Menjadi salah satu genre penyumbang penonton terbanyak, apakah tren film horor Indonesia sudah sesuai dengan kualitasnya?
Film dengan genre horor memang mempunyai daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia, dan selalu menjadi salah satu genre yang paling banyak digemari. Dari dulu hingga sekarang, perfilman Indonesia telah banyak mengeluarkan film-film bergenre horor dengan judul dan alur cerita yang beragam, serta melalui banyak perubahan.
Stigma “film dewasa berkedok horor”
Jika mengilas kebelakang, film horor Indonesia mempunyai image yang negatif di kalangan masyarakat karena selalu dikaitkan dengan kekerasan dan adegan dewasa yang tidak layak ditonton untuk anak muda.
Sebagian besar film horor Indonesia banyak digandrungi masyarakat karena lebih menonjolkan adegan dewasa dibandingkan kualitas filmnya.
Bahkan alih-alih memakai cover poster seram, film-film tersebut justru menampilkan gambar pemeran berpakaian seksi, yang justru lebih besar porsinya daripada hantu itu sendiri. Belum lagi hingga menggaet beberapa aktris sensual dan kontroversial dari dalam hingga luar negeri.
Meski kualitasnya sering mendapat kritikan dan kecaman, film dewasa berkedok horor tersebut anehnya sangat laku dipasaran meskipun menawarkan cerita yang ala kadarnya. Jadi apakah film horor Indonesia hanya laku jika diselipkan adegan dewasa?
Lunturnya stigma masyarakat tentang film horor Indonesia
Seiring berjalannya waktu, film horor lokal mulai menghapuskan stigma yang melekat pada genre tersebut sejak lama. Dengan kualitas film yang meningkat, tidak perlu poster seksi dan adegan dewasa untuk membuat film horor Indonesia menjadi laris di pasaran.
Sebut saja ‘Pengabdi Setan’ (2017) yang masih menduduki film horor terlaris sepanjang masa di Indonesia. Menurut data dari Film Indonesia, film garapan sutradara Joko Anwar tersebut sukses meraih lebih dari 4 juta penonton dan telah tayang di beberapa bioskop luar negeri.
Selain itu, ‘Suzzanna: Bernafas Dalam Kubur’ (2018) juga menjadi film horor Indonesia terlaris dengan meraih lebih dari 3 juta penonton, dan ‘Danur: I Can See Ghost’ (2017) yang berhasil meraih lebih dari 2 juta penonton.
Film-film horor berkualitas tersebut tentu saja mematahkan stigma masyarakat yang sudah ada, dan menggulingkan film horor terlaris yang sebelumnya dipegang oleh ‘Tali Pocong Perawan’ (2008) yang menembus 1 juta penonton.
Dengan menguatnya film-film horor lokal berkualitas yang menetapkan standar baru dalam genre tersebut membuat penonton semakin cerdas dan selektif dalam menilai film.
Tercipta ruang bagi para sineas film yang ingin melahirkan film-film horor berkualitas. Kini, wajah perfilman horor Indonesia sudah mulai berganti dengan kehadiran film yang lebih baik dari sisi plot, teknik, juga akting para pemerannya.
Di samping itu, para pembuat film dan publisis juga sekarang lebih aktif melibatkan publik demi menggaet penonton. Mulai dari interaksi di media sosial, nonton bareng para pemain, sampai menggelar kuis. Beberapa strategi gimik pemasaran yang kreatif juga cukup mampu mempertahankan film tetap diputar di layar bioskop.
Analisis ‘Iblis Dalam Kandungan’ dan gelar top 6 box office-nya
Dengan penonton Indonesia yang sedang haus akan film-film horor, beberapa film horor lokal mampu meraih ratusan ribu penonton di awal tahun 2022, contohnya film ‘Teluh’ dan fenomena film yang belakangan ini sedang ramai dibicarakan, ‘Iblis Dalam Kandungan’.
Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan sebuah video seorang remaja yang diduga “kesurupan” saat tengah menonton film ‘Iblis Dalam Kandungan’ di bioskop. Kejadian ini mendapatkan perhatian luas setelah dibagikan oleh akun Twitter @HabisNontonFilm.
Ada yang kesurupan pas nonton film Iblis Dalam Kandungan
Jujur ragu, kerasukan kayak gini gimmick apa beneran ya? pic.twitter.com/8z6Vkubblb
— Habis Nonton Film (@HabisNontonFilm) March 11, 2022
Hingga berita ini dipublikasikan, video tersebut sedikitnya telah disaksikan 840 ribu kali, di-retweet 562 kali, dan mendapatkan 2.913 likes. Sontak, kejadian itu ramai mendapatkan sorotan warganet. Mereka menuliskan beragam pendapat, mulai dari spekulasi, dan penjelasan.
Apakah hal tersebut merupakan sebuah gimik pemasaran untuk meraih penonton? Atau sebuah keberuntungan besar bagi film ‘Iblis Dalam Kandungan’? Jika memang sebuah gimik, tim marketing film ‘Iblis Dalam Kandungan’ dengan sangat baik memanfaatkan keaadan yang sedang terjadi di masyarakat.
Gimik marketing atau sebuah keberuntungan?
Jika kejadian tersebut merupakan gimik, trik itu sangat sukses mencapai tujuannya untuk meraih penonton. Bagaimana tidak, bangku bioskop yang tadinya hampir sepenuhnya kosong di hari pertama pemutaran, ‘Iblis Dalam Kandungan’ langsung menduduki nomor 6 box office Indonesia dengan lebih dari 200 ribu penonton setelah video tersebut viral.
Dengan suksesnya gimik “kesurupan” untuk membuat film tersebut terkesan sangat menyeramkan, bisa jadi kita akan melihat beberapa kejadian serupa lainnya untuk film-film horor yang akan datang.
Jika bukan, hal itu tentu saja merupakan sebuah keberuntungan besar bagi ‘Iblis Dalam Kandungan’ yang mendapatkan promosi secara cuma-cuma.
Apakah tren film ‘Iblis Dalam Kandungan’ sesuai dengan kualitas filmnya?
Memang, film ‘Iblis Dalam Kandungan’ sukses merogoh kantong ratusan ribu penontonnya, tapi apakah tren yang diikuti sudah selaras dengan kualitasnya?
Apakah para penonton merasa puas, atau dibuat menyesal karena ekspektasi yang terlalu tinggi setelah termakan oleh video “kesurupan”-nya?
Pada hari pertama penayangannya, Cineverse berkesempatan untuk menonton serta memberikan ulasan tentang film ‘Iblis Dalam Kandungan’.
Menilai dari kacamata penonton, kualitas film tersebut memang bisa dikatakan sangat jauh dari film-film horor box office Indonesia lainnya, dari segi plot, karakter, teknik, dan sisi horornya. Semua aspek cerita dalam film mudah ditemukan pada film-film horor yang sudah pernah ada.
Menariknya, beberapa pengulas yang memberikan ulasan tentang film tersebut pun dengan kompak memberikan poin-poin yang sekiranya gagal disampaikan, juga dengan kompak memberikan nilai akhir yang sebagian besar tidak ada yang di atas 5.
Jadi, apa yang membuat ‘Iblis Dalam Kandungan’ sukses menembus box office Indonesia?
Dengan stigma yang sudah berubah, masyarakat yang lebih selektif dalam memilah film, dan teknik pemasaran yang lebih efektif, apakah film-film horor yang laris hingga masuk box office Indonesia sudah pasti mempunyai kualitas yang bagus?
Sayangnya, dengan pamor tinggi yang dimiliki ‘Pengabdi Setan’ dan ‘Danur’, masyarakat secara tidak sengaja menyamaratakan film horor lainnya dengan film tersebut. Akibatnya, masyarakat berekspektasi tinggi dengan film-film horor yang akan datang.
Dengan memanfaatkan sosial media yang ada, memainkan emosi penonton, dan budaya masyarakat Indonesia yang “latah” dan tidak ingin ketinggalan tren, hal tersebut yang membuat masyarakat menjadi penasaran dan akhirnya memilih untuk menonton film ini.
Belum lagi dikarenakan kosongnya film horor lokal yang sedang tayang di Indonesia pada saat film tersebut tayang membuat penonton tidak punya pilihan lain untuk memilih film tersebut.
Jika ditanya apakah ‘Iblis Dalam Kandungan’ layak ditonton? Tentu saja. Tidak perlu diragukan, film horor Indonesia memang lebih relate dengan kebudayaan mistis masyarakatnya. Belum lagi di tengah maraknya pandemi, pasar perfilman mengalami dampak kerugian yang lumayan besar.
Dengan menonton film Indonesia, kita turut andil dalam mendukung perfilman Indonesia untuk semakin maju.
Melihat dari perspektif lain, di balik suksesnya penjualan tiket ‘Iblis Dalam Kandungan’ yang tembus dua ratus ribu penonton juga dapat menafkahi puluhan orang yang terlibat dalam pembuatan film tersebut dan meningkatkan kembali gairah perfilman Indonesia.
Dengan tingginya tren film horor Indonesia, apakah dapat menaikkan kualitas film horor lokal?
Selepas dari kesuksesan film-film horor lokal di awal tahun 2022 yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi kita, tahun ini menjadi tahun kebangkitan film bergenre horor khususnya di Indonesia setelah keterpurukannya selama masa pandemi.
Beberapa judul film horor ternama pun sudah mulai memperlihatkan taringnya dengan memberikan cuplikan-cuplikan yang semakin menggoda bagi para penikmat film horor.
Film yang ditunggu adalah film horor yang diangkat berdasarkan kejadian nyata ‘KKN di Desa Penari’ yang kisahnya sempat viral di Twitter pada tahun 2019 lalu, dan sekuel film horor terlaris di Indonesia, ‘Pengabdi Setan 2′.
Dengan kembalinya ‘Pengabdi Setan 2’ ke layar lebar, semoga ekspektasi film horor dan tren yang membuntutinya akan melahirkan film-film horor berkualitas lain hingga mampu mendobrak kancah perfilman horor internasional lebih luas lagi.