Review Little Women (2019)

Little Women Menceritakan Tentang Empat saudara perempuan menjadi dewasa di Amerika setelah Perang Saudara.

little women

© Sony Pictures

“Women, they have minds, and they have souls, as well as just hearts. And they’ve got ambition, and they’ve got talent, as well as just beauty. I’m so sick of people saying that love is just all a woman is fit for.” – Jo March (Little Women).

Sebuah film layar lebar berkelas festival muncul di layar lebar Indonesia. Kehadirannya memang telah ditunggu sejak tahun lalu, sejak film ini masuk nominasi dan memenangkan penghargaan di sejumlah festival penting seperti Golden Globe dan BAFTA.

Dari judulnya sendiri, buat kita yang sering menonton film-film tahun 90-an, film ini memang salah satu film terbaik di eranya dan “Little Women” (1994) kala itu dibintangi sejumlah cast terkenal seperti Christian Bale, Winona Ryder, Susan Sarandon, Gabriel Byrne, Claire Danes dan Kirsten Dunst.

Film ini diangkat dari salah satu jenis karya sastra klasik dari Louisa May Alcott yang terbit pertama kalinya pada tahun 1868. Novel ini telah diadaptasi ke dalam beragam bentuk seni pertunjukan, ada dalam bentuk opera, balet, musikal dan bahkan anime.

© Sony Pictures

Dan adaptasi kisah Little Women dalam bentuk film mempunyai sejarah yang cukup panjang. Adaptasi novel ke dalam bentuk film pertama kali diproduksi pada tahun 1917, 1918, kemudian tahun 1933, di mana Katherine Hepburn berperan sebagai aktris utamanya, dan berselang 16 tahun kemudian di tahun 1949, “Little Women” kembali dirilis dan kali ini ada aktris Elizabeth Taylor yang berperan sebagai Amy March.

Dan yang terakhir versi tahun 1994, yang telah disebut diawal inilah yang masih diingat oleh sebagian audiens. Tapi sebuah film, audiens zaman sekarang mungkin kurang tertarik untuk menonton film yang dibuat sebelum kelahiran mereka. Dan mungkin karena alasan tersebut akan ada alasan yang cukup bagus untuk membuat kembali Little Woman. Mungkin seharusnya jika setiap generasi pantas mendapatkan versinya sendiri.

“Little Women” bercerita tentang empat kakak beradik perempuan dari keluarga March. Yaitu Meg, Josephine alias Jo, Amy dan juga Beth yang tinggal bersama ibu mereka Marmee (Laura Dern). Jo March (Saoirse Ronan) bekerja sebagai penulis sekaligus pengasuh anak di New York City. Kakak perempuannya, Meg (Emma Watson) telah menikah dan mempunyai dua anak dan tinggal di Concord, Massachusetts. Adiknya, Amy (Florence Pugh) pergi ke Paris untuk belajar seni lukis sedangkan Beth (Eliza Scanlen) adik terbungsu menjalani kehidupan yang tenang di rumah orang tua mereka.

© Sony Pictures

Waktu kemudian mundur ke belakang, saat Jo blak-blakan bercita-cita untuk menjadi seorang penulis dan berkeinginan untuk tidak menikah, sementara Meg dan juga Amy sendiri berkeinginan untuk menikah dan membangun keluarga, Beth yang termuda adalah pemain piano yang terampil dan berhati lembut.

Namun ketika keempat saudari tersebut menghadapi banyak hal, ketika mereka berurusan dengan cinta, patah hati, perkawinan dan kehilangan. Ceritanya sendiri membentang antara dua periode waktu tujuh tahun terpisah. “Little Women” yang menampilkan kakak beradik perempuan keluarga March ketika mereka remaja dan selanjutnya bercerita ketika mereka sudah menjadi perempuan dewasa.

Dan juga bagaimana keluarga tersebut menghadapi teman sekaligus tetangga yang mereka sukai, Laurie (Timothee Chalamet).

© Sony Pictures

Greta Gerwig yang menyutradarai “Little Women”, membuat skenarionya berdasarkan novel dari Louisa May Alcott, yang uniknya diterbitkan dalam dua bagian terpisah. Satu bagian berkisah tentang kehidupan masa muda dari keempat perempuan keluarga March, dan satu bagian yang lain adalah cerita tentang kehidupan di masa dewasa mereka. Dan Gerwig, alih-alih menceritakan kisah ini dalam dua bagian yang berbeda, skenario dari Gerwig kali ini menyatukan keduanya dengan narasi paralel yang saling melengkapi satu sama lain. Kita akan melihat cara ini sangat efektif menunjukkan perubahan keluarga March dari waktu ke waktu dengan editing yang rapih dari awal hingga selesai.

Pergulatan dari empat saudari March ini memang sangat personal, audiens bisa menyaksikan berbagai masalah yang harus dihadapi dan sejumlah isu emansipasi yang belum lekat dengan kaum perempuan. Dengan pintarnya Gerwig menangani sejumlah isu tersebut, atau masalah penting seperti tentang cinta, perkawinan dan persahabatan dan tentunya yang paling nyata adalah tentang masalah feminisme itu sendiri. Gerwig berhasil memasukkan dialog-dialog cerdas tentang masalah-masalah tersebut dengan sejumlah plot yang meyakinkan.

© Sony Pictures

Saoirse Ronan yang kembali berduet dengan Gerwig setelah “Lady Bird” (2017), layak mendapatkan apresiasi sebagai fokus utama dalam film ini. Ronan secara meyakinkan menampilkan kinerja yang kompleks secara emosional. Yang dengan jelas menunjukkan kecemasan batin dan sekaligus kebingungan karakter yang dihadapinya.  Perannya sebagai Jo March tak melulu tampil sebagai fokus utama, tapi bagaimana mengeksplorasi feminisme modern yang coba ditampilkan oleh Gerwig, perspektifnya pun sangat unik dan beda dengan saudarinya tersebut.

“Mereka memiliki pikiran dan mereka memiliki jiwa dan juga hati. Dan mereka punya ambisi dan mereka punya bakat dan juga kecantikan. Saya sangat muak dengan orang-orang yang mengatakan bahwa hanya cinta yang cocok untuk seorang wanita” (Jo March). Perspektif inilah yang dicoba ditularkan kepada saudari-saudarinya yang lain. Yang intinya adalah bahwa perempuan bebas untuk memilih tentang pilihan hidupnya, seseatu yang tak lazim yang dilakukan pada saat itu.

© Sony Pictures

Perhatian khusus harus diberikan kepada Timothee Chalamet yang tampil penuh karisma sebagai Laurie dan juga yang mencuri perhatian lagi adalah Florence Pugh sebagai Amy March, Pugh yang tampil luar biasa di “Midsommar” (2018), di film ini tampil sebagai karakter yang kadang menyebalkan, penuh hasrat dan juga menyampaikan keputusasaannya tentang hambatan struktural sosial yang membatasi perempuan.

Untuk unsur teknisnya sendiri, desain kostum dan scoring yang ada di film ini patut mendapat pujian. Tampaknya tinggal menunggu waktu saja, terlebih dengan enam nominasi Oscar yang didapat film ini menunjukkan bahwa remake kali ini memang yang terbaik dilakukan sejak “Little Women” (1994).

 

Director: Greta Gerwig

Cast: Saoirse Ronan, Florence Pugh, Emma Watson, Eliza Scanlen, Laura Dern, Timothee Chalamet, Bob Odenkirk

Duration: 135 minutes

Score: 8.0/10

WHERE TO WATCH

 

The Review

Little Women

8 Score

Film ini diangkat dari novel Louisa May Alcott tahun 1868. Little Woman bercerita tentang empat kakak adik perempuan keluarga March yaitu Meg, Jo, Amy dan Beth yang tinggal bersama ibu mereka Marmee (Laura Dern). Namun keempat saudari tersebut menghadapi banyak hal, ketika mereka berurusan dengan cinta, patah hati, perkawinan dan kehilangan yang ceritanya membentang antara dua periode waktu tujuh tahun terpisah, ketika mereka remaja dan selanjutnya ketika mereka sudah menjadi perempuan dewasa. Film remake ini wajib ditonton buat kamu pencinta novel dan menyukai film aslinya di tahun 1994 yang saat itu dibintangi sejumlah bintang ternama seperti Christian Bale, Winona Ryder, Susan Sarandon, Gabriel Byrne, Claire Danes dan Kirsten Dunst

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 8
Exit mobile version