Menceritakan kisah hidup dari tokoh Buya Hamka, mengapa perlu ada tiga film untuk membangun cerita?
Film Buya Hamka saat ini masih tayang di bioskop Indonesia. Rilis bertepatan dengan musim libur lebaran, film tersebut direncanakan untuk hadir dengan tiga volume.
Namun, apakah Cilers tahu mengapa perlu tiga bagian untuk menceritakan kisah hidup sang pahlawan asal Sumatera Barat tersebut?
Alasan jelasnya, tentu bukan perkara mudah menghadirkan biografi salah satu tokoh penting Indonesia hanya dengan 120 menit. Maka untuk menghilangkan ambiguitas dan menghadirkan fakta sejarah yang akurat, Falcon Pictures membagi film Buya Hamka menjadi tiga volume.
Mengutip pernyataan Fajar Bustomi selaku sutradara Buya Hamka, ia mengatakan bahwa keputusan tiga bagian itu bertujuan agar para penonton dapat merasakan cerita terbaik dari film.
Awalnya, Buya Hamka sendiri diniatkan hanya menjadi dua film saja. Namun ketika dalam proses pengeditan, Fajar merasa tiga film merupakan jalan terbaik. “Kita ingin menghadirkan film ini dengan kenikmatan dan rasa yang benar-benar terbaik. Ketika kita menggagas film ini, awalnya direncanakan hanya dua film. Tapi setelah syuting selesai, diedit, ini jadinya tujuh jam,” ungkap sang sutradara.
Selain itu, pembagian cerita menjadi tiga bagian juga dimaksudkan agar penonton tidak terlalu lama dalam satu film. “Kalau kita membagi ini menjadi dua, ada di 3,5 jam masing-masing. Itu terlalu lama untuk menonton bioskop.” kata Fajar.
Ketentuan ini dipertimbangkan karena durasi yang terlalu panjang juga akan menyita waktu salat. “Sedangkan film ini salah satu targetnya adalah orang-orang yang beribadah. Jadi jangan sampai salatnya terganggu gara-gara nonton film,” imbuhnya.
Film Buya Hamka Volume I menceritakan periode dimana Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memberikan kemajuan yang pesat pada organisasi tersebut. Hamka juga mulai menulis sastra koran dan cerita romannya disukai para pembaca. Hamka dan keluarganya pindah ke Medan, karena Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat. Posisi ini membuat Hamka mulai berbenturan dengan pihak Jepang hingga harus ditutup karena dianggap berbahaya.
Lanjut ke volume kedua dan ketiga, perjalanan Buya Hamka akan mundur ke belakang. Bagian dua mengikuti Buya Hamka dan keterkaitannya setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, saat kemunculan agresi militer. Sementara itu, di bagian ketiga, penonton akan disuguhkan masa kecil Hamka yang besar di Maninjau, Sumatera Barat.
Saksikan film Buya Hamka Vol. 1 di bioskop Indonesia.