Karya Derrickson, Ini Kesamaan ‘The Black Phone’ dengan ‘Sinister’

Diarahkan oleh sutradara yang sama, ‘The Black Phone’ dan ‘Sinister’ tampaknya memiliki beberapa pola yang sama.

 

Kembali ke tahun 2012 lalu, ingatkah para penonton dengan film horor ‘Sinister’ garapan sang sutradara Scott Derrickson? Mendapatkan pujian dan ulasan yang baik dari banyak pihak, film ini terbukti menjadi salah satu hit Derrickson pada masanya.

Dibintangi oleh Ethan Hawke, ‘Sinister’ mengikuti kisah keluarga Ellison Oswalds (Hawke), yang pindah ke sebuah rumah menyeramkan. Berharap mendapatkan inspirasi dalam menulis, rumah tersebut justru mengancam semua orang yang tinggal di dalamnya.

Suatu hari, Oswald menemukan setumpuk rekaman tentang pembunuhan sadis yang dilakukan anak-anak pemilik rumah terhadap keluarganya. Lambat laun, sang penulis itu sadar bahwa rumah tersebut telah dikutuk oleh kekuatan gelap yang berbahaya.

Kali ini, sang sutradara kembali mengarahkan film horor yang berjudul ‘The Black Phone’ dengan Ethan Hawke juga bermain sebagai tokoh antagonis. Memiliki nuansa yang sama film ‘dengan Sinister’, horor terbarunya menceritakan tentang usaha seorang anak kecil untuk melarikan diri dari pembunuh berantai yang dijuluki The Grabber (Hawke)

Korban terakhirnya, Finney Shaw (Mason Thames), menerima panggilan telepon dari korban sebelumnya melalui telepon rusak berwarna hitam yang terletak di ruang bawah tanah tempat dia ditahan.

Dengan Ethan Hawke kembali untuk horor Scott Derrickson lainnya, membandingkan dengan ‘Sinister’ dengan ‘The Black Phone’ sepertinya tidak dapat dihindari. Untuk itu, adakah persamaan antara kedua film horor tersebut?

Menampilkan ikon horor yang menyeramkan

Topeng aneh The Grabber tampaknya menjadi mimpi buruk yang akan terus terbayang di kepala. Bukan hanya tampilannya yang menyeramkan, The Grabber juga telah banyak memakan korban sehingga tentu saja para penonton akan merasa ketakutan.

Sinister © Summit Entertainment

Namun apabila ditarik ke belakang, ikon menyeramkan tidak hanya muncul dalam film Derrickson yang satu ini. Di film ‘Sinister’, karakter mengerikan juga muncul melalui Mr. Boogie/Bagul. Mr. Boogie sendiri merupakan dewa pagan kuno yang bernama Bagul dengan tampilan mulut yang dijahit.

Mulut Bagul dijahit karena kemarahan saudara dewa-nya yang menganggap Bagul menjiplak metode pengorbanan anak-anak untuk Tuhan mereka. Sementara Mr. Boogie kerap muncul tanpa ekspresi, The Grabber justru sering menampilkan emosinya dan dapat menukar bagian bawah dan atas topengnya.

The Black Phone © Blumhouse

Topeng The Grabber secara penampilan masih terbilang lebih baik dibandingkan milik Mr. Boogie. Meski memiliki sedikit kemiripan, The Grabber bisa saja merupakan penyesuaian Bagul terhadap keadaan zaman yang lebih modern dan menggunakan sosok penculik untuk mengorbankan anak-anak kepada dewa tertinggi mereka.

Anak-anak sebagai tokoh penting dalam film

Bagul dijelaskan dalam ‘Sinister’ sebagai dewa Babilonia kuno berusia berabad-abad tahun yang bertujuan untuk memakan jiwa anak-anak. Alasan dia menghabiskan jiwa mereka adalah karena Bagul awalnya meniru ritual pengorbanan saudaranya, dewa Babilonia lain bernama Moloch, yang juga mempersembahkan anak-anak. Oleh karena itu, Moloch marah dengan Bagul dan menjahit mulut sang saudara dewa.

The Black Phone © Blumhouse

Sementara di ‘The Black Phone’, The Grabber juga tampak sangat menyukai anak-anak di mana mereka akan menjadi alat hiburan bagi sang pembunuh. Setiap anak-anak yang tidak menuruti aturan, maka The Grabber dengan senang hati menyiksa mereka hingga kehabisan nyawa. Inilah yang juga membuat film ‘The Black Phone’ cukup sadis sekaligus menegangkan.

Sinister © Summit Entertainment

Sosok Bagul yang ditampilkan dalam film ‘Sinister’ pertama telah mengumpulkan banyak koleksi jiwa anak di bawah umur dengan membuat mereka menghabisi nyawa keluarganya. Seakan memiliki kekuatan gelap yang memikat, akan selalu ada keluarga baru yang menempati rumah terkutuk itu. Sialnya, bagi mereka yang telah tinggal di sana beberapa waktu, kemanapun mereka pergi lagi, Bagul akan terus mengikuti.

Di sisi lain, The Grabber harus selalu mencari cara untuk menarik perhatian para anak-anak. Masih belum jelas bagaimana pola penangkapannya, namun The Grabber sepertinya berhasil menaruh dendam kepada jiwa-jiwa yang telah mati. Akibatnya, sang pembunuh berantai juga menjadi korban atas tindakannya sendiri.

Sinister © Summit Entertainment

Meski diarahkan oleh sutradara dan dibintangi oleh orang yang sama, tidak banyak kemiripan yang dapat dikaitkan antara ‘Sinister’ dengan ‘The Black Phone’. Keduanya memiliki jalan cerita yang memikatnya masing-masing, dengan jalan cerita yang luar biasa menegangkan.

Masih tayang di bioskop hingga saat ini, ‘The Black Phone’ menceritakan tentang Finney Shaw yang menjadi korban keenam dari seorang pembunuh berantai, “The Grabber”. Berlatar tahun 1970-an di pinggiran kota Colorado, daerah tersebut telah menjadi tempat di mana anak-anak diburu dan menghilang secara misterius.

Setelah sukses menipu Finney sebagai pesulap, The Grabber kemudian membuatnya pingsan dan melemparkan Finney ke dalam sebuah van. Ia kemudian diculik dan disekap di sebuah ruang bawah tanah yang kedap suara.

Cerita mulai memasuki dunia supernatural ketika Finney tiba-tiba mendengar suara berdering dari sebuah telepon hitam. Padahal, telepon hitam itu seharusnya bahkan tidak bisa berfungsi, namun benda tersebut dapat bersuara nyaring entah bagaimana caranya.

Menjawab panggilan itu, ia kemudian mulai berkomunikasi dengan para korban The Grabber sebelumnya dan mulai mencari cara untuk melarikan diri.

Exit mobile version