbeda untuk plot cerita film itu sendiri dan mengesankan untuk para fans setianya.
Nantikan penampilan kejutan dari beberapa cast orisinalnya, seperti William Sadler yang kembali sebagai Grim Reaper, Amy Stoch yang merupakan ibu dari Bill, dan Hal Landon, Jr yang kembali sebagai Chief Logan, ayah dari Ted.
Director: Dean Parisot
Casts: Keanu Reeves, Alex Winter, Samara Weaving, Brigett Lundy-Paine, Kristen Schaal, William Sadler, Amy Stoch, Hal Landon Jr., Holland Taylor
Duration: 91 Minutes
Score: 7.7/10
The Review
Bill & Ted Face the Music
Sekuel ketiga dari perjalanan waktu Bill & Ted kembali hadir lewat 'Bill & Ted Face the Music' yang tampil memikat tanpa kehilangan roh-nya sedikit pun. Keanu Reeves dan Alex Winter kembali tampil setelah 29 tahun lalu hadir lewat sekuel keduanya yang hadir di tahun 1991. Sebuah jarak yang sangat jauh untuk sebuah sekuel. Namun hal itu dibayar tuntas oleh ceritanya yang imajinatif dan tentunya kekonyolan dan kebodohan tanpa henti dari sepasang sahabat ini.
Discussion about this post