Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Ip Man 4: The Finale’, Babak Akhir Grandmaster Wingchun di Amerika

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
December 30, 2019
in Featured, Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sampai juga kita pada penghujung saga dari biopik Ip Man, seorang grandmaster beladiri Wing Chun yang sebelumnya pernah kita saksikan lewat banyak biopik yang telah banyak dibuat. Sebut saja mulai dari sutradara Herman Yau yang telah membuat dua film dari masa muda dan masa tua Ip Man lewat “The Legend is Born: Ip Man” (2010) dan “Ip Man: The Final Fight” (2013). Dan ada satu lagi film fenomenal yang mengulas secara umum Ip Man yang dibuat oleh sutradara kenamaan Wong Kar Wai lewat “The Grandmaster” (2013).

Namun kali ini kita akan fokus pada The Finale yang merupakan kepingan terakhir dari tetralogi Ip Man yang melatih seni bela diri Wing Chun dari tahun 1920-an sampai tahun 1960-an termasuk di dalamnya Bruce Lee yang pernah ia latih dan pada akhirnya menjadi bintang film kungfu internasional dan menjadi perintis jalan dalam melatih kungfu untuk orang-orang asing di luar Tiongkok.

Seri terakhir ini bersetting di San Fransisco, California tempat Ip Man sedikit berseteru dengan para pemimpin di Chinatown (pecinan) dan tindakan rasisme dari sejumlah orang kulit putih Amerika yang bermusuhan akibat meningkatnya populasi imigran dari Tiongkok.

Film dibuka dengan Ip Man (Donnie Yen) menerima undangan dari muridnya Lee Xiao Long aka Bruce Lee (Chan Kwok Kwan) untuk mengunjungi San Fransisco. Meski awalnya enggan untuk pergi, Ip Man akhirnya memutuskan untuk pergi ke AS untuk menemukan sekolah bagi putranya Ip Ching (He Ye) yang agak bermasalah. Setelah tiba di AS, ia berusaha mendapatkan surat rekomendasi dari Asosiasi Kebajikan Cina (yang memegang kekuasaan tidak resmi atas segala macam urusan yang berhubungan dengan etnis Tionghoa termasuk pendidikan), agar putranya dapat bersekolah di sekolah swasta, namun hal tersebut tidak berjalan dengan lancar.

Asosiasi Kebajikan China yang dijalankan oleh sekelompok master kungfu menentang murid Ip Man yaitu Bruce Lee karena mengajarkan seni bela diri Cina kepada orang asing. Mereka meminta Ip Man untuk menghentikan muridnya tersebut melakukan praktek pengajaran kepada orang asing tapi Ip Man menolaknya.

Sementara itu Sersan Hartman Wu (Vaness Wu), salah satu murid Bruce Lee ingin meyakinkan Korps Marinir AS untuk menerapkan seni bela diri Tiongkok ke dalam pelatihan militer. Hal yang kemudian ditentang oleh Sersan Barton Geddes (Scott Adkins) yang tergolong sadis, seorang marinir rasis yang bangga dengan pelatihan Karate dan didukung oleh sang sensei Colin Frater (Chris Collins), di mana keduanya akhirnya memutuskan untuk mendeklarasikan perang terhadap seni bela diri Tiongkok yang secara efektif menargetkan Asosiasi Kebajikan Cina.

Dalam “Ip Man 4: The Finale”, isu budaya dan nasionalisme menjadi tema utama yang tampaknya masih saja laku dijual. Bentrokan budaya ini acapkali terus menerus menjadi konflik sentral dalam kehidupan Ip Man, sehingga mau tak mau ia terlibat dalam sejumlah aksi yang seharusnya ia hindari. Jika pada film pertamanya terjadi ‘bentrokan’ pada masa-masa penjajahan Jepang dan pada film keduanya terjadi ‘benturan’ budaya pada saat-saat masa kolonial Inggris, di sekuel ketiganya, seni bela diri Tiongkok diadu melawan gaya bertarung Barat yaitu tinju maka pada seri penutupnya ini masih terjadi pertarungan melawan ‘Barat’ itu sendiri khususnya di Amerika Serikat.

Ada beberapa plot cerita yang ditampilkan dalam film ini, yang pertama adalah masalah rasisme. Yang memperlihatkan perlakuan diskriminatif kaum kulit putih di AS terhadap kaum pendatang terutama dalam kasus ini adalah etnis Tionghoa.

Namun ada sub-plot kontradiktif soal perlakuan diskriminasi ini, dimulai dari Sersan Hartman Wu yang ingin memperkenalkan aliran bela diri Wing Chun ke dalam pelatihan militer yang kemudian ditentang oleh Barton (Adkins) dan Collins (Chris Collins) yang mengejek bahwa bangsa kulit kuning tidak layak untuk mengajar disini dan lucunya jelas-jelas bela diri yang dipakai Marinir AS tersebut berasal dari Jepang yaitu Karate.

Plot besar lainnya lagi adalah tentang hubungan ayah dan anak. Ip Man yang sekarang bertanggung jawab atas pengasuhan putranya sejak kematian istrinya dalm film terakhir (Ip Man 3), Ip Man mendapati dirinya berjuang untuk menemukan hubungan dengan putranya yang berjiwa pemberontak, hingga selalu menyebabkan pertikaian. Hal inilah yang menyebabkan ia dikeluarkan dari sekolahnya sehingga Ip Man merasa perlu untuk mendaftarkannya sekolah di luar negeri agar bisa berkelakuan lebih baik. Walaupun ditampilkan hanya sekilas dan kurang mendalam, cerita hubungan ayah dan anak ini cukup menggugah keharuan tentang hubungan kasih sayang antara anak dan ayah ini.

Selain sikap orang-orang kulit putih terhadap para imigran yang ditampilkan di sini, film ini juga mencoba menampilkan kritik yang berimbang tentang kaum minoritas itu sendiri yang kurang membaur bahkan terkesan eksklusif, hal ini yang kemudian diperlihatkan oleh Bruce Lee dengan mengajarkan Wing Chun tanpa mempedulikan etnis mereka.

Donnie Yen masih melakukan pekerjaan dengan baik di sini bagaimana berhasil menampilkan kesulitan emosional karakternya melalui gestur dan pergeseran ekspresi wajahnya. Yen masih mampu menampilkan kemampuan terbaiknya baik dalam hal bertarung atau pun dalam momen dramatis terutama dalam hubungan ayah dan anak.

Selain tentunya ada karakter yang juga ditunggu-tungu aksinya yaitu murid Ip Man, Lee Xiao Long aka Bruce Lee yang di sini diperankan oleh Chan Kwok Kwan, Chan berhasil meyakinkan sebagai Bruce Lee lewat gaya bertarungnya yang khas, ia tampil lincah, luwes dan bertenaga. Baik lewat teriak-teriakan khas Bruce Lee atau ketika ia bertarung memakai Nunchaku.

Aksi seperti yang diharapkan tetap menjadi tontonan menarik untuk ditonton. Adegan pertarungan menampilkan koreografi yang apik dan cekatan salah adegan pertarungan yang seru dan juga menegangkan terjadi pada awal film ketika Ip Man beradu tenaga melawan Master Tai Chi, Wan Zhong Hua di meja kaca bundar, yang mengingatkan audiens akan pertarungan antara Ip Man dan Sammo Hung di meja bundar pada “Ip Man 2”.

Walaupun tetap berhasil menjaga adegan-adegan berantemnya, sayang di film penutup ini terlalu banyak isu yang ditampilkan sehingga menjadi kurang terjaga alur ceritanya dan ada beberapa bagian cerita yang kurang logis seperti komandan Marinir, Colin Frater yang bisa seenaknya meninggalkan kamp militer untuk menghajar para guru-guru kungfu di Chinatown untuk kepentingan pribadi tanpa adanya tindakan indisipliner.

Adanya timeline yang tidak sesuai dari film ini dengan sekuel sebelumnya (film ini bersetting tahun 1964), sedangkan di Ip Man 3 diceritakan kalau istrinya meninggal tahun 1968. Itu artinya finale ini semestinya diceritakan pada sekuel ketiga dan bukan di babak terakhir.

Namun itu bukanlah hal sesuatu yang besar. Setiap film pasti ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Di film ini ‘Ip Man 4: The Finale’ telah melakukan setiap bagian dengan sebaik mungkin, walau banyak unsur yang dilebih-lebihkan untuk kepentingan penonton, dan sedikit mengurangi obyektifitas film ini, tapi dengan segala bentuk sensasi khasnya, Ip Man 4 berhasil melakuan penutupan yang baik dan memberikan penghormatan terbaik yang bisa diberikan dalam layar lebar bagi sang Grandmaster.

 

Director: Wilson Yip

Starring: Donny Yen, Scott Adkins, Chris Collins, Chan Kwok Kwan, Vanness Wu, Yue Wu, Nicola Stuart-Hill, Grace Englert

Duration: 105 Minutes

Score: 7.5/10

The Review

3.5 Score

Ip Man 4: The Finale merupakan kepingan terakhir dari saga biopik grandmaster wingchun Ip Man yang ketiga film sebelumnya sukses secara komersial di seluruh dunia. Kini Ip Man berkelana ke San Fransisco untuk memenuhi undangan Bruce Lee, yang merupakan salah satu muridnya sekaligus mencari sekolah bagi anaknya. Sejumlah tantangan ditemui Ip Man saat ingin mengenalkan aliran beladiri Tiongkok ke orang asing yang banyak ditentang teman-teman sejawatnya. Hal ini menyulitkan dirinya untuk berteman dan berinteraksi dan konfrontasi pun akhirnya tak terhindarkan.

Review Breakdown

  • 7.5
Tags: Bruce LeeChan Kwok KwanChris CollinsDonny YenGrace EnglertIp Man 4: The FinaleNicola Stuart-HillScott AdkinsVanness WuWilson YipWing ChunYue Wu
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Day Shift

Sinopsis ‘Day Shift’, Snoop Dogg Jadi Pemburu Vampir

August 5, 2022
Penulis Hong Kong Ni Kuang Meninggal Dunia di Usia 87 Tahun

Penulis Hong Kong, Ni Kuang Meninggal Dunia di Usia 87 Tahun

July 5, 2022
Judul dari Sekuel ’47 Ronin’ Diumumkan, Pemeran Lainnya Turut Diungkap

Judul dari Sekuel ’47 Ronin’ Diumumkan, Pemeran Lainnya Turut Diungkap

December 21, 2021
Raging Fire

Film Laga Terbaru Donny Yen, ‘Raging Fire’ Diakuisisi Well Go USA

June 29, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In