Sebagai sebuah pembuka dalam dunia ‘League of Legend’, ‘Arcane’ memiliki cerita yang padat dan berhasil mengenalkan konflik dengan lugas. Kelugasan itu ditampilkan dalam momen-momen ikonik yang membuat hati berdebar hingga sulit untuk dilupakan.
Tidak dapat disangkal lagi kalau ‘Arcane’ benar-benar berhasil mencuri hati penonton lewat serial masterpiece-nya. Hingga detik ini, masih banyak bermunculan artikel-artikel dan juga video penggemar yang membahas ‘Arcane’. Tayangan Netflix ini memang sulit untuk tenggelam walau kini tidak lagi menghiasi Top 10.
Dengan kombinasi antara animasi 2D dan 3D, juga tumpahan warna neon dan graffiti dimana-mana, visual dari serial 9 episode ini sungguh terasa orisinalitasnya. Sebagai sebuah pembuka dalam dunia ‘League of Legend’, ‘Arcane’ memiliki cerita yang padat dan berhasil mengenalkan konflik dengan lugas.
Kelugasan itu ditampilkan dalam momen-momen ikonik yang membuat hati berdebar hingga sulit untuk dilupakan.
Berikut ini merupakan 7 momen dari ‘Arcane’ yang bakal membuatmu ingin nonton ulang, check this out!
1. Tragedi bom Powder di markas Slico
Di tiga episode pertama, kita diperkenalkan dengan Vander (JB Blanc) dan empat serangkai; Vi (Hailee Steinfeld), Powder (Mia Sinclair Jenness), Mylo (Yuri Lowenthal) dan Claggar (Roger Craig Smith).
Dalam misi pencurian sebelumnya, bom Powder mengantarkan mereka pada masalah besar yang akhirnya membuat dunia bawah diacak-acak oleh petugas dari Piltover. Dari sini akhirnya Vi tidak lagi memperbolehkan Powder, sang adik, untuk ikut dalam misi mereka. Termasuk misi menyelamatkan Vander dari tangan Slico (Jason Spisak).
Powder si monyet kecil tentu tidak mau nurut begitu saja. Selain karena ia ingin membuktikan kalau ia sekuat yang lain, Powder pun ingin ikut menyelamatkan Vander, sosok yang sudah ia anggap ayahnya sendiri.
Hanya saja, segalanya tidak berjalan sesuai harapan. Bom Powder meledak tepat ketika Vander hendak menghabisi Slico. Masih terasa sekali perasaan senang saat mengira kalau Powder berhasil menyelamatkan teman-temannya, hingga kenyataan menghantam, aksi Powder hanya aksi bunuh diri semata.
Rinai hujan mesiu kebiruan yang indah membungkus tragedi tersebut. Adegan slow motion terjunnya Powder dan Vi dari lantai tiga pun seakan memaksa penonton untuk menyaksikan raut bahagia dan rasa saling percaya keduanya hilang. Ledakan terakhir terjadi. Bersamaan dengan itu, jantung utama cerita dua bersaudara ini pun mulai berdetak hebat.
2. Pertarungan terakhir Vander
Sebagai ayah sambung dari Vi dan Powder, Vander dihantui masa lalu yang membuatnya memilih hidup untuk membesarkan mereka berdua.
Hingga tragedi di markas Slico, kita tidak pernah melihat Vander benar-benar bertarung. Walau dahulu ia dikenal sebagai pahlawan untuk Undercity, tapi sampai episode 2 Vander digambarkan sebagai sosok anti kekerasan dan sayang anak.
Disinilah baru terlihat kehebatan Vander dalam adu jotos. Tikaman belati tidak menghentikannya untuk pasang badan demi anak-anaknya. Pertarungan jarak dekat di dalam kobaran api membuat momen ini semakin menegangkan. Hingga di titik dimana ia bisa saja menghabisi Slico tapi kemudian memilih untuk mengorbankan nyawa demi Powder dan Vi.
Kematian Vander menuliskan sejarah baru, kebangkitan distrik Zaun.
3. Suar Jinx
Powder yang terpaksa ditinggalkan Vi akhirnya bersekutu dengan Slico dan merubah namanya menjadi Jinx. Walaupun begitu, ia masih menyimpan suar pemberian Vi. Kakaknya berjanji jika sesuatu terjadi pada Powder, ia cukup menyalakan suar. Dimanapun itu, sejauh apapun itu, Vi akan datang.
Setelah mengetahui kembalinya Vi, Jinx memanjat menara tertinggi dan menyalakan suar. Sambil memejamkan mata dan mencoba untuk menyingkirkan bayang-bayang akan kejadian sekian tahun lalu, Jinx menunggu Vi untuk datang.
Hingga suar habis, tidak ada tanda-tanda Vi kembali. Jinx terlihat kecewa, penonton mengira pertemuan mereka benar-benar enggak akan terjadi lagi. Hingga akhirnya suara Vi terdengar, walau berakhir tidak mulus, tapi melihat mereka bisa reuni cukup membuat air mata menetes.
4. Jinx vs Ekko
Momen-momen berkesan di ‘Arcane’ memang banyak terjadi, tiap orang pasti punya momen favorit masing-masing. Akan tetapi, adegan Jinx melawan Ekko di jembatan bisa jadi momen favorit seluruh penggemar.
Tidak perlu dipertanyakan lagi, perpaduan sinematik 2D dan 3D yang kaya warna serta movement ikonis dari dua karakter itu membuat pertarungan dua sahabat masa kecil ini sulit dilupakan.
Ekko yang mampu memprediksi waktu serta akurasi 100% dari tembakan Jinx membuat napas penonton tertahan. Distorsi antara masa lalu dan masa sekarang, kenangan ketika mereka berdua bermain bersama hingga harus saling berhadapan sebagai musuh, membuat momen ini terasa sangat melankolis.
5. Vi dan Jayce berkomplot.
Meski memiliki tujuan yang sama, Vi dan Jayce memiliki jalan ninja masing-masing. Jacye dengan politiknya, Vi dengan pergerakan bawah tanah. Awalnya mereka sempat bertentangan, tapi ketika berhasil menerobos pabrik terlarang milik Slico, Vi dan Jayce terpaksa harus kerja sama.
Bagi para pemain ‘League of Legends’ pasti sudah tidak asing dengan senjata keduanya.
War-hammer Jayce dan gauntlet Vi benar-benar memberikan performa terbaik mereka disini. Skill-skill yang biasa kita lihat di game pun dimunculkan dengan keluwesan para karakter bertarung.
Jayce yang memang memegang peran sebagai tank/fighter membantu Vi untuk menahan para kroco, sedangkan Vi yang perannya merupakan jungler/fighter segera melumpuhkan musuh dengan kecepatan kaki dan kekuatan pukulannya.
6. Viktor berlari untuk yang pertama kali.
Partner Jayce, Viktor adalah salah satu ilmuwan paling ambisius untuk terus mengembangkan Hextech karena ia sudah melihat sendiri bagaimana teknologi berbasis sihir ini mengembangkan bunga yang telah mati.
Viktor yang sedari kecil tidak dapat berjalan dan sakit-sakitan pun mengorbankan segala hal termasuk asistennya sendiri, Sky, sekaligus cinta pertamanya.
Meski begitu ia tetap memaksakan diri untuk terus mengembangkan Hextech. walau residu dari benda itu mampu merenggut “kemanusiaan” seseorang. Viktor berkali-kali menyuntikan Hex ke dalam tubuhnya hingga kakinya mulai berubah bentuk.
Di suatu malam setelah kepergian Sky, dengan bantuan doping dari gurunya, Viktor pun kembali menyuntikan Hex. Hal itu mulai memperkuat jaringan otot dan tulang sehingga ia dapat berdiri tanpa bantuan tongkat.
Dan di malam itu juga, untuk pertama kalinya, Viktor dapat berlari. Seperti yang telah lama ia impikan.
7. Kata-kata terakhir Slico
Meski menjadi villain utama dalam ‘Arcane’, nyatanya Slico cukup banyak mengundang simpati dari para penonton. Meskipun ia manipulatif, tapi tidak dapat dipungkiri jika Slico adalah sosok ayah yang baik untuk Jinx.
Memang enggak bisa disangkal kalau satu-satunya pengikut yang benar-benar Slico sayang hanya Jinx seorang.
Tragisnya, ia harus mati di tangan Jinx sendiri.
Walau begitu, Slico tidak menyalahkan Jinx. Dengan napasnya yang tinggal separuh, Slico masih bisa menatap Jinx dengan tatapan penuh kasih sayang.
“Don’t cry, you’re perfect.” Merupakan kalimat terakhirnya sebelum tewas.
Selain karena adegannya, kenyataan bahwa yang benar-benar bisa memahami Jinx hanya Slico menjadi alasan besar mengapa air mata penonton terkuras.