Film Netflix Original Indonesia terbaru ‘Dear David’ karya sutradara Lucky Kuswandi mengangkat topik-topik yang dekat dengan kisah remaja.
Dibintangi oleh Shenina Cinnamon, Emir Mahira, dan Caitlin North Lewis, ‘Dear David’ mengikuti kisah seorang murid cemerlang pemegang beasiswa bernama Laras (Shenina Cinnamon) yang memiliki blog rahasia berisi berbagai fantasinya tentang David (Emir Mahira), bintang sepak bola sekolah yang ia sukai. Reputasi dan masa depan Laras menjadi pertaruhan saat blog tersebut terbongkar dan kisah-kisahnya dibaca oleh seluruh murid sekolah.
Dalam konferensi pers yang berlangsung pada Rabu (8/2) di Jakarta, para pemeran dan kreator serta perwakilan Netflix berbagi tentang proses pembuatan ‘Dear David’, termasuk mengapa film ini wajib ditonton.
Film remaja dengan cerita yang tak biasa
Cinta segitiga, krisis identitas, eksplorasi seksualitas, serta persimpangan hidup remaja dengan media sosial menjadi benang merah yang menjahit cerita coming-of-age ini. Perjalanan ketiga karakter utama akan saling beririsan dan mendorong ketiganya untuk menerima serta lebih mencintai diri sendiri.
“Dear David membicarakan hal yang sangat universal, yaitu menerima dan mencintai diri sendiri, walau bungkusnya memang film remaja,” terang Lucky. “Terutama bagi remaja dan di dalam media sosial, mereka selalu membandingkan diri dengan orang lain dan selalu ada tekanan mereka hadapi. Sementara gagasan untuk menyayangi diri sendiri sudah agak jarang dan sulit dilakukan.”
Produser Muhammad Zaidy dari Palari Films menambahkan, “Ide cerita yang datang dari penulis muda Winnie Benjamin di Palari Films memang terinspirasi dari kehidupan pribadinya sebagai penulis yang punya blog dan menulis fan-fiction. Kami merasa ini unik dan menarik untuk dieksplorasi serta relevan dengan anak muda saat ini, juga cocok bagi mereka yang sudah melewati fase itu dan menemukan diri kembali.”
Penggambaran karakter yang menyeluruh
Laras, David, dan Dilla sebagai tiga karakter utama di ‘Dear David’ tampil sebagai remaja dengan pergulatan batinnya masing-masing. Sembari mencoba mengenali dirinya sendiri, Laras berhadapan dengan latar belakangnya yang datang dari keluarga kelas menengah.
David yang terlihat kalem memendam kecemasan akibat trauma masa kecil. Si cuek Dilla ternyata juga memendam amarah dan perasaannya. Caitlin menjelaskan, “Ketika pertama kali baca naskahnya, saya tersadar bahwa Dilla itu karakter protagonis dan antagonis pada saat yang sama. Kepribadiannya punya berbagai lapisan.”
Topik mencintai diri sendiri yang menonjol
Di film ini, ketiga karakter utama berada dalam rentang usia yang menuntut mereka untuk mengenali siapa mereka sesungguhnya dan pada akhirnya mencintai diri sendiri. Proses ini dihadirkan dengan nyata dan menyentuh.
Emir menyampaikan pendapatnya, “Saat pertama kali baca naskahnya, saya langsung merasa andai saja saat saya seumur David dan Laras ada film seperti ini yang bisa saya tonton. Jadi film ini seperti surat cinta bagi diri saya sendiri di masa lalu.”
Sementara itu, Shenina berbagi tentang kemiripan pengalamannya dengan karakter Laras yang ia perankan, “Saya pernah di posisi Laras, melalui perjalanan tersendiri dan proses panjang untuk bisa menerima dan mencintai diri sendiri. Maka saya ingin menumpahkan apa yang saya lewati melalui Laras.”
Performa menawan dari para aktor muda
Dengan penggambaran karakter yang cukup kompleks, Shenina, Emir, dan Caitlin menghadapi tantangannya masing-masing selama syuting. Sebagai David yang menyimpan trauma, misalnya, Emir sedikit membungkukkan badan untuk menunjukkan beban yang ia bawa.
Ia berbagi tentang pengalamannya selama syuting, “Dari awal semua sudah disiapkan secara matang dan kami diberi waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Saya, misalnya, diberi waktu untuk menjalin hubungan dengan tokoh ayah di film dan mempersiapkan diri untuk adegan yang cukup menguras emosi.”
Untuk mendalami peran Laras, Shenina bahkan diminta Lucky untuk berlaku serupa dan menulis berbagai cerita fantasi. “Ada satu buku tempat saya menuliskan fantasi-fantasi yang semoga tidak akan ketahuan siapa-siapa,” kenangnya sambil tertawa. “Tapi, itu salah satu [cara] yang membuat saya semakin memahami siapa itu Laras.”
‘Dear David’ mengangkat cerita cinta remaja dan mengeksplorasi berbagai topik yang dekat dengan kehidupan mereka, dari persahabatan, seluk-beluk media sosial, institusi sekolah, pendewasaan diri, hingga upaya untuk menerima diri sendiri.
Rusli Eddy selaku Content Lead Netflix, Indonesia, menjelaskan “Eksplorasi genre film menjadi hal yang sangat penting untuk Netflix. Selain itu fokus kami adalah menghadirkan cerita yang relevan dengan penonton lokal. Jika sukses di negeri lain, itu bukti bahwa ceritanya memang kuat dan relevan.”
Jangan lewatkan penayangan perdana film ini pada 9 Februari 2023, hanya di Netflix.