Kontroversi ‘Snowdrop’, Akademisi Korea Selatan Sampai Turun Tangan

K-Drama ‘Snowdrop’ telah menuai banyak kecaman dari banyak pihak di Korea Selatan sejak 2021 lalu.

 

‘Snowdrop’ menerima banyak penolakan karena dianggap sebagai serial yang mendistorsi sejarah Korea Selatan.

Pada tahun 2021 lalu terdapat lebih dari 200.000 orang menandatangani petisi ke Cheong Wa Dae atau Rumah Biru Korea. Petisi tersebut bertujuan untuk meminta saluran televisi JTBC menghentikan penayangan ‘Snowdrop’ karena adanya dugaan distorsi sejarah. Warga Korea Selatan merasa khawatir bahwa penonton internasional salah menginterpretasikan perjuangan negaranya.

Petisi tersebut dibentuk setelah plot dan karakter mulai bocor secara tidak resmi, netizen menuduh bahwa JTBC meremehkan gerakan demokrasi Korea Selatan dan dianggap mendistorsi sejarah pergerakan. Hingga pada Desember 2021 sebanyak 310.000 orang telah menandatangani petisi itu.

Pihaj JTBC langsung mengklarifikasi ke Blue House bahwa informasi yang beredar masih simpang siur dan sinopsis tidak resmi yang tidak lengkap. Blue House juga memberikan pernyataan bahwa pelanggaran peraturan seperti distorsi sejarah yang berlebihan akan membutuhkan pertimbangan Komisi Standar Komunikasi Korea (KCSC).

Terlepas dari kontroversi ‘Snowdrop’ yang tidak berkesudahan selama kurang lebih satu tahun, hal tersebut tidak mengurangi tingginya rating karena antusiasme penggemar menantikan kelanjutan ceritanya hingga kini.

Namun, setelah ‘Snowdrop’ ditayangkan hingga 9 episode, netizen Korea Selatan menyadari bahwa drama ini masih memiliki banyak elemen sejarah yang menyimpang.

Young-ro mengira bahwa Soo-ho adalah seorang pengunjuk rasa memutuskan untuk membantu lelaki itu untuk bersembunyi dari pemerintah. Ternyata pria itu adalah agen mata-mata dari Korea Utara.

Hal itu membuat plot romantis di episode pertama berbalik jadi kisah pengkhianatan setelah identitas Soo-ho terungkap.

Salah satu penggemar di Reddit bahkan menyatakan kekecewaannya dengan para pemain karena menyetujui naskah asli sebelum revisi. Tindakan tersebut dianggap insensitif atau perasaan tidak peka terhadap orang-orang dulunya berjuang mati-matian demi kebebasan yang mereka rasakan sekarang.

Dilansir dari laman situs Showbiz, salah satu penggemar menyoroti masalah utama yang ia temukan dalam drama tersebut. Dimana nama karakter yang diperankan oleh Jisoo merupakan nama seorang pengunjuk rasa di kehidupan nyata yang suaminya dibunuh. Suaminya dipenjara karena dituduh sebagai mata-mata Korea Utara, ia juga mengalami penyiksaan sekaligus kekurangan gizi. Hingga kemudian tim produksi drama memutuskan untuk mengganti nama karakter utama.

Netizen Korea Selatan menunjukkan ketidaksukaan mereka dengan adanya plot romantis sebagai sorotan dari drama ‘Snowdrop’. Padahal kenyataannya banyak mahasiswa yang tersiksa hingga terbunuh di masa itu.

Setelah petisi tahun lalu untuk menolak penayangan ‘Snowdrop’ tidak diterima oleh Blue House, kini muncul kelanjutan protes dari para ahli.

Dilansir dari NME, sekitar 26 profesor dan cendekiawan dari Korea Selatan menerbitkan surat terbuka kepada pimpinan Disney+ Asia Pasifik, Luke Kang untuk merekrut ahli sejarah Korea.

Hal itu dimaksud agar mereka berhati-hati memeriksa referensi sejarah dan mengevaluasi fakta sejarah yang mungkin disalahartikan dalam serial ‘Snowdrop’.

Surat terbuka tersebut dipublikasikan oleh Bae Keung-yoon, seorang asisten profesor studi Korea di Georgia Institute of Technology. Surat itu menguraikan detail masalah yang dikhawatirkan luput dari perhatian dan dapat menyebabkan salah interpretasi.

Mereka berharap bahwa platform sebesar Disney+ memahami bahwa sebelum menyiarkan suatu acara diperlukan pengambilan keputusan yang tepat.

Exit mobile version