Setelah Amerika Serikat jatuh, negara baru yang diberi nama Panem menggantikannya dengan 13 Distrik yang mengelilingi Capitol sebagai pusatnya.
Saga The Hunger Games memperkenalkan dunia fiksi bernama Panem, sebuah negara yang berada di bawah kontrol Capitol dengan beberapa distrik di sekitarnya.
Setiap distrik bertanggung jawab atas segmen ekonomi yang berbeda, ada 12 Distrik di Panem di mana seluruh bangsa berada dalam kekuasaan kediktatoran otoriter dan totaliter dipimpin oleh Presiden Coriolanus Snow yang kejam.
Hukum dijalankan dengan keras oleh pemerintah Panem dengan Pasukan Penjaga Perdamaian untuk menjaga agar warga Panem tetap mematuhi hukum negara. Panem dan distriknya meliputi bagian-bagian yang dulunya adalah bagian dari wilayah Amerika Serikat sebelum menjadi korban kenaikan permukaan laut secara global dan bencana alam lainnya.
Panem ditampilkan sebagai visi alternatif yang suram tentang Amerika Serikat di masa depan. Sebagian besar detail tentang Panem didapat dari ingatan atau memori Katniss Everdeen, ingatan tentang apa yang dia pelajari dari berita, sekolah dan desus-desus tentang Panem.
Asal muasal kata Panem
Dalam novel Hunger Games, Plutarch Heavensbee memberi tahu Katniss bahwa nama negara Panem berasal dari frasa Latin kuno, Panem et Circenses yang diterjemahkan sebagai roti dan sirkus. Hal ini menggambarkan taktik pemerintah Panem yang menyediakan makanan dan hiburan gratis bagi warganya.
Warga yang penuh dengan makanan dan hiburan akan lebih mudah dikendalikan, setelah Pemberontakan Pertama terjadi, pemerintah membutuhkan cara yang tepat untuk mengontrol Distrik dengan kombinasi ketakutan dan harapan.
Di sinilah Panem et Circenses berlaku, karena jika tribute berhasil memenangkan Hunger Games mereka akan membawa pulang persediaan makanan selama setahun untuk rakyatnya. The Hunger Games memberikan lebih dari sekedar kendali atas Distrik dengan menggunakan roti (makanan) tapi
memastikan bahwa warga Capitol dihibur dengan sirkus.
Para pemimpin seperti Snow, tidak perlu khawatir dengan kebutuhan rakyatnya selama mereka disibukkan dengan Hunger Games.
Terinspirasi dari Kekaisaran Romawi
Suzanne Collins, mengakui bahwa inspirasi dalam menulis untuk novel distopia-nya dia dapatkan dari pertandingan Gladiator di Kekaisaran Romawi, di mana Gladiator bertarung sampai mati dalam Koleseum untuk menghibur warga Roma.
Sebenarnya frasa Panem Et Circenses ini pertama kali tercetus oleh penyair Romawi bernama Decimus Junius Juvenalis, frasa ini dipakai sebagai kritik atas masyarakat Roma yang dengan mudahnya ditenangkan dengan hanya memenuhi kebutuhan paling dasar mereka.
Obsesi warga Roma terhadap makanan dan hiburan menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi menurut Juvenalis. Dalam The Hunger Games, para warga Capitol seakan hanya peduli untuk mengisi perut mereka dan menonton orang berjuang sampai mati sedemikian rupa sehingga mereka tidak peduli jika pemerintah mereka korup.
Kemudian Presiden Coriolanus Snow di waktu mudanya menyempurnakan lagi konsep roti dan sirkus untuk lebih menjamin kepatuhan Distrik. Dia memperkenalkan sistem perjudian, sponsor, parade dan hadiah utama bagi pemenang Hunger Games.
Snow memastikan kebutuhan para tribute yang terpilih dari masing-masing distrik dipenuhi dengan baik dan penuh kelimpahan. Para tribute tersebut diperlakukan bagai bangsawan dan dijamin mulai dari kebutuhan makan, tempat tinggal, busana mewah dan fasilitas latihan yang lengkap.
Sementara itu Panem bangkit dari abu akibat berbagai bencana alam dan perang, 13 Distrik di Panem sebagian besar terputus satu sama lainnya. Masing-masing distrik mengembangkan budaya dan norma sosialnya sendiri.
Penduduknya amat jarang melakukan perjalanan antar distrik dan hal inilah yang membuat cara hidup terisolasi di seluruh negeri.
Tenaga kerja dan sumber daya di tiap distrik memungkinkan warga Capitol untuk hidup mewah tanpa ada rasa khawatir. Hal tersebut menunjukkan bagaimana sebenaranya warga elit Capitol tersebut hanya sekedar pion belaka bagi orang seperti Snow untuk mempertahankan kekuasaannya di Panem.