Film horor tampaknya lumayan merajai peringkat box office di tahun 2017. Dimulai dengan kehadiran Annabelle: Creation dan It yang menuai sukses yang luar biasa. Peroleh film horor dalam box office tersebut diikuti dengan Get Out dan Split yang lumayan sukses meski tidak sebesar dua film yang disebut sebelumnya. Salah satu alasan yang tepat untuk merilis film horor slasher dengan harapan untuk menuai sukses yang setara dengan film-film horor yang telah dirilis sebelumnya. Meski ide mengenai pembunuh bertopeng mungkin terasa sedikit biasa jika dibandingkan dengan pemunculan hantu, iblis, boneka setan, zombi, atau bahkan badut iblis.
Uniknya, di tengah rangkaian film horor tahun 2017 yang hadir dengan balutan cerita yang menegangkan dan makhluk supranatural yang mengerikan, Happy Death Day hadir bagaikan sebuah hidangan ice cream sundae. Dimana film ini terasa manis namun dibuat dengan bahan-bahan yang sempurna dan menghasilkan rasa yang prima. Chillers bagaikan menikmati sebuah hidangan dessert yang terasa memuaskan sekaligus menyenangkan.
Happy Death Day merupakan film besutan sutradara Christopher B. Landon (Scouts Guide to the Zombie Apocalypse) dengan biaya sekitar $5 juta saja. Sebagai penulis naskah ceritanya adalah Scott Lobdell, seorang penulis komik yang biasa menulis cerita komik untuk Marvel dan DC. Film produksi Blumhouse dan dirilis oleh Universal Pictures ini merupakan sebuah film horor komedi slasher yang terinspirasi dari film-film seperti Groundhog Day (1993), Edge of Tomorrow (2014), dan Before I Fall (2017).
Happy Death Day dibuka dengan adegan Tree Gelbman (Jessica Rothe) yang tersadar dari mabuk di sebuah kamar asrama. Kamar asrama tersebut ternyata adalah kamar milik Carter Davis (Israel Broussard), seorang mahasiswa yang tidak dikenalnya. Sungguh suatu hal yang sangat tidak menyenangkan untuk mengawali hari ulang tahunnya. Tapi ternyata hal tersebut hanyalah awal dari kejadian buruk yang terus menghampirinya. Puncaknya, Tree tewas di tangan seorang pembunuh berpisau yang mengenakan topeng bayi, maskot kebanggaan Bayfield University.
Begitu tewas, Tree mendapati dirinya kembali tersadar di kamar asrama milik Carter dan mengulangi hari yang sama. Setelah menyadari bahwa dirinya akan tetap mengulang hari yang sama jika terbunuh, Tree pun berusaha keras mencari tahu jati diri pembunuhnya. Usahanya tidak terbilang gampang, karena Tree bukan termasuk kategori gadis yang disukai di Bayfeld University. Dengan kata lain, mau tidak mau Tree harus mati berulang kali untuk dapat mengungkap pelaku di balik pembunuhannya tersebut.
Begitu premis dalam Happy Death Day dimulai, Chillers akan menyaksikan adegan semi komedi terjadi setiap kali sang pembunuh berhasil melakukan pembunuhan. Meski awalnya karakter Tree digambarkan bukan sebagai jenis karakter yang loveable, namun lama kelamaan Chillers akan mulai bersimpati pada gadis ini. Perubahan yang terjadi dalam karakter tokoh utama ini, cukup menyenangkan juga untuk dinikmati. Jessica Rothe (La La Land, Wolves) dapat membawakan perannya sebagai seorang mahasiswi yang sombong dan lambat laun mulai berubah, dengan baik.
Chillers tidak perlu khawatir akan menemukan adegan gore dalam film ini. Meski bergenre horor slasher, namun film ini tidak banyak menampilkan adegan yang mengerikan dan berdarah-darah. Semua adegan kekerasan yang terjadi sungguh-sungguh tertuju pada sang pemeran utama dan terasa cukup mencekam. Apalagi identitas tersembunyi sang pembunuh dapat disembunyikan dengan apiknya hingga film ini berakhir. Jika Chillers jeli, film ini memberikan petunjuk-petunjuk akan pelaku sebenarnya di sepanjang film.
Untuk sebuah film yang mengetengahkan perjuangan seorang gadis melawan seorang pembunuh sadis, berulang kali, Happy Death Day terasa sangat menyenangkan untuk ditonton. Jalinan cerita pun mengalir begitu lancar dan apa adanya dengan masih berhasil menciptakan sebuah plot twist yang cukup mencengangkan di akhir film.
Dan pada minggu pertama pemutarannya di Amerika saja, film ini berhasil merajai box office dengan pemasukan 26 juta dolar US. Film ini bahkan mengalahkan film-film berbujet besar seperti Blade Runner 2049 dan The Foreigner yang baru memasuki minggu pertama pemutarannya di Amerika.