10 film terbaik Indonesia dari berbagai genre menarik banyak minat penonton lokal, bahkan beberapa di antaranya berhasil masuk ke ajang festival internasional.
Meski tahun 2021 tidak sepenuhnya kembali normal seperti harapan banyak orang di tahun sebelumnya, setidaknya industri perfilman mulai bangkit mengembangkan sumber daya yang ada selama masa pandemi. Tidak kalah penting, bioskop pun kembali dibuka di tahun ini dan film-film baru yang telah lama ditunggu dan tertunda akhirnya dirilis ke layar lebar. Antusiasme penonton di tahun 2021 makin meningkat, karena suasana menonton di bioskop yang selama ini hilang, bisa kita rasakan lagi.
Di tahun ini, film-film Indonesia bereksplorasi dengan berbagai macam cerita. Para sutradara berani mengembangkan bakat-bakatnya melalui sinematografi dan penceritaan yang luar biasa bagusnya. Melalui layar lebar atau, layanan streaming, hingga beberapa festival, berikut ini Cineverse telah merangkum 10 film Indonesia yang menurut kami terbaik untuk ditonton.
10. Nussa
Hadir sebagai salah satu film animasi Indonesia terbaik di tahun ini, film ‘Nussa’ merupakan gebrakan baru bagi perfilman Indonesia. Film garapan animator Indonesia di bawah produksi The Little Giantz bersama Visinema Pictures ini berpusat pada cerita kehidupan seorang bocah laki-laki bernama Nussa beserta adiknya yang bernama Rara.
Setelah sebelumnya banyak komentar miring mengenai film tersebut, ‘Nussa’ mampu membuktikan diri sebagai sebuah film animasi yang banyak membawa pesan-pesan moral dengan baik kepada penonton. Meski karakter-karakter dalam film ‘Nussa’ diidentikan sebagai seorang muslim, namun film ini bersifat universal sehingga siapa pun dapat menonton film ‘Nussa’. Tokoh Nussa dan Rara juga sangat menggemaskan, seperti kebanyakan anak SD pada umumnya. Tidak hanya untuk anak kecil, film ini juga bisa menjadi pelajaran bagi para orang tua karena dalam film ‘Nussa’ sendiir ada beberapa pesan moral yang ditunjukkan melalui sudut pandang orang tua. Dengan animasi menarik dan alur cerita yang menyenangkan, film ‘Nussa’ sangat layak menjadi salah satu film terbaik Indonesia.
9. Selesai
Dibintangi oleh Gading Marten sebagai Broto, Ariel Tatum sebagai Ayu, dan Anya Geraldine sebagai Anya, film ‘Selesai’ mengangkat cerita tentang isu perselingkuhan sebuah keluarga. Drama perselingkuhan tersebut terjadi antara Broto dengan Anya di tengah hubungan rumah tangganya bersama Ayu. Tidak berhenti sampai situ, permasalahan ini pun diperumit dengan adanya kondisi pandemi dan kebijakan lockdown yang membuat Ayu dan Broto selalu bertemu.
Dengan banyaknya drama yang terjadi, film ‘Selesai’ nyatanya mudah dimengerti dan mungkin cukup relevan bagi beberapa orang yang juga mengalami masalah yang sama dengan isu cerita film. Cerita yang dekat dengan para penonton disertari gaya bahasa yang apa adanya membuat film ini terlihat natural dan tidak kaku. Film ‘Selesai’ mampu menguras emosi dengan akting para aktor dan aktris yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.
8. Aum!
Mengusung tema sejarah berlatar waktu tahun 1998, ‘Aum!’ karya sutradara Bambang “Ipoenk” K.M merupakan salah satu film dengan gaya cerita yang unik di tahun 2021. Bercerita tentang sekelompok pemuda yang memperjuangkan kebebasan bersuara di tahun 1998 pada akhir kekuasaan rezim Orde Baru. Dalam film ‘Aum!’ sendiri, narasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu “Pertunjukan” dan “Perjalanan”.
Konsep film ‘Aum!’ dapat dibilang cukup menarik dan tidak biasa. Penceritaan dilakukan dengan gambar rasio 4:3, seperti saat penonton sedang menikmati film melalui TV tabung. Mulai dari tone film, gaya pakaian, hingga beragam properti yang digunakan membuat latar waktu film terlihat jelas, sehingga penonton pun terasa diajak untuk ikut perjuangan para pemuda di masa lalu. Selain itu, ‘Aum!’ juga dengan berani menyentil isu-isu yang pernah terjadi di era Orde Baru, di mana jarang sekali ada film yang dengan gamblang memperlihatkan sekat-sekat yang diatur oleh pemerintah pada masa itu. Jefri Nichol sebagai Satriya dan Aksara Dena sebagai Adam juga mampu membuat film penuh dengan semangat anak muda yang dibatasi kebebasannya. Film yang berani tampil berbeda di tengah pandemi ini, layak menjadi salah satu film terbaik tahun 2021.
7. Invisible Hopes
Film Indonesia terbaik selanjutnya datang dari genre dokumenter karya Lamtiar Simorangkir yang bercerita tentang kisah para perempuan yang harus menjalani masa kehamilan di balik jeruji besi. Anak-anak yang lahir dan hidup dalam penjara juga menjadi sorotan dalam film dokumenter berdurasi 1 jam 45 menit ini. Untuk tetap bertahan hidup demi dirinya sendiri dan sang anak, para ibu dalam lapas harus berpikir keras bagaimana agar tetap hidup dengan layak meski terkurung dalam penjara.
Film ‘Invisible Hopes’ dengan cermat membawa penonton untuk ikut merasakan bagaimana sulitnya hidup sebagai kaum marjinal. Sang sutradara membuka isu baru agar masyarakat lebih memberi perhatian terhadap ibu dan anak yang harus tinggal dalam penjara. Dengan adanya film dokumenter ini, penonton diajak untuk ikut merasakan sesaknya kehidupan di balik jeruji dan kurangnya fasilitas yang baik bagi para tahanan, khususnya perempuan. Padahal, meski di dalam penjara, para ibu dan anak tetap layak mendapatkan kesempatan yang sama untuk hidup dengan baik.
6. Ali & Ratu Ratu Queens
Film ‘Ali & Ratu Ratu Queens’ datang dengan genre drama-komedi besutan sutradara Lucky Kuswandi. Film ini menceritakan Ali (Iqbaal Ramadhan) yang setelah kematian ayahnya melakukan perjalanan dari rumahnya di Indonesia ke kota New York untuk mencari ibunya yang pergi ketika Ali masih kecil. Saat di New York, Ali bertemu dengan empat orang wanita di Queens yang berteman dengannya dan membantu Ali mencari ibunya.
‘Ali & Ratu Ratu Queens’ merupakan film yang manis, mengharukan, dan penuh dengan tawa dan air mata. Karakter Ali yang polos dan tulus, serta para pemeran pendukung lainnya, tak luput membuat para penonton langsung jatuh cinta dengan film ini. Selain itu, sinematografi dan skoring yang memukau juga menjadi nilai tambah yang membuat kita nyaman menikmati petualangan Ali. Pesan-pesan yang disampaikan dalam film sangat menyentuh hati dan terasa jujur. Tidak hanya dari sudut pandang seorang anak yang kekurangan kasih sayang ibunya, tapi dalam film ini juga diperlihatkan bagaimana sang Ibu merasa dilema karena ingin mengejar impiannya.
5. Dear to Me
Film pendek karya Monica Vanesa Tedja berhasil menduduki posisi kelima sebagai salah satu film Indonesia terbaik di tahun 2021. Tidak hanya itu, film ini juga berhasil masuk dalam ajang festival internasional, Locarno Film Festival, yang diadakan di Swiss. Diperankan oleh Jourdy Pranata, Jerome Kurnia, Willem Bevers, Wani Siregar, dan Abbe Rahman, film yang bertema LGBT+ ini berhasil menarik perhatian banyak kalangan.
Film ‘Dear to Me’ sendiri berkisah tentang seorang pemuda yang berharap bisa bertemu dengan belahan jiwanya. Tapi keinginannya tersebut sulit untuk didapatkan karena orang tua sang pemuda tersebut merupakan penganut agama Kristen yang taat. Melalui narasi yang puitis dan visualisasi yang memukau, ‘Dear to Me’ menjadi sebuah film yang menyentil masalah-masalah keagamaan, keluarga, identitas diri, impian, hingga kebebasan. Meski narasi yang diperlihatkan hanya sedikit, namun cerita tetap dapat tersampaikan secara indah hanya dengan visualiasi yang ditawarkan dalam film.
4. Cinta Bete
Disutradarai oleh Roy Lolang, ‘Cinta Bete’ berkisah tentang seseorang bernama Bete Kaebauk (Daniella Tumiwa) yang harus hidup dengan keterbatasannya sebagai perempuan di sebuah daerah bernama Atambua, Nusa Tenggara Timur.
Selain pemandangan yang indah, ‘Cinta Bete’ juga banyak memberikan isu-isu berat yang dikemas dengan narasi yang ringan. Mulai dari budaya patriarki yang mengakar dengan tradisi adat yang membebani perempuan, adanya kesenjangan status dan ekonomi, hingga kekerasan gender terangkum dalam film ini. Cerita romansa ini dengan apik membuat para penonton meringis akan nasib yang harus dilalui Bete sebagai perempuan yang hidup tertekan dalam budaya Atambua.
3. Losmen Bu Broto
Film ‘Losmen Bu Broto’ yang dibintangi Maudy Koesnaedy dan Mathias Muchus menceritakan drama keluarga yang berpusat pada keseharian keluarga Broto. Dibantu oleh ketiga anaknya, Bu Broto dan Pak Broto mengelola sebuah losmen yang sering dikunjungi wisatawan. Demi idealisme yang ada dalam losmen, keluarga Broto selalu mencoba memberikan yang terbaik bagi para pengunjung meski masalah dalam keluarga tersebut menekan mereka.
Losmen Bu Broto hadir dengan visualisasi yang cantik dan menarik. Opening scene dengan trik-trik menarik saat menampilkan pembukaan awal membuat film ‘Losmen Bu Broto’ menjadi unik. Setiap karakter mendapat porsi yang pas dalam cerita ini, tidak ada peran alfa. Selain itu, losmen yang menjadi tempat utama cerita terlihat sangat natural dan indah, tone warna cerah tanpa berlebihan di mata. Ditambah dengan gaya busana para pemain yang senantiasa menggunakan batik atau brukat selama berada di losmen, kesan budaya Jawa terasa kental dalam film ini.
2. Yuni
Yuni adalah gadis SMA dari keluarga Islam di Indonesia yang memiliki nilai akademis cemerlang. Yuni sendiri bercita-cita untuk bisa melanjutkan pendidikan ke universitas, sehingga ia belajar sangat keras untuk mendapatkan beasiswa. Di saat yang sama, Yuni juga ingin terlepas dari segala belenggu budaya ‘kolot’ yang ada di sekitarnya. Sayangnya, ia mendadak dilamar oleh seorang lelaki yang tak dikenal. Karena tekanan keluarga, Yuni diharuskan untuk menerima pinangan tersebut. Budaya tempat Yuni dilahirkan meyakini bahwa tidak baik bagi seorang perempuan menolak lamaran karena dianggap akan membawa malapetaka.
‘Yuni’ adalah film luar biasa yang berhasil menghibur dan penuh dengan komentar sosial, sekaligus menyoroti pencarian jati diri Yuni sendiri. Dengan kesederhanaan para pemain film, ‘Yuni’ tetap mampu memberikan pesan tegas tentang kebebasan perempuan dan bagaimana cara kita menentukan jalan untuk diri sendiri. Narasi dan cara pendekatan film ‘Yuni’ terhadap beberapa subjek sensitif, seperti seks dan perjodohan dalam masyarakat Muslim tidak dibalut dengan cara yang persuasif, melainkan dibangun dengan lembut dan menggugah.
1.
Untuk mengatasi rasa malu Ajo Kawir (Marthino Lio) karena mengalami impotensi, ia menjadi seseorang yang ditakuti. Melalui kekerasan, Ajo Kawir berharap hal tersebut dapat mengatasi sekaligus menyembuhkan trauma yang dialaminya. Masalah lain muncul saat Iteung (Ladya Cheryl), yang merupakan istri Ajo Kawir, membutuhkan kebutuhan seksual, di mana Ajo Kawir yang mengalami impotensi tidak bisa memberikan hal tersebut.
Diadaptasi dari sebuah buku terkenal karya Eka Kurniawan dengan judul yang sama, ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ menjadi film Indonesia terbaik dengan alur cerita, sinematografi, dan akting pemain yang memukau. Film ini terbukti berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam Festival Film Internasional Locarno, 2021 kemarin. Sama seperti film-film sebelumnya, pesan sosial dari isu-isu yang diangkat seperti kekerasan, toxic masculinity, hingga penyalahgunaan kekuasaan dalam film ini juga dapat tersampaikan dengan baik.