'Bilal: A New Breed of Hero', Sahabat Rasulullah SAW dalam Rupa Animasi
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Bilal: A New Breed of Hero’, Sahabat Rasulullah SAW dalam Rupa Animasi

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
May 19, 2019
in Movies
‘Bilal: A New Breed of Hero’, Sahabat Rasulullah SAW dalam Rupa Animasi
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

‘Cop Secret’, Film Aksi yang Disutradarai Kiper Penepis Penalti Lionel Messi

Ingin Sukses Berbisnis? Tonton 7 Film Inspiratif Ini

“I only see God through the work of human.” – Hamza.

Di bulan puasa seperti sekarang, akan cocok sekali rasanya untuk menonton film ini. Tidak hanya mengangkat seorang tokoh yang kental dengan sejarah Islam, “Bilal” juga disajikan dalam format animasi yang notabene ramah anak dan juga memiliki value cerita yang tentunya bersifat universal. Merupakan film yang awalnya rilis di wilayah Asia Barat, “Bilal” kemudian menyapa Amerika pada awal tahun lalu dan akhirnya dibawa juga ke Indonesia minggu ini.

Kita akan diajak mengikuti petualangan hidup Bilal, yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai muadzin pertama, dari saat ia kecil hingga dewasa. Bilal awalnya adalah seorang anak yang ceria. Sayang, sebuah tragedi mengubah jalan hidupnya menjadi seorang budak. By the time, Bilal akan mempertanyakan ketidakadilan yang ia lihat sebelum memutuskan untuk berjuang merebut kembali kemerdekaan.

SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300
ADVERTISEMENT

Tanpa banyak kompromi, kamera langsung menempatkan kisah Bilal dari scene pertama. Mereka tidak membahas secara melebar terlebih dahulu seperti bagaimana keadaan Mekkah atau Islam pada saat itu, melainkan langsung to the point. Bilal kecil akan langsung diperkenalkan kepada penonton, bersama dengan karakter pendukung seperti saudara perempuannya yaitu Ghufaira dan ibu mereka. Apa yang terjadi setelahnya merupakan persiapan yang sangat baik karena di situ kita bisa melihat kepedihan yang dialami oleh karakter utama, dan juga nilai keluarga yang langsung tertancap. Animasi yang disuguhkan juga tergolong oke. Terdapat dua tone yang mewarnai sequence secara bergantian. Kerennya dualisme ini coba digabungkan sedikit banyak dengan teknik editing yang membuatnya jadi lebih enak dinikmati.

Kemudian Bilal juga memiliki poin tertentu yang membuatnya terlihat berbeda. Poin ini ada kaitannya dengan aspek sinematik, yaitu penampilan luar. Sayang, agak aneh jatuhnya karena kita akan melihat Bilal tampil dengan gaya rambut cornrow. Ini jelas berbeda dengan penggambaran dari versi lain, dan merupakan sebuah keputusan yang berani karena pada zaman itu saja belum ada kejelasan apakah sudah ada gaya rambut seperti itu atau belum. Anyway, setelah nilai mengenai keluarga sudah ditancapkan sejak awal, maka di tahap konfrontasi film ini mulai membahas poin kedua mereka yaitu kesetaraan.

Pada zaman itu, orang-orang masih menggunakan sistem perbudakan, di mana budak-budak dijual kepada para saudagar yang kaya raya. Bilal (Jacob Latimore) dan Ghufaira (China Anne McLain) sendiri merupakan budaknya Umayya (Ian McShane) dan suatu hari anak laki-laki Umayya yaitu Safwan (Mick Wingert) berlaku kasar kepada Ghufaira. Bilal yang menolong Ghufaira kemudian malah disiksa dengan perkataan yang menusuk. Jika terlahir sebagai budak, maka akam selamanya menjadi budak.

Meski tidak perlu mengharapkan kualitas animasi layaknya film-film studio besar Hollywood, sebetulnya kualitas animasi “Bilal” tidak mengecewakan. Meski terlihat animasi ini memiliki template yang sama, film tidak ragu dalam menampilkan banyak detail secara close-up, bahkan extreme close-up. Beberapa objek pun terlihat keren seperti berhala yang berdiri diatas Ka’bah. Jangan lupa juga highlight di dalam film, yang menunjukkan animasi dengan spectacle yang besar. Di sini akan terasa jelas unsur fantasi yang bakal membuatmu tercengang. Film juga memanfaatkan teknik slow-motion untuk menambah tingkat dramatis dari momen-momen tertentu.

SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300
ADVERTISEMENT

Oh iya, karena ini adalah cerita yang menyangkut perbudakan dan perjuangan meraih pembebasan, maka akan ada scene-scene yang menunjukkan kekerasan. Misalkan hukuman cambuk dan peperangan. Namun, karena “Bilal” adalah animasi yang ingin ramah penonton, film membuat adegan-adegan kekerasan tersebut seaman mungkin, meski anak-anak harus tetap diawasi oleh orang tua. Darah hanya keluar di satu scene, dan ketika Bilal dicambuk, kamera menempatkan posisinya di wajah Bilal. Tidak pernah memperlihatkan punggung sehingga rasa sakit itu dirasakan lewat audio dan juga ekspresi wajah.

Beberapa hal sengaja tidak dicantumkan agar film dapat lebih diterima oleh masyarakat luas. Sebutan, istilah, atau nama yang identik seperti Islam, Muslim, Nabi Muhammad SAW, Allah SWT, tidak diucapkan sekalipun. Film lebih memilih untuk menggunakan term “monotheisme” dalam satu scene krusialnya. Sayang, meski fokus utama tidak pernah lepas dari Bilal, materi cerita di akhir terpaksa dipersempit. Ini akan membuat penonton bingung, karena mood yang sudah ter-setting dipaksa untuk berubah dari apa yang akan ditunjukkan di layar. Selain itu, terdapat juga kejanggalan dari konflik sampingannya. Alih-alih memunculkan twist, yang ada justru sedikit kebingungan karena apa yang kita lihat dan dengar sebelumnya sudah membentuk satu persepsi yang berbeda dan persepsi tersebut bisa dikatakan sudah bukan persepsi lagi. Mengapa? Karena satu kalimat yang diucapkan oleh Umayya kepada Bilal di adegan klimaks.

Lalu ada sesuatu yang tak terduga menjelang konfrontasi utama filmnya. Ini sangat mengherankan karena di awal scene, dengan penggambaran extreme long shot, kita bisa melihat peta kekuatan yang meski klise namun menarik. Kita jadi penasaran, bagaimana semua akan bergulir karena penggambaran yang jelas-jelas sangat jomplang. Tapi ketika semua akan dimulai, muncul kejutan ini. Tanpa tedeng aling-aling, mereka hadir dan membuat peta kekuatan jadi berubah. Tidak ada cerita yang melatarinya, sehingga hal itu justru menimbulkan noda dalam bagian film yang paling seru. Mungkin beberapa dari penonton tahu siapa sebetulnya orang-orang yang menjadi paket kejutan ini. Tapi melihat bagaimana film ingin ditunjukkan, which is lebih mengarah ke pasar yang lebih umum, itu adalah sebuah pertanyaan karena belum tentu semua orang tahu asal-usulnya.

Meski begitu, secara garis besar cerita “Bilal” yang terhitung berat bisa disampaikan dengan jelas. Mulai dari value yang paling harus ada yaitu tentang betapa pentingnya keluarga, sampai yang levelnya paling sensitif. Selain mengenai kesamaan hak, di film ini dibahas juga mengenai pemanfaatan agama. Berhala-berhala yang ada di Mekkah dijadikan barang bisnis bagi mereka yang berkuasa. Mereka memanfaatkan agama dan kepercayaan untuk kepentingan sendiri. Jika disambungkan dengan kondisi masa kini, hal tersebut nampak tak asing lagi.

Khususnya Indonesia, hal sudah menjadi sesuatu yang kini dipraktekkan oleh elit. Meski goal-nya bukan untuk bisnis, namun agama sama-sama dimanfaatkan sebagai mesinnya. Kemudian aftermath dari itu juga kurang lebih sama. Di film, Bilal dihukum dengan cara yang paling keji. Hukuman ini sesuai dengan versi yang lain, sebelum cerita film memasuki tahap resolusi. Nah di kehidupan sosial kita, banyak orang yang mengklaim bahwa orang lain itu kafir dengan alasan yang sebetulnya cukup kekanak-kanakan. Hal-hal semacam ini, ketika diceritakan dengan jelas dan dengan cara yang umum, mungkin pesan yang terkandung di dalamnya akan sangat mudah dicerna.

Selain itu, perkembangan karakter Bilal juga asik untuk diikuti. Tidak hanya diceritakan dari kecil, Bilal juga ditampilkan sebagai manusia biasa. Di balik keteguhan hati dan keberaniannya, Bilal juga memiliki kelemahan. Ia juga memiliki keraguan, pernah mengalami keputusasaan, pasrah dengan apa yang katanya sih sudah menjadi takdirnya. Kemudian, setelah film memasuki tahap akhir, Bilal masih memiliki kelemahan. Ini terlihat dari logika kausalitas yang jelas, yang pada akhirnya memunculkan sifat manusia yang suka membuatnya bertindak diluar kendali. Semua nanti akan bermuara pada Bilal dewasa (Adewale Akinnuoye-Agbaje), yang dengan satu tindakannya saja kita bisa melihat bahwa ia sudah berbeda dibanding yang dulu-dulu. Hasil ini lah yang menghasilkan nilai plus karena film menampilkan prosesnya terlebih dahulu, sehingga apa yang nampak di akhir jadi sesuatu yang memuaskan jika mengacu pada story arc karakter utama.

Sebuah film inspiratif dengan “hard subjects”, yang mana coba ditampilkan secara soft yaitu lewat format animasi. “Bilal” memiliki konsep yang keren, yaitu tentang perjalanan “zero to hero” di zaman kuno. Wajar jika penonton non-muslim belum familiar dengan kisah ini. Tapi dengan kecerdikan sutradara dan timnya, mereka mengambil dan memfokuskan semua pada Bilal karena dibanding kisah dari tokoh-tokoh sahabat lainnya di zaman Nabi Muhammad, Bilal adalah kisah yang sangat universal dan ternyata masih sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini. Nilai-nilai yang terkandung semakin membuat “Bilal” sebagai tontonan yang oke untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga. Terutama bagi anak-anak, karena mereka bisa diperkenalkan pada kesamaan hak dan kesetaraan setiap insan.

 

Director: Khurram H. Alavi, Ayman Jamal

Starring: Adewale Akinnuoye-Agbaje, Ian McShane, Cynthia Kaye McWilliams, Jacob Latimore, China Anne McLain, Mick Wingert

Duration: 105 Minutes

Score: 7.5/10

Tags: Adewale Akinnuoye-AgbajeAyman JamalBilalChina Anne McLainCynthia Kaye McWilliamsIan McShaneJacob LatimoreKhurram H. AlaviMick WingertmuadzinPopular
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

‘Cop Secret’, Film Aksi yang Disutradarai Kiper Penepis Penalti Lionel Messi
Hype

‘Cop Secret’, Film Aksi yang Disutradarai Kiper Penepis Penalti Lionel Messi

Cilers masih inget sama kiper Islandia yang menggagalkan penalti Lionel Messi di Piala Dunia 2018 lalu? Kini film yang ia...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021
Ingin Sukses Dalam Berbisnis, Tonton 7 Film Inspiratif Ini
Hype

Ingin Sukses Berbisnis? Tonton 7 Film Inspiratif Ini

Berbisnis terkadang membutuhkan suatu inspirasi entah darimana datangnya. Salah satunya dari kisah-kisah para pengusaha sukses dan orang terkaya di dunia....

by Arif Firdaus
January 19, 2021
Netflix Hadirkan Film Sci-Fi Terbarunya, ‘Space Sweepers’
Hype

Film Petualangan Luar Angkasa ‘Space Sweepers’ Rilis Trailer Terbarunya

Netflix akan segera menghadirkan film Korea terbaru berjudul 'Space Sweepers' yang tayang pada tanggal 5 Februari 2021. Disutradarai oleh Jo...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021
Prokes di CGV
Hype

Jaringan Bioskop CGV Sewakan Studio dengan Terapkan Prokes

Jaringan CGV Indonesia mulai menawarkan pelayanan untuk menyewa studio bioskop untuk menikmati seni dan budaya secara ekslusif tanpa kehadiran orang...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In