Selain itu, ada dua perubahan besar lain, yaitu pemotongan durasi acara dan perubahan jadwal acara untuk penyelenggaraan Oscar tahun 2020.
Terealisasinya perubahan besar tinggal menunggu waktu saja bagi acara penghargaan tertinggi insan perfilman dunia ini. Setelah kembali menunjuk sinematografer John Bailey sebagai presiden, “board of governors” dari AMPAS (Academy of Motion Picture Arts and Sciences) memberikan satu pengumuman besar. Terdapat tiga poin dalam pengumuman tersebut dan ini bisa mengubah wajah perhelatan Oscar yang semakin tahun jumlah penontonnya dilaporkan semakin menurun. Tidak tanggung-tanggung, salah dua dari poin-poin tadi bisa menimbulkan perdebatan. Banyak pro kontra yang bisa timbul akibat gagasan ini, dan semua dilakukan salah satunya adalah demi memperbaiki kelemahan acara yang terlihat nyata.
- Pemotongan Runtime Acara
Sebagai penghargaan paling bergengsi di dunia perfilman, Oscars memiliki banyak kategori. Tercatat ada 24 kategori yang meliputi bidang-bidang pembuatan film. Mulai dari kategori akting, sutradara, skenario, sampai visual-effects semuanya ada. Tidak hanya itu, kategori khusus seperti animasi (feature dan shorts), kemudian Foreign Language juga tersedia.
Begitu banyaknya kategori membuat runtime dari acara penghargaan menjadi lama karena selain harus menunggu giliran rundown, durasi speech pun berpotensi membuat acara sedikit lebih panjang. Kemudian, ditambah lagi anggapan bahwa orang menonton Oscar hanya untuk mengetahui pemenang dari kategori utama saja. Maka dari itu, dibuatlah usul yang sebetulnya tidak baru-baru amat, di mana acara akan mempersembahkan pembacaan pemenang di kategori-kategori tertentu secara langsung ketika commercial break. Momen kemenangan kemudian akan diedit dan ditampilkan nanti.
Usul ini tentu mendapatkan respon positif dan negatif yang sama besar dari masyarakat. Positifnya, pemotongan ini jelas dapat menghemat waktu. Ajang Oscar yang dikenal lama selesainya akan sedikit lebih cepat tahun depan karena mereka punya peluang untuk memberikan hiburan yang efektif dan tidak membosankan. Tanggapan negatifnya, banyak yang menganggap bahwa ini merupakan satu perlakuan yang kurang pantas untuk para seniman. Mereka punya hak yang sama untuk merayakan kemenangan dan jika acara menampilkan momen tersebut belakangan, itu dianggap sebagai sebuah tindakan yang kurang terhormat. Beberapa kategori seperti editing, sound, make-up and hairstyling, sampai short films bisa jadi kategori yang dikorbankan.
- Kategori Baru untuk “Film Terpopuler”
Keputusan kedua juga tidak kalah hebohnya. Ini bisa membuat pamor Oscar semakin naik, meskipun masih belum jelas apa yang dimaksud dengan film populer itu. Tapi, jika melihat ke belakang, terutama dua tahun ke belakang, bisa jadi film populer yang dimaksud adalah film yang sukses secara komersil di Box Office. Film-film yang dikenal masyarakat luas, bukan hanya para cinephile saja. Film “Deadpool” sempat diprediksi akan menjadi nominee Oscar pada tahun 2016 lalu. Begitu pula “Wonder Woman” (2017). Sayang, itu semua hanya harapan belaka karena pada akhirnya film-film ini tidak mendapatkan apa-apa.
Satu anggapan yang mungkin lebih populer sehingga melahirkan ide ini adalah, anggapan bahwa orang-orang banyak yang tidak terlalu familiar dengan film yang masuk menjadi nominee. Masyarakat dinilai lebih tertarik ketika film-film pop masuk sebagai nominee, bukan film-film drama berat yang belum tentu mereka tonton juga. Ditengarai, banyaknya film yang belum familiar ini membuat minat menonton Oscar menjadi berkurang. Jika film-film pop ini diberikan ruang, maka harapannya sangat jelas. Kita bisa melihat para aktor favorit kita macam Ryan Reynolds, Gal Gadot, Tom Cruise, sampai Dwayne Johnson yang tidak hanya berperan sebagai pembaca nominasi namun juga ikut berkompetisi. Film-film pop semakin diapresiasi oleh penghargaan kasta tertinggi sehingga banyak yang penasaran sehingga rating menjadi naik.
Meski begitu, terdapat beberapa hal yang bikin ide ini tidak terlalu disukai. Yang paling kencang adalah anggapan bahwa usul ini bisa menurunkan kualitas penghargaan Oscar itu sendiri. Masuknya film-film populer lewat kategori baru akan membuat Oscar kehilangan magisnya dan bakal sebelas dua belas dengan acara penghargaan lain macam “People’s Choice Award” dan “MTV Movie and TV Awards”. Selain itu, film-film populer juga memiliki kesempatan untuk “merusak” hegemoni dengan pernyataan resmi AMPAS bahwa sebuah film bisa mendapatkan Oscar, baik di kategori film populer maupun Best Picture. Perlu diingat, Oscar bukanlah kontes kepopuleran, melainkan acara penganugerahan yang ditujukan kepada mereka yang terbaik. Populer sepertinya belum tentu bisa dianggap sebagai yang terbaik.
- Pelaksanaan Oscar Tahun 2020
Poin terakhir yang menjadi “major changes” di Oscar adalah tanggal pelaksanaan Oscar tahun 2020. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Oscar di tahun 2020 nanti disiarkan lebih cepat. Alih-alih 24 Februari, acara dimajukan menjadi tanggal 9 Februari. Perubahan tanggal ini dipastikan tidak akan mengganggu atau mengubah kelayakan film yang bisa masuk sebagai nominee maupun proses voting sendiri. Oscar ke-91 akan tetap diselenggarakan di tanggal yang lama, yaitu 24 Februari 2019.
Jadi, bagaimana tanggapanmu mengenai perubahan ini? Apakah kamu termasuk yang mendukung, atau kurang sreg dengan keputusan tersebut. Atau mungkin, kamu ada usul lain untuk penyelenggaraan Oscar tahun depan? For the record, tiga poin di atas sudah disetujui oleh “board of governors”. Mereka adalah para direktur yang menentukan visi dari acara Oscar ke depan, menjamin kesehatan finansial, meyakinkan bahwa Oscar memenuhi misinya.