Mengenal Penyakit yang Dialami Baskara di Why Do You Love Me

Baskara (Adipati Dolken) menderita kelumpuhan syaraf yang mengharuskan dirinya harus berada di kursi roda

why do you love me 1

© Max Pictures

Why Do You Love Me dibintangi Adipati Dolken, Jefri Nicol dan Onadio Leonardo yang bercerita tentang 3 laki-laki disabilitas yang memulai perjalanan mereka ke Surabaya dan berharap mendapatkan pengalaman seksual pertama mereka.

Minggu ini kita kedatangan film Indonesia yang temanya sangat unik dan tidak biasa. Film berjudul Why Do You Love Me ini bercerita tentang 3 laki-laki disabilitas yang memulai perjalanan mereka ke Surabaya dan berharap mendapatkan pengalaman seksual pertama mereka.

Why Do You Love Me sendiri merupakan adaptasi film dari Belgia berjudul Hasta La Vista, atau judul Inggris-nya Come as You Are yang dirilis pada tahun 2011 silam.

Perjalanan film ini di kompetisi film internasional maman termasuk cemerlang. Come As You Are berhasil memenangkan 12 penghargaan internasional, termasuk membawa pulang trofi Grand prix des Americas, bahkan terpilih sebagai film paling populer di Festival Film Internasional di Montreal.

Why Do You Love Me bercerita tentang tiga orang sahabat, Baskara, Danton, dan Miko yang berusia dua puluhan yang masing-masing memiliki cacat fisik.

Cineverse akan sedikit mengulas penyakit yang diderita Baskara dalam film ini. Baskara yang diperankan Adipati Dolken, menderita kelumpuhan syaraf yang mengharuskan dirinya harus berada di kursi roda.

Baskara pada dasarnya mengidap penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Penyakit inilah yang membuat Baskara harus hidup dengan bantuan kursi roda. Penyakit yang dialami Baskara, sama dengan yang diderita ilmuwan ternama Stephen Hawking yang meninggal pada tahun 2018 silam.

Stephen Hawking © KARWAI TANG / GETTY

Mengenal lebih jauh tentang ALS

Seperti yang dikutip dari halodoc, Penyakit ALS yang dialami Baskara merupakan  penyakit yang menyerang saraf motorik di otak dan tulang belakang. Saraf motorik pada dasarnya merupakan sel saraf yang berfungsi menghantarkan sinyal listrik saraf dan mengendalikan gerakan otot.

Jika terjadi kerusakan, maka tubuh akan kehilangan kemampuan untuk menggerakkan otot. Itu mengapa orang yang mengidap ALS akan mengalami penurunan kemampuan fungsi otot hingga kelumpuhan, kesulitan mengunyah, menelan, berbicara, bahkan bernapas.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit ALS. Namun, para peneliti menduga bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan sel pada pengidap ALS, diantaranya kelebihan glutamat, autoimun, gangguan pada mitokondria, dan stres oksidatif.

Penyakit ALS umumnya diawali dengan kondisi melemahnya otot salah satu tangan atau kaki. Kelemahan tersebut perlahan akan menyebar ke kedua tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya.

Akibatnya, kondisi ini menimbulkan gejala seperti tangan terasa lemas, lemah pada tungkai dan kaki, sulit menegakkan kepala, sulit menjaga posisi badan, sulit menelan, sulit berjalan, dan berbicara kurang jelas.

Untuk pengobatan ALS sendiri biasanya dilakukan untuk menghambat perkembangan penyakit serta mencegah komplikasi ALS, seperti kesulitan berbicara, gangguan pernapasan, gangguan makan, dan demensia.

ALS dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan yang dapat meringankan gejala yang dialami seperti nyeri, kram, kejang otot, sembelit, air liur dan dahak berlebih, gangguan tidur, dan depresi. Beberapa terapi, seperti terapi pernapasan, fisik, berbicara, dan okupasi juga dapat dilakukan untuk menjaga kemampuan fungsional dan kemandirian pengidap ALS.

Apa yang ditunjukkan Adipati Dolken saat memerankan Baskara memang belum seekstrim yang dilakukan Eddie Redmayne saat memerankan Stephen Hawking di film biopiknya, The Theory of Everything (2014). Totalitas yang diperlihatkan Eddie Redmayne memang luar biasa, hingga ia memperoleh Oscar sebagai Aktor Terbaik di tahun 2015.

Kaum disabilitas juga manusia biasa seperti kita

Baskara (Adipati Dolken), Miko (Onadio Leonardo) & Danton (Jefri Nicol) © Max Pictures

Namun, dalam artikel ini, Cineverse tidak ingin membandingkan kualitas akting masing-masing bintang. Rujukan film adaptasi Why Do You Love Me memang ingin mengeksplorasi keinginan terdalam kaum disabilitas yang mengimpikan perempuan idaman yang bisa memuaskan hasrat seksual mereka yang sedang tinggi-tingginya.

Kita sebagai orang normal juga harus menyadari kalau mereka juga memiliki kebutuhan seperti halnya orang normal, bukannya malah menganggap mereka aneh. Why Do You Love Me menyadarkan kita kalau mereka juga butuh dukungan dari kita, agar mereka tidak merasa dikucilkan dalam pergaulan, terlebih dalam mencari pasangan hidup.

Banyak dari kaum disabilitas mempunyai pasangan orang normal, jadi kesenjangan fisik seperti itu seharusnya jangan sampai menjadi penghalang bagi kita untuk memahami mereka lebih baik lagi.

Buat Cilers yang ingin menonton film yang sangat menghibur ini, tonton segera Why Do You Love Me di bioskop terdekat di kota kamu.

Exit mobile version