“I believe that an enemy is coming from far away. I’m looking for warriors, this stranger. Others like him. I’m building an alliance to defend us. It’s very important that I see this man.” – Bruce Wayne.
Setelah beberapa bulan sibuk membangun dan mengenalkan karakter melalui beberapa trailer-nya, akhirnya Chillers pun dapat menyaksikan tim Justice League bersatu dan beraksi di layar lebar. Sayangnya hasilnnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh banyak orang, apalagi penggemar berat DCEU (DC Extended Universe).
Jujur saja hal tersebut bukan seratus persen merupakan kesalahan dari pihak DC. Mengingat mereka sedikit terlambat masuk dalam permainan berkaitan dengan adaptasi karakter-karakter superhero mereka ke layar lebar. Bagaimanapun, film Justice League dibuka dengan sedikit pengulangan adegan dari Batman v Superman, dimana Batman berusaha mengumpulkan manusia super untuk bergabung dalam tim dan menyelamatkan dunia dari serangan pasukan asing. Sayangnya, setiap karakter superhero dalam film ini tidak mendapatkan pengenalan yang cukup berarti. Semua karakter diperkenalkan hanya secara sambil lalu saja.
Ada 4 superhero yang harus direkrut oleh Batman yaitu Aquaman, Wonder Woman, The Flash, dan Cyborg. Meskipun tidak mudah, akhirnya mereka bersedia bekerjasama setelah menyadari adanya ancaman baru bagi dunia dengan kemunculan tokoh penjahat baru, Steppenwolf. Steppenwolf sendiri berasal dari luar Bumi dan datang dengan tujuan mengambil tiga buah Mother Box yang tersembunyi di Bumi. Dengan kekuatan dari Mother Box itu, Steppenwolf berencana menguasai Bumi dan menjadi salah satu dari New Gods.
Beberapa adegan dalam Justice League terasa lumayan segar dan lucu. Selain itu, adegan-adegan aksinya juga lumayan mengesankan. Sayangnya, visualisasi Steppenwolf dan parademon-nya terlihat sangat membosankan dan terlalu biasa. Dimana seharusnya Steppenwolf tampak bagaikan sosok Dewa Perang yang mewah dan keji, namun gagal digambarkan dalam film ini. Memang, Steppenwolf masih terlihat cukup keren, namun tidak memancarkan karisma karakter antagonis sama sekali. Hal yang dilakukannya hanyalah memporak porandakan tim Justice League dan membuat mereka terlihat lemah.
Tentu saja melihat para superhero tersebut tampak sangat lemah bukanlah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Batman dan Wonder Woman memiliki chemistry yang baik, tapi Batman terlihat tidak begitu prima dalam film ini. Aksi pertarungannya dengan Parademon sama sekali tidak terlihat memuaskan, apalagi saat harus berhadapan dengan Steppenwolf.
Karakter Cyborg yang diperankan oleh Ray Fisher terlihat membosankan. Dimana dirinya selalu merasa bagaikan sesosok monster, yang anehnya, sama sekali tidak dijelaskan secara lebih mendalam dalam film ini. Sebagai karakter superhero yang diselimuti CGI, rasanya sangat sulit untuk memiliki interaksi emosional terhadap karakter yang satu ini.
Karakter superhero yang menjadi penyelamat film ini adalah The Flash yang diperankan dengan sangat apik oleh Ezra Miller. Sosok remaja yang belum memiliki pengalaman bertarung sama sekali ini merupakan karakter yang paling menarik dalam Justice League. The Flash bagaikan seorang remaja hijau yang terseret ke dalam medan perang. Keluguannya tampak jauh berbeda dan menghibur, jika dibandingkan dengan karakter Batman yang telah terlihat lelah.
Untuk karakter Aquaman yang diperankan oleh Jason Momoa, rasanya masih banyak sekali yang perlu digali dari karakter yang satu ini. Dalam Justice League, Aquman terlihat “kurang” berguna. Mungkin ada baiknya menunggu hingga film solo-nya dirilis pada tahun 2018 nanti. Yang jelas, satu-satunya adegan dimana sang Aquaman terlihat bersinar hanyalah saat dirinya menyelamatkan teman-temannya dari tumpahan air bah. Selain itu, kehadirannya hanya terasa bagaikan pelengkap saja.
Satu-satunya karakter yang terlihat menawan hanyalah sang Wonder Woman. Segala sesuatu berkaitan tentang superhero wanita yang satu ini terlihat begitu sempurna. Sungguh sangat berbeda dibandingkan dengan karakter-karakter yang lain. Secara keseluruhan, sepertinya masih terlalu dini bagi seluruh karakter ini untuk bersatu dalam satu film. Ada baiknya jika masing-masing karakter memiliki film solo terlebih dahulu sebelum akhirnya bergabung dalam Justice League.
Dilihat dari jajaran bintang Hollywood yang ikut serta dalam film ini, seharusnya Justice League sanggup memberikan sesuatu yang jauh lebih bagus lagi. sungguh teramat disayangkan, bintang-bintang besar berbakat seperti Amy Adams tidak memiliki pengembangan karakter yang berarti. Karakter Lois Lane yang dibawakan olehnya terasa bagaikan angin lalu saja dalam film ini.
Jujur, sebenarnya Zack Snyder benar-benar mengerti bagaimana menerjemahkan sebuah serial komik di layar lebar sekaligus mempertahankan kemegahan visualnya, tanpa membuat film tersebut tampak konyol. Sayangnya, hasil karya Zack Snyder ini menjadi rusak karena campur tangan Joss Whedon. Masuknya Joss Whedon membuat Warner Bros terpaksa mengeluarkan biaya tambahan sebesar 25 juta dollar, jauh lebih besar dari biaya film yang biasanya hanya berkisar 5 hingga 6 juta dollar untuk melakukan beberapa perubahan dan pengambilan adegan ulang.
Namun sayangnya, hal-hal yang dilakukan oleh Joss Whedon tersebut membuat film Justice League terasa memiliki dua jiwa. Dengan kata lain, bagaikan sebuah film DC yang terasa bagaikan film Marvel. Secara garis besar, film Justice League bukanlah merupakan sebuah film buruk yang tidak dapat diselamatkan. Meski pada kenyataannya, film ini sangat jauh dari harapan semua orang, terutama fans berat DC. Bagaimanapun, usaha DC untuk mengejar ketinggalannya dari Marvel cukup layak untuk diacungi jempol, meski tidak ada satu hal pun yang terasa mengesankan setelah Chillers menyaksikan film ini.