Ini Film dan Serial ‘Scream’ Terburuk Sampai Terbaik Versi Screenrant

‘Scream’ (2022) atau disebut juga dengan ‘Scream 5’, sekarang sedang tayang di bioskop Indonesia. Tetapi kamu harus tahu film dan serial TV adaptasi ‘Scream’ orisinal mana saja sih yang terbaik?

 

Ghostface, sang peneror sekelompok remaja pastinya sudah tidak asing lagi bagi kalian para penggemar ‘Scream’ yang merupakan film bergenre horor slasher ini. Film ‘Scream’ juga merupakan film yang selalu ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya di seluruh dunia. ‘Scream’ baru saja rilis setelah 25 tahun debutnya, dan menandai kehadiran ‘Scream’ yang sudah berlangsung selama seperempat abad ini. ‘Scream’ terbaru baru saja tayang pada 12 Januari di bioskop di seluruh Indonesia.

Serial ‘Scream’ dalam perjalanannya mengalami pasang surut, jadi dengan film reboot ‘Scream’ yang baru hadir baru-baru ini, peringkat film dan acara TV dari waralaba ini akan menjadi perbincangan yang intens, disertai dengan perbandingan antara film dan serialnya yang terdahulu.

Sang filmmaker, Wes Craven pada pertengahan 90-an merevolusi sub-genre slasher dengan menambahkan elemen humor mengenai self-aware. Para remaja yang berdedikasi ini mengetahui ujian mereka untuk bertahan hidup dari seorang slasher yang mengintai, namun sepertinya mereka tetap saja masih bisa terbunuh secara mengerikan oleh seorang pembunuh bertopeng yang cerdas, bahkan lebih cerdas dari para korbannya.

Namun, waralaba satu ini tidak cukup baik dalam menerima ulasan yang kritis. Pada film ‘Scream 2’ ternyata berhasil mendapatkan perhatian dari penulisan skenario yang mengesankan pada tahun rilis 1998, tetapi pada ‘Scream 3’ tahun 2000 dengan digantinya penulis skenario Kevin Williamson, banyak kritikus besar serta penonton merasa penggantinya yaitu Eren Kruhger kurang bisa menyampaikan pesan film seperti pendahulunya. Sedikit ulasan, ‘Scream 4’ 2010 mengalami beberapa perpecahan, menurut banyak pengulas film ini sebagai ucapan selamat datang kembali di mana banyak yang mengatakan bahwa genre meta-slasher sudah ketinggalan jaman.

Serial TV ‘Scream’ tahun 2015, bercerita tentang sebuah misteri kota kecil, tetapi ternyata cerita tersebut lebih mirip dengan film adaptasi buku di Netflix baru-baru ini yaitu ‘There’s Someone Inside Your House’ hingga akhirnya para fans marah karena tidak mirip dengan karya original waralaba ‘Scream’. Namun, kebangkitan pada 2019 di ‘Scream: Resurrection’ lebih condong ke film, yang walaupun tidak sesukses filmnya.

Film reboot terbarunya yang sudah tayang di Indonesia, kembali menampilkan seorang pembunuh bertopeng ikonik Ghostface bersama dengan beberapa karakter lainnya seperti Sidney Prescott, Dewey, dan Gale. Karena banyaknya versi ‘Scream’ dari film hingga serialnya, kamu pasti penasaran bagaimana peringkat film dan acara TV ‘Scream’ jika dibandingkan satu sama lain, selain itu kita juga bisa tahu mana yang terbaik dan terburuk.

6. Scream (2015 MTV Series)

© MTV

‘Coming in dead last’ merupakan seri ‘Scream’ tahun 2015 dari MTV. Serial TV ‘Scream’ adalah film menyedihkan yang tayang dua musim dan terasa lebih seperti opera sabun CW daripada film slasher. Terlepas dari upaya terbaik para pemain berbakat termasuk Bex Taylor-Klaus, John Karna, dan duo campy Carlson Young dan Tom Maden.

Pada musim pertama, serial ini memiliki suasana dan gaya visual yang lifeless dari sebuah drama remaja dengan sub-plot misteri pembunuhan yang ditempelkan secara terburu-buru. Setidaknya pada musim pertama lebih unggul dari musim kedua yang semakin tidak tertolong. Walaupun begitu, tetap saja keduanya adalah acara yang paling buruk dari serial ‘Scream’ sejauh ini, dan tidak dapat dibandingkan dengan karya layar lebar (paling tidak karena tidak adanya topeng Ghostface yang tak bisa tergantikan).

5. Scream: Resurrection (2019 MTV Revival)

© MTV

‘Scream: Resurrection’ (2019) adalah upaya yang lebih baik dan lebih inventif untuk adaptasi ‘Scream’ layar kecil daripada pendahulunya. Saat memberi peringkat untuk film dan serial horor berdasarkan film ‘Scream’, kebangkitan musim ketiga yang terlambat ternyata masih jauh kualitasnya dari yang sudah rilis di layar lebar bahkan juga menempatkan yang terburuk sekalipun. Pemeran RJ Cyler, pencuri perhatian Giorgia Whigham, dan Keke Palmer tidak dapat menyelamatkan akhir twist yang dianggap tidak masuk akal.

Spoiler berlimpah (untuk serial yang tidak perlu ditonton ini), dengan pembunuh yang memiliki penyakit sosiopat, dipadukan dengan film horor yang dicintai penggemarnya, adalah twist yang tidak dipikirkan dengan baik, apalagi mengambil adaptasi waralaba berdasarkan referensi film slasher klasik awalnya.

4. Scream 3 (2000)

© Dimension Films

‘Scream 3’ mendapatkan reputasi sebagai film terburuk dari berbagai seri ‘Scream’ lainnya untuk alasan yang baik, dan sekuel memutuskan untuk memindahkannya ke Hollywood karena terlalu banyak humor yang kasar. Meskipun tidak seperti film-film lainnya, ‘Scream 3’ memiliki pesona yang menarik daripada film-film TV awal Wes Craven, selain itu kebodohan dalam film ini dapat dimaafkan berkat chemistry para pemainnya.

Beberapa potongan adegan, seperti ledakan kebocoran gas, adalah perpaduan yang sangat menonjol antara anggaran yang besar dengan tipikal slasher khas waralaba Scream, terlepas dari poin-poin penting ini, saat pengungkapan pembunuh terasa komikal dan tidak bekerja dengan baik.

Upayanya untuk memproyeksikan perlakuan buruk institusi Hollywood terhadap perempuan sangat mengagumkan, tetapi twistnya masih eksploitatif dan ditangani dengan buruk meskipun pembuat film memiliki niat baik.

3. Scream 4 (2011)

© Dimension Films

Membawa kembali penulis skenario asli Kevin Williamson dapat memastikan bahwa ‘Scream 4’ terasa seperti kembali ke bentuk waralaba, tetapi sekuelnya mengambil pendekatan yang menakjubkan untuk me-reboot seri yang terhenti. Seperti film ‘Friday the 13th’ yang menjadi lebih lucu, ‘Scream 4’ berpegangan pada elemen komedinya dari pembukaan yang berani (yang menampilkan bukan hanya satu, tetapi dua pemalsuan secara berurutan-red) hingga akhir yang berdarah dan antiklimaks. Ini adalah film paling konyol dan mengejutkan dari seri ini, dan ‘Scream 4’ memiliki tone yang sangat jelas untuk sejumlah karakter

Pemeran muda terkenal termasuk Rory Culkin, Adam Brody, Alison Brie, dan Hayden Panettiere menjadikan ‘Scream 4’ sekuel yang tidak mungkin tidak disukai, tetapi permasalahannya begitu besar dengan komedi horor. Dengan begitu banyak olok-olok, ada beberapa adegan yang benar-benar menakutkan, dan nuansa yang lebih ringan yang berarti bahwa para karakter sepertinya tidak pernah dalam bahaya yang nyata. Namun, tidak ada yang salah dengan film horor yang menyenangkan, dan film terakhir Wes Craven ini adalah surat cinta yang sangat manis untuk genre itu sendiri.

2. Scream 2 (1998)

©Dimension FIlms

Adegan awal ‘Scream 2’ dimulai dengan perdebatan dengan pertanyaan “Apakah Alien lebih unggul dari Alien?” yang saat itu Randy telah selamat dari ‘Scream’. Karakter pendatang baru seperti Sarah Michelle Gellar dan Timothy Olyphant mempertanyakan apakah sekuel ini dapat melampaui kesuksesan dari yang asli selama kelas Film Studies. Ini adalah lelucon yang berlebihan, karena sutradara Craven dan penulis skenario Williamson secara praktis menantang pemirsa untuk menyebut ‘Scream 2’ lebih kurang dari pendahulunya. Namun, ‘Scream 2’ tetap sekuel yang dapat bersaing dengan aslinya tahun 1996 dengan banyaknya potongan adegan paling mengesankan yang bahkan lebih tegang daripada yang terlihat di pendahulunya.

‘Scream 2’ adalah film masterpiece yang dapat membangun ketegangan, seperti pembunuh yang menguntit korban melalui studio kedap suara, Sidney merangkak di atas tubuh si pembunuh yang tampaknya tidak sadarkan diri untuk melarikan diri dari kecelakaan mobil, atau menonton Sarah Michelle Gellar berusaha melarikan diri dari Ghostface.

Namun, sekuelnya dikecewakan oleh pengungkapan pembunuh yang tidak baik sehingga mengurangi efektifitasnya dan itu tidak cukup sesuai dengan aslinya. Seperti yang dikatakan, adegan terakhir Liev Schreiber hampir membuat kejutan, dan ‘Scream 2’ tetap melanjutkan aksinya yang brutal.

1. Scream (1996)

© Dimension FIlms

‘Scream’ tahun 1996 merupakan karya original dan masih merupakan meta-slasher terbaik. Skenario Williamson (yang awalnya berjudul “Scary Movie”) mengangkat cerita mengenai pejalan kaki, dan dengan arahan Craven yang menjadikannya terbaik. Dari pembukaan yang efektif hingga penampilan para pemain yang menawan dan energik, Slasher yang ada dalam ‘Scream’, merupakan referensi diri dari sang sutradara legendaris.

Kebrutalan yang tiada henti ala ‘The Last House on the Left’ dicerminkan dalam kematian Casey dan Tatum yang hampir tak terlihat, atmosfer menyeramkan yang menyelimuti ‘A Nightmare On Elm Street’ melintasi jalan-jalan Woodsboro, dan meta-humor ‘New Nightmare’ disempurnakan dan diasah menjadi gaya yang lebih menyenangkan.

Humor yang muncul pun tak pernah menumpulkan keefektifan horor di film ini, karakternya menyenangkan sehingga saat para karakter terbunuh terasa mengecewakan.

Sementara ‘Scream’ terbaru yang sedang tayang sekarang ini, membawa kembali karakter asli. Dengan nuansanya yang terbilang baru, film ini tetap menyenangkan, dan menakutkan seperti dirilis 25 tahun yang lalu. ‘Scream’ memang tetap menjadi bukti kuat dari sutradara legendaris Wes Craven, dalam menampilkan film slasher yang baik.

Exit mobile version