“We must survive. We must both stay alive.” – Oh Joon-woo.
Suatu hari, bayangkan saja, kamu bangun tidur seperti biasa. Mencuci muka, mampir ke meja makan dan menemukan catatan dari ibumu bahwa beliau tidak memasak. “Ah, santai,” pikirmu. Karena biasanya juga sudah sering seperti itu. Setelah itu kamu beranjak menuju ke meja komputermu. Menyalakannya dan mulai bersiap untuk bermain gim PC sembari melakukan live streaming.
Tiba-tiba, salah satu teman bermainmu terkaget-kaget di seberang komputer sana karena ada breaking news yang sangat menakutkan. Kamu pun tidak ambil pusing dan dengan enggan menyalakan TV, sampai apa yang kamu lihat pun berhasil membuatmu kaget. Ditambah dengan suasana di luar tempat tinggalmu yang ternyata benar-benar chaos. Dalam beberapa waktu ke depan kamu pun sadar, bahwa ini adalah kejadian luar biasa. Ya, wabah zombie.

Tulisan di atas adalah sedikit penggalan awal cerita ‘#Alive’, sebuah film horor dengan tema zombie survival dari Korea Selatan. Film ini sebenarnya telah dirilis pada 24 Juni silam di Korea Selatan dan baru saja dirilis di seluruh dunia via Netflix 8 September kemarin. Dengan dibintangi dua artis papan atas Korea Selatan, Yoo Ah In dan Park Shin Hye, jelas banyak yang berekspektasi tinggi untuk film ini.
Film ini sejak awal sudah tidak berbasa-basi lagi dan langsung menuju ke intinya. Dor! Tiba-tiba ada wabah zombie. Padahal film bahkan belum berjalan sampai 10 menit. Agak unik memang, mengingat film seperti ini biasanya akan ada cerita pembuka dan tidak langsung memunculkan seperti itu. Namun, ternyata hal ini masuk akal. Ke depannya, kita akan tahu bahwa film ini bukanlah film zombie penuh aksi dengan tempo yang cepat. Alih-alih menonjolkan intensitas dari adegan-adegan aksi, film ini menunjukkan ketegangannya dengan perlahan tapi pasti.

Kesendirian bisa dikatakan menjadi tajuk utama ‘#Alive’. Biasanya penggalan lirik lagu ‘Kosong’ dari Dewa 19, “Di dalam keramaian aku masih merasa sepi” sering dijadikan twit-twit warganet berbau galau dan overthinking. Namun, dalam konteks film ini, penggalan lirik itu sangat cocok untuk menggambarkan keadaan Joon Woo (Yoo Ah-In). Literally, dia memang sendirian walau keadaannya ramai di luar sana. Ramai karena para zombie.
Film ini bisa jadi membosankan untuk beberapa orang karena temponya yang lambat. Beberapa kali ketegangan film meningkat tentunya saat zombie muncul. Namun ini bisa jadi salah satu kekuatan dari film ini. Bagaimana Joon Woo melakukan berbagai cara dalam mengisi kekosongan hidupnya dan bertahan hidup terasa mengena.

Berhemat-hemat sumber daya, memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, penyesalan karena tidak bertemu keluarganya, coping mechanism dalam menghadapi kesendirian, semuanya terasa nyata. Agaknya hal-hal seperti ini akan terasa realatable karena coba bayangkan saja hidupmu tanpa internet sehari saja, tanpa teman dan tanpa keluarga, apa jadinya? Apa kamu akan bisa bertahan selama Joon Woo atau kurang dari itu? Sebuah aspek yang bisa kita jadikan refleksi untuk pribadi kita.
Entah kenapa kemunculan tokoh Yoo Bin (Park Shin-Hye) terasa ganjil dan kurang pas (aktingnya juga, sih). Kemunculannya yang tiba-tiba mungkin dianggap oleh sutradara atau penulis naskah sebagai “problem solver” dari kekalutan hidup Joon Woo. Padahal mungkin akan lebih bagus jika karakter Joon Woo bisa terus berkembang lagi sampai di akhir film. Baik dari segi skill bertahan hidup maupun kondisi mentalnya.

Namun, hal ini juga bisa jadi simbol bahwa selalu ada setitik harapan dalam kegelapan. Ada orang yang bisa bertahan dalam kesendirian, ada juga yang tidak. Dalam kasus ini, Joon Woo sepertinya memang membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Aspek horor dan menegangkan dalam film ini bisa dibilang cukup. Nggak serem-serem amat tapi, ya, pas, karena memang ini bukan film zombie berbalut aksi-aksi heroik. Saat ada adegan aksi justru terasa garib, aneh. Joon Woo dan Yoo Bin yang diceritakan bukan seseorang dengan latar belakang petarung atau memiliki keahlian bela diri, sekonyong-konyong bisa menghindar secara gesit dan lincah dari para zombie, bahkan melawannya dengan kapak dan tongkat golf.
Apakah ini efek adrenaline rush atau mereka baru saja upgrade skill seperti dalam game? Zombie dalam film ini juga digambarkan lumayan cerdas. Seharusnya, mereka akan kewalahan melawan mereka, bukan?

‘#Alive’ memang sepintas menggambarkan bahwa memang lebih baik tidak ke mana-mana dan bergantung pada dirimu. Buktinya, kalau kamu asal percaya sama orang, kamu bisa saja diumpanin sebagai makanan oleh seorang pria setia-tapi-gila ke zombie yang ternyata istrinya.
Tapi di sisi lain, film ini juga menunjukkan bahwa melawan zombie lebih gampang daripada melawan kesendirian. Saat menonton, saya berharap bahwa akhir film ini akan jadi akhir film yang sangat keren dan luar biasa berkesan seperti ‘The Mist’ (2007) mungkin, tapi ya ternyata nggak.
Director: Cho Il-hyung
Casts: Yoo Ah-In, Park Shin-Hye, Lee Hyun-Wook, Jeon Bae-Soo, Oh Hye-Won
Duration: 98 Minutes
Score: 6.9/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
#Alive
#Alive merupakan film Korea yang menceritakan perjuangan seorang lelaki dari serangan zombie di apartemennya. Ia hanya mengandalkan bantuan lewat medsos yang mengabarkan kalau dirinya masih hidup. Tapi apakah bisa ia bertahan setiap harinya, sementara stok makanan yang ada terus menipis?
Discussion about this post