Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

Beirut, Negosiasi Alot Jon Hamm di “Paris-nya Timur Tengah”

Adam Pratama by Adam Pratama
April 21, 2018
in Movies
Beirut, Negosiasi Alot Jon Hamm di “Paris-nya Timur Tengah”
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Kenapa Dunia Berubah Warna Di Akhir ‘WandaVision’ Episode 2?

Film James Bond Terbaru, ‘No Time To Die’, Kembali Tertunda

Between the needs of keeping the secrets and raising the stakes, he just want to save a life.

Setelah berakhirnya Perang Dunia 2, Beirut menjadi salah satu kota yang namanya begitu dikenal di seluruh dunia. Ibukota dari Lebanon ini menjadi destinasi wisata berkat keindahan yang terpancar dari bercampurnya pengaruh budaya barat dan timur. Mulai dari fashion, arsitektur bangunan, hingga kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang modern, semua hal ini membuat Beirut dijuluki sebagai “Paris-nya Timur Tengah”.

Sayang, perang saudara yang meletus pada tahun 1975 langsung memutarbalikkan keadaan. Kota Beirut yang indah berubah menjadi hancur terluka. Tank-tank Israel memasuki kota. Pesawat tempur Suriah membombardir dari udara. Belum lagi campur tangan milisi Palestina dan sikap pemerintah yang tidak tinggal diam membuat kota ini menjadi zona perang berbahaya.

Film mengambil latar waktu di sekitar tahun-tahun ini. Mason Skiles (Jon Hamm) adalah seorang diplomat Amerika yang bertugas di Beirut pada tahun 1972. Ia hidup bersama keluarga kecil, termasuk di dalamnya adalah Karim, anak laki-laki yang ia besarkan sendiri. Suatu hari, Mason didatangi oleh sahabatnya yaitu Cal (Mark Pellegrino). Cal mengatakan bahwa Karim harus diinterogasi karena sang bocah diduga masih memiliki kakak, dan kakaknya ini baru saja mengacau di Olimpiade Munich.

Tidak percaya bahwa anaknya akan dibawa oleh Mossad, Mason terkejut saat tempat tinggalnya diserbu teroris. Mereka mengambil Karim dan membunuh istrinya secara membabi-buta. Sepuluh tahun berlalu, Mason yang sudah punya kehidupan sendiri terpaksa kembali ke Beirut. Ia diminta untuk melakukan negosiasi dengan sebuah kelompok ekstrimis Islam. Bukan kebetulan, kelompok ini mengeluarkan nama Mason sebagai negosiatornya dan orang yang diperjuangkan adalah Cal, yang merupakan kawan lamanya.

Hal pertama yang membuat kita terpana adalah pemandangannya. Bagaimana film ini bisa memberikan perbedaan yang begitu signifikan di Beirut, sebelum dan saat perang terjadi. “The Paris of the Middle East” has completely change! Ini berhasil menjawab pertanyaan seperti apa sih sebetulnya Beirut di zaman keemasannya dulu. Tempat yang awalnya dipenuhi oleh kafe dan lampu jalanan yang artistik ini betul-betul berubah menjadi kota mati yang dikotori reruntuhan bangunan dan raut wajah kesedihan. Selain penggambaran kotanya, kita juga dijelaskan pembagian semacam zona-zona tertentu di Beirut. Mana yang termasuk aman mana yang tidak, dan sangat terlihat dari sini kalau Beirut juga bukan lagi seberagam dulu.

Setelah pemanfaatan latar dan penuansaan peperagannya sudah bagus, kini saatnya masuk ke dalam konflik. Karena menyangkut soal drama dan politik, sebelumnya kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa apa yang akan ditonton nanti bukanlah thriller yang didominasi oleh desingan peluru dan aksi-aksi berbahaya lainnya. Beirut adalah kasus elit yang mengangkat permasalahan kompleks nan serius sehingga dibutuhkan kesabaran dan kecermatan agar bisa mencernanya.

Benar saja, konflik ternyata tidak sesederhana itu. Pasti penonton juga nanti bisa tahu seperti apa jadinya jika Mason dan tim salah mengambil keputusan. Selain tensi, tingkat kepentingan yang melibatkan banyak pihak jiga semakin menjadi di bagian ini. Tebusan yang diminta tidak main-main sehingga menyenangkan untuk melihat akan seperti apa problem solving-nya nanti. Apa yang akan dinegosiasikan oleh Mason dan tim, apakah tebusan yang diminta penculik sudah masuk akal, siapa saja yang akan terancam, dan intrik-intrik lain yang mengikuti.

Semua disusun secara rapih sehingga meski berat, tidak rugi untuk coba menikmati alur ini. Oh, hampir lupa. Selain ketegangan, film juga memasukkan unsur keluarga. Meski tidak banyak, ini berfungsi untuk menambah unsur drama sekaligus memberi waktu istirahat sejenak karena memang, ruang untuk meregangkan badan di film seperti ini terbilang sedikit.

Berbeda dengan perannya di film lain yang kebetulan juga baru rilis di bioskop Indonesia yaitu 7 Days in Entebbe, Rosamund Pike betul-betul menjadi pemeran pendukung di sini. Tapi untuk Jon Hamm, beda ceritanya. Setelah sukses di serial Mad Men yang membesarkan namanya, Beirut adalah panggungnya untuk bersinar dan Jon jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia tampil luar biasa sebagai karakter utama, di mana Mason berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik sebagai negosiator ulung di kala pihaknya berada di posisi yang hampir mustahil. Selain dari kerumitan kasus, sepak terjang Mason di sini berhasil meng-grip kita agar tetap setia mengikuti film ini.

Tapi tetap, negosiasi yang rumit memang berisiko tinggi. Terdapat satu bagian di dalam cerita, yang walaupun memberikan efek tertentu, namun ini terlalu singkat untuk kemudian dimunculkan ke permukaan. Waktu yang disediakan masih belum cukup. Kerumitan yang menyangkut banyak pihak ketika sudah sampai di titik ini akan membuat Chillers berpikir lebih keras lagi karena dirancang dengan cepat dan langsung berimbas pada keputusan final sebelum filmnya berakhir. Lebih jauh, bagian ini juga membuat Beirut jadi seperti punya semacam musuh terselubung. Sulit untuk menangkap clue dari sini karena sebelumnya film sudah meluaskan pengaruh dan ketika hal tersebut muncul, kita harus mundur dan kembali melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan style jadul mengarah ke vintage, yakni era 70 dan 80-an, Beirut keluar sesuai ekspektasi. Film yang pasti akan menjadi tontonan yang berat, namun berkat penulisan yang apik dari Tony Gilroy (The Bourne Trilogy, Rogue One: A Star Wars Story) semua yang rumit dituturkan satu demi satu, tidak terburu-buru. Ada beberapa step yang predictable, tapi uniknya justru hal ini semakin meningkatkan perhatian kita terhadap kasusnya. Jelang akhir film, memang ada saja yang missed, tapi setidaknya kita masih bisa menangkap big picture-nya seperti apa. A solid, well-crafted political drama-thriller. Untuk Chillers yang menyukai film dengan intensitas tinggi, film ini sangat direkomendasikan dan dapat kamu tonton di bioskop terdekat.

Director: Brad Anderson

Starring: Jon Hamm, Rosamund Pike, Mark Pellegrino, Dean Norris, Shea Wigham, Idir Chender

Score: 8/10

Tags: BeirutBrad AndersonDean NorrisJon HammMark PellegrinoPopularRosamund PikeShea WighamTony Gilroy
Adam Pratama

Adam Pratama

Founder CINEMANIA ID, now becoming @cineverse.id. Batch 2 @mrabroadcastingacademy, Batch 4 adv class @kelaspenyiar_id. @imsi_fibui @fibui_basketball

Related Posts

'wandavision' Mengapa Dunia Berubah Warna Di Akhir Episode 2
Hype

Kenapa Dunia Berubah Warna Di Akhir ‘WandaVision’ Episode 2?

(Perhatian, artikel ini mengandung spoiler!) Saat-saat terakhir WandaVision episode 2 sepenuhnya memperkenalkan warna ke dalam dunia yang sebelumnya hitam-putih. Pertunjukan...

by Arif Firdaus
January 22, 2021
Tanggal Rilis No Time To Die Beralih Ke Oktober 2021
Hype

Film James Bond Terbaru, ‘No Time To Die’, Kembali Tertunda

Film James Bond terakhir Daniel Craig 'No Time To Die' kembali mengalami penundaan, dan sekarang film ini dijadwalkan untuk diputar...

by Arif Firdaus
January 22, 2021
Promising Young Woman
Reviews

Review Film: ‘Promising Young Woman’

"Look how easy that was. I guess you just had to think about it in the right way. I guess...

January 21, 2021
News Of The World
Reviews

Review Film: ‘News of the World’

"We're all journeying across the prairie in a straight line and looking for that place to be. And when we...

January 20, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In