Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Happy Death Day 2U’, Sekuel yang Kini Agak Berbau Sci-Fi

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
February 13, 2019
in Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Film ini merupakan sekuel dari “Happy Death Day” yang sukses di tahun 2017 lalu. Bercerita tentang teror pembunuhan seorang anak SMA, “Happy Death Day” langsung menjadi perhatian masyarakat karena alurnya yang selalu berulang, layaknya film “Groundhog Day” (1993).

Ini memberikan kesenangan tersendiri karena penonton jadi penasaran siapa yang menjadi pelakunya, dan apa makna di balik seluruh kejadiannya. Tidak hanya itu, teror misteri ini semakin menyenangkan berkat jokes yang dikeluarkan dan vibes-nya yang anak muda. Jadi tidak perlu waktu lama, sekuel filmnya yaitu “Happy Death Day 2U” langsung dikasih lampu hijau.

Dimulai sesaat sebelum scene terakhir ditampilkan dalam film pertama, film dengan kata lain akan memasukkan kita ke dalam narasinya lewat sudut pandang salah seorang karakter pendukung. Sisanya sih, sebetulnya tetap berada di karakter Tree (Jessica Rothe), yang mana sebelumnya sudah mati sampai sebelas kali. Adalah Ryan (Phi Vu), yang menjadi “kurir”-nya kali ini.

Ngomong-ngomong ini kurir bukan sembarangan kurir. Ryan ternyata sedang melakukan percobaan ilmiah bersama dua orang temannya yang lain. Ketika melihat kejanggalan, Tree, Ryan, dan Carter (Israel Broussard) berusaha memperbaikinya. Sayang, itu malah menjadi awal dari malapetaka.

Karena dimulai dari sesaat sebelum scene terakhir ditampilkan dalam film pertama, maka WAJIB hukumnya bagi penonton untuk menonton film pertamanya lebih dulu agar lebih bisa memahami emotional setting dan narasi yang berkesinambungan.

Di sini “Happy Death Day 2U” menjawab pertanyaan yang muncul dan terkesan belum terselesaikan dari film pertama, yaitu bagaimana semua ini bisa bermula.

Bagaimana caranya Tree bisa mengulang-ulang terus kehidupannya? Apa penyebabnya? Well, di sini pertanyaan-pertanyaan macam itu langsung dijawab kontan. Tapi, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah masuknya elemen baru ke dalam film, yaitu sci-fi.

Seperti yang diungkapkan Ryan di mana ia mencantumkan “Inception” di dalam dialognya, “Happy Death Day 2U” mencoba untuk memperluas loop mereka bukan dengan cara yang kita duga sebelumnya, yaitu menularkannya kepada orang lain. Christopher B. Landon mencari cara yang lain untuk menyeret Tree kembali ke dalam loop.

Mengapa Tree? Oh simpel, karena karakter ini masih punya beberapa kesempatan yang bisa dimanfaatkan. Jika kamu sudah menonton film yang pertama, maka ketika kejutan-kejutan mulai bermunculan, kamu akan langsung “relate” sama hal-hal tersebut.

Tree tidak sekedar kembali mengulang loop-nya. Kali ini lebih dari itu. Ada perbedaan-perbedaan mencolok yang terdapat di loop yang satu ini, dan ini lah yang bikin narasi dari “Happy Death Day 2U” makin asik untuk diikuti karena loop-nya bukan loop yang sama, lah. Jadi sudah tahu dong apa yang dimaksud dari “cara” film ini mengembangkan dunia ceritanya?

Anyway, kembali ke poin kesempatan. Film memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang masih bisa dimanfaatkan dengan baik, sehingga memunculkan rasa yang berbeda dibanding loop yang ada di film pertama.

Di sini bakal ada bumbu drama yang menyentuh, bumbu romansa anak muda yang lucu, dan bumbu persahabatan yang sebelumnya diingkari. Again, penonton yang sudah menonton film pertama pasti bakal lebih berasa ketika perubahan-perubahan ini datang dibanding mereka yang baru nonton di film kedua.

Desain dari loop di film kedua ini juga membuat Tree berada di persimpangan jalan. Ia harus menetapkan hati dan berpikir jernih karena perbedaan-perbedaan yang ada di dua kehidupan ini meski tidak banyak namun sangat vital bagi dirinya. Didukung oleh performa akting yang baik dari Jessica Rothe, kita bisa melihat kebimbangan yang dialami oleh Tree.

Ini menyebabkan character development dari Tree mengalir secara alami. Value dari film pun muncul dari sini. Terkadang, kita sering merasa kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Pengennya lebih, atau mendapatkan hal lain yang mungkin dulu tidak berhasil kita gapai atau sesuatu yang kita sesali.

Tapi yah, namanya juga hidup. Pasti ada “up and down”-nya kan. Tinggal bagaimana kita ikhlas menerima apa yang kurang mengenakkan, relakan, dan belajar dari sana untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Tapi bukan berarti loop ini tidak memiliki kelemahan. Bisa dibilang “Happy Death Day 2U” adalah film yang lebih personal. Film ini lebih menitikberatkan pada kehidupan dari seorang Tree. Dampaknya adalah, kasus yang ada kali ini jadi tidak menggigit. Berbeda dengan film pertama yang bikin kita antusias mengungkap siapa pelakunya, film kedua secara jelas “menampakkan” pelakunya di tahap konfrontasi.

Ini membuat “final battle”-nya jadi kurang seru dan juga tidak mengejutkan lagi, soalnya kita tahu nih siapa sebetulnya sang pelaku itu. Jadi kalau misalkan nanti kamu menganggap konklusinya terlalu buru-buru, itu sebetulnya akibat dari batasan informasi yang sudah terbuka. Film kini lebih fokus terhadap apa yang ada di sekeliling kasus, yang mana berefek besar bagi pribadi Tree sendiri. Sudah beda arahnya.

Poin negatifnya dari sini, kadar thriller-nya jadi terpangkas. Narasi cerita yang ada secara terang-terangan mengesampingkan ancaman sang pembunuh dan menggantikannya pada cerita lain yang berfokus pada pengambilan keputusan dari Tree. Ini bikin film turut menyertakan formula-formula ilmiah yang untungnya tidak dibuat ribet dan satu solusi agar Tree terhindar dari kejaran sang pembunuh.

Jangan salah sangka, solusi ini bukannya tanpa sebab. Ada taruhan yang besar dialami oleh Tree jika ia tidak segera melakukan solusi tadi. Bisa jadi ini merupakan bentuk dari thriller yang hilang, di mana film menjadikannya sebagai sesuatu yang tersembunyi.

Kemudian ada juga satu saat di mana Tree melakukan kunjungan emosional. Terlihat ia mengunjungi beberapa karakter pendukung, namun ada satu yang mana tidak jelas motifnya apa. Jika melihat dari narasinya, penonton pasti tahu apa maksud dari keputusan ini.

Hanya saja, terdapat flaw di dalamnya karena tidak terlihat ada sebuah urgensi bagi Tree untuk melakukan kunjungan kepada “orang itu”. Memang sih, ada sesuatu yang mengejutkan di sana, namun efeknya untuk Tree jika ia tidak melakukannya pun tidak akan menjadi masalah yang besar.

Apa yang bisa diasumsikan adalah, saat-saat kunjungan yang satu ini dipergunakan untuk memperkuat motivasi yang mengarah ke film selanjutnya. Kalau kaitannya dengan film pertama dan kedua, rasanya tidak ada.

“Happy Death Day 2U” juga lebih ramai dibanding sebelumnya. Selain karakter-karakter yang muncul di film pertama banyak yang kembali di film kedua, terdapat juga karakter-karakter baru yang tidak dijadikan tempelan belaka.

Ryan adalah contoh terbaik. Dia yang di film pertama perannya cuma gitu doang, sekarang menjadi jauh lebih berbeda. Kedua temannya juga ditempatkan dengan baik. Dua-duanya tidak kalah pintar dan lucu. Bersama dengan Tree dan Carter, mereka menjadi sebuah tim yang padu.

Kita tidak akan ragu untuk mendukung apa yang mereka lakukan. Kemudian ada karakter baru yaitu pak kepala sekolah. Dia adalah sosok yang paling bikin gregetan. Screen time-nya tidak banyak, namun kehadirannya cukup berkesan.

Salut untuk akting dari para pemeran, “Happy Death Day 2U” memberikan hiburan yang meliputi perasaan-perasaan. Mulai dari ngeri, excited, seru, lucu, sampai haru. Pertanda bahwa ensemble cast film ini begitu kuat.

Mengenai aspek sinematiknya, terdapat beberapa highlights yang harus ditulis di sini. Yang pertama adalah pendekatan yang dilakukan oleh sineas dalam menciptakan atmosfer yang diinginkan dari scene-scene tertentu.

Ini bisa kita lihat secara jelas karena menjadi turning point pertama. Merujuk ke tuntutan naratif, elemen yang menonjol di adegan ini adalah elemen sci-fi, terlihat dari mise-en-scene dan dialog-dialog yang erat kaitannya dengan ranah ilmiah.

Maka dari itu, ketika terjadi kekacauan, film secara jeli memanfaatkan salah satu teknik kecepatan gerak gambar yaitu slow-motion. Teknik ini ditampilkan secara ekstensif, menggambarkan tidak hanya satu sisi melainkan seluruh sisi atau seluruh karakter dan juga properti-properti yang ada ketika adegan itu terjadi.

Bagian kaca yang retak jadi favorit karena merupakan perluasan dan juga variasi yang bagus, biar kita tidak melihat orang-orang yang bergerak lambat saja. Belum selesai, ‘slo-mo’ ini juga didukung oleh musik opera yang megah.

Salah satu adegan yang bakal ada terus di film adalah adegan saat Tree bangun kembali di ranjangnya Carter. Ini bisa memunculkan kebosanan karena mise-en-scene nya sama. Gitu-gitu aja. Beruntung, “Happy Death Day 2U” lebih peka.

Terdapat sedikit variasi yang bagus di adegan ini, yang mana sangat koheren dengan adegan dan narasi sebelumnya. Di sini sineas bermain dengan tata rias. Fungsinya adalah untuk menimbulkan efek (aftermath) secara meyakinkan.

Hasil akhirnya mantap. Adegan yang menyangkut eksplorasi tata rias ini menjadi scene yang bikin ngakak dan membuat film jadi lebih ringan dan santai untuk diselami konflik utamanya.

Kemudian film juga menciptakan bentuk sinematik yang manis untuk adegan pamungkasnya. Menyangkut tentang romansa, film memanfaatkan aspek mise-en-scene yaitu fungsi setting sebagai motif atau simbol.

Jadi, elemen natural dalam set sering dimanfaatkan sineas untuk menggambarkan status tokoh-tokohnya. Di scene pamungkas ini, status tokoh bisa terlihat jelas dari elemen natural yang mempercantik tampilan gambar.

Kita bisa melihat gejolak dan keintiman yang manis dari tokoh-tokoh yang terlibat di dalam scene itu. Dengan bantuan efek visual dan tone warna yang dibuat lebih soft, perasaan yang timbul dari narasi dan juga sinematik macam ini bikin sesuatu yang cheesy menjadi “acceptable”.

Lalu secara mengejutkan, “Happy Death Day 2U” juga menjadi film yang mungkin “ngeh” sama penonton, alias menganut “breaking the fourth wall”. Ini memang hanya sekali terjadi sih, tapi timing-nya pas banget sehingga jatuhnya sangat menghibur.

Didalangi oleh tuntutan naratif di mana terdapat rasa kesal di sana, Tree kemudian menemukan cara untuk mengakhiri segalanya secara bombastis. Kamu bisa melihatnya di dalam trailer, tapi sesungguhnya punchline-nya baru tampil tepat setelah shot berganti dari adegan yang kami maksud ini.

Terlihat, Tree saat itu posisinya mengarah ke penonton sambil memberikan gesture dan mimik wajah yang bakal membuat kita ketawa. Posisi dari Tree ini yang membuat scene tersebut terasa unik.

Terdapat pelanggaran batas ruang antara dimensi film dan dimensi penonton. Apalagi gestur dan mimik mukanya Tree seakan-akan bilang pada kita kalau dia sedang kesel banget gara-gara apa yang ia lihat di narasi yang bersangkutan.

Last but not least, teknik yang juga perlu dibahas adalah mengenai off-screen dan on-screen. Hal ini berkaitan dengan kadar thriller dari film, di mana menyertakan tokoh pembunuh bermuka bayi.

Dalam poin ini, frame tidak selalu harus memperlihatkan seluruh ruang dalam satu adegan. Disesuaikan dengan tuntutan naratif dan estetika, sineas bisa memotong gambar sehingga ada ruang yang nampak (on-screen) dan tidak tampak (off-screen).

Permainan on-screen off-screen ini bisa menghibur penonton lewat perspektifnya, walaupun treatment yang ada di “Happy Death Day 2U” tidak sampai ke level ‘wah’, sehingga penonton bisa bersiap atau menebak lebih dulu bahwa bakal ada yang “ngagetin” nih di sini.

Lumayan lah, buat seru-seruan. Kemudian ada juga permainan “shallow focus” dan “rack focus”, di mana kamera menampilkan salah satu latar yang tajam, kemudian memindahkannya untuk menghasilkan penekanan aksi dalam sebuah shot.

Jadi, sebagai sebuah sekuel, terdapat perbedaan arah di “Happy Death Day 2U”. Mereka berani menurunkan kadar satu unsur, untuk meningkatkan kadar yang lain. Agak kasihan sih jadinya sama si pembunuh karena di sini ia agak terpinggirkan.

Namun di sisi lain ini membuat kisahnya menjadi lebih dalam, mature, heartwarming, dan lebih edgy juga berkat masuknya pengaruh sci-fi. Apakah film ketiganya nanti bakal full sci-fi atau dominan sci-fi? Kami belum tahu. Tapi yang pasti ini adalah sekuel yang memuaskan.

 

Director: Christopher Landon

Starring: Jessica Rothe, Israel Broussard, Ruby Modine, Rachel Matthews, Phi Vu, Charles Aitken, Suraj Sharma, Steve Zissis, Rob Mello, Sarah Yarkin

Duration: 100 Minutes

Score: 7.8/10

The Review

7.8 Score

Review Breakdown

  • Movie Review 0
Tags: Charles AitkenChristopher LandonHappy Death DayHappy Death Day 2UIsrael BroussardJessica RothePhi VuPopularRachel MatthewsRob MelloRuby ModineSarah YarkinSteve ZissisSuraj Sharma
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

happy death day

Jason Blum Sebut ‘Happy Death Day 3’ Sedang Dibicarakan

June 13, 2022
Mission Impossible

Gawat! Anggaran ‘Mission: Impossible 7’ Membengkak Dahsyat

March 26, 2022
Texas Chainsaw Massacre

Sutradara ‘Texas Chainsaw Massacre’ Sudah Punya Ide Sekuel

February 23, 2022
Texas Chainsaw Massacre

Review Film: ‘Texas Chainsaw Massacre’

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In