Di Festival Film Indonesia yang ke-41 ini, Gunnar Nimpuno berhasil meraih Piala Citra lewat Pengarah Sinematografi Terbaik di film ‘Penyalin Cahaya.’
Festival Film Indonesia (FFI) yang merupakan perhelatan paling bergengsi bagi industri perfilman tanah air, dengan resmi telah digelar pada tanggal 10 November 2021 hari Rabu kemarin di Assembly Hall, Jakarta Convention Centre.
Melalui acara inilah, karya-karya anak bangsa diberikan apresiasi yang sebesar-besarnya yang tercermin melalui 22 nominasi yang dihadirkan; salah satunya ialah Pengarah Sinematografi Terbaik yang dimenangkan oleh Gunnar Nimpuno melalui film ‘Penyalin Cahaya’.
Tentu akan menarik bila kita bisa mengenal lebih dekat sosok Gunnar Nimpuno, pemenang nominasi Pengarah Sinematografi Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) ke-41 tahun 2021.

Gunnar Nimpuno, atau juga dikenal sebagai ‘Unay’ Nimpuno dan Kang Unay, adalah seorang sinematografer asal Indonesia yang sudah sering ikut terlibat dalam menggarap beberapa film hits tanah air, contohnya ‘Sang Pemimpi’ (2009), ‘Modus Anomali’ (2012), ‘Sokola Rimba’ (2013), ‘Pendekar Tongkat Emas’ (2014), ‘The Night Comes for Us’ (2018), ‘Sebelum Iblis Menjemput: Ayat 2’ (2020), dan karyanya yang terbaru, ‘Penyalin Cahaya’ (2021).
Sinematografer yang lahir pada tanggal 6 April 1971 ini pernah mendapat penghargaan seusai memenangkan Penata Kamera Terpuji pada Festival Film Bandung tahun 2010 melalui salah satu karya terbaiknya, ‘Sang Pemimpi’, film yang diadaptasi dari novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi dengan judul yang sama ciptaan novelis kondang Andrea Hirata.

Ia juga pernah beberapa kali dinominasikan melalui beberapa karya garapannya seperti nominasi Sinematografi Terbaik di Piala Maya 2012 melalui film ‘Atambua 39 Derajat Celcius’, nominasi Penata Kamera Terbaik di Usmar Ismail Award 2012 melalui film ‘Pendekar Tongkat Emas’, dan nominasi Tata Sinematografi Terbaik di Piala Maya 2020 melalui film ‘Sebelum Iblis Menjemput: Ayat 2’, meski tiada satupun dari ketiga nominasi tersebut berhasil ia menangkan.
Sosok Gunnar Nimpuno memang bukanlah nama yang asing di dalam industri perfilman tanah air. Meski begitu, kehadirannya dalam Festival Film Indonesia baru pertama kali ini muncul.

Untuk pertama kalinya, Gunnar Nimpuno akhirnya dinominasikan ke dalam kategori Pengarah Sinematografi Terbaik melalui film ‘Penyalin Cahaya’, film drama misteri kriminal produksi kerjasama antara Rekata Studio dan Kaninga Pictures yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja.
Namun, terlepas dari penominasiannya yang pertama kali, Gunnar Nimpuno berhasil meraih kemenangan dan membawa pulang Piala Citra.
Ketika sang pembaca nominasi, peraih Sutradara Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 1985, Slamet Rahardjo menyebut nama dari Gunnar Nimpuno, lelaki itu langsung memeluk erat rekan-rekan satu timnya.
Meski terhalang oleh masker hitam yang ia kenakan, raut wajah bahagia bisa nampak jelas terlihat dari matanya yang melengkung seperti bulan sabit.

Terlihat bahwa dirinya sendiri pun tidak menyangka akan memenangkan nominasi ini. Selain karena ini adalah penominasian yang pertama untuknya, namun juga mengingat bahwa keempat nominasi lainnya adalah para sinematografer yang tidak kalah jauh bagusnya.
Seperti misalnya, Anggi Frisca, Batara Goempar, Roy Lolang, dan salah satu dari “Empat Besar” pemenang kategori Sinematografi Terbaik terbanyak dalam sejarah FFI hingga sampai saat ini, Yudi Datau.
Gunnar Nimpuno membuktikan bahwa siapa saja bisa menjadi juara; selagi ada peluang, selalu ada kemungkinan untuk bisa menang.
Meski baru pernah dinominasikan sekali, bukannya tidak mungkin untuk dirinya bisa membawa pulang Piala Citra, membuktikan bahwa kerja keras dan perjuangannya selama ini layak untuk diberikan apresiasi yang setinggi-tingginya.