Kualitas film Indonesia rasanya tiap tahun mengalami eskalasi yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Bila di Agustus 2018 silam kita dikejutkan dengan kemunculan film berbujet besar Wiro Sableng yang kabarnya menghabiskan bujet hingga 2 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 28 miliar, kini memasuki tahun 2019, satu lagi film yang sejak promo trailernya saja sudah menghebohkan banyak orang dan digadang-gadang sebagai film terbaik yang bisa menghibur audience dengan tampilan memukau.
Dan benar saja, film ‘Foxtrot Six’ yang diproduseri oleh produser kenamaan Hollywood, Mario Kassar, memang tak main-main dalam proses penggarapannya. Mario yang pernah memproduseri banyak film box office seperti trilogi Rambo (1982-1988), Total Recall (1990), Terminator 2: Judgement Day (1991) dan banyak film lainnya, secara mengejutkan menjadi executive producer film ‘Foxtrot Six’ yang menelan bujet raksasa untuk ukuran film Indonesia, yakni berada di angka 5 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 70 miliar!
Ide ceritanya sendiri sebenarnya tidak baru-baru amat. Dengan setting post apocalyptic 12 tahun dari sekarang, di mana perubahan iklim global membuat sumber daya alam semakin terkuras dan tak banyak negara mampu bertahan menghadapi kesulitan yang mendera di berbagai sektor.
Indonesia yang berada di daerah tropis, dengan tanahnya yang subur dan iklim yang tergolong bersahabat, mampu naik kelas sebagai salah satu negara adikuasa yang bisa mengandalkan hasil pangannya untuk mencukupi masyarakat. Makanan seketika itu juga menjadi komoditas utama yang berharga dan bahkan lebih berharga ketimbang minyak bumi sekalipun.
Namun situasi itu dimanfaatkan oleh salah satu partai politik yang terkenal kejam dan otoriter, Piranas, yang ingin berkuasa secara penuh di Indonesia. Angga Saputra (Oka Antara), salah satu dari anggota parlemen, tiba-tiba diculik oleh sekelompok orang dan para penculik tersebut ternyata berasal dari partai pemberontak yang dinamakan Reformasi.
Partai ini ternyata dibentuk oleh tunangannya, Sari Nirmala (Julie Estelle) yang ia kira sudah meninggal. Dari Sari juga akhirnya Angga mengetahui kalau partai yang ia bela selama ini telah berbohong dan mengorbankan rakyatnya sendiri demi kepentingan segelintir orang.
Dianggap membelot ke pemberontak, Wisnu (Edward Akbar) sebagai pemimpin paramiliter pemerintah yang kejam dan brutal, menjadikan Angga sebagai buronan nomor satu pemerintah. Tak lama kemudian markas Reformasi diserang dan semua pengikutnya dibunuh oleh pasukan pemerintah yang dipimpin Wisnu.
Angga pun tak tinggal diam, dirinya lantas mengumpulkan empat temannya yang merupakan timnya ketika bertugas di marinir angkatan laut. Oggi (Verdi Solaiman), Bara (Rio Dewanto), Ethan (Mike Lewis) dan Tino (Arifin Putra) dan sniper Reformasi yang sangat pendiam dan misterius, Spec (Chicco Jerikho). Bersama-sama, mereka menemukan rencana jahat Piranas untuk menghancurkan Reformasi dan simpatisannya dalam pembunuhan masal yang akan dilakukan serentak oleh pemerintah.
Bisakah keenam orang itu menghancurkan pasukan pemerintah yang jumlahnya sangat banyak dengan persenjataan canggih dan lengkap itu?
Film yang merupakan karya perdana dari Randy Korompis ini memang menghadirkan sejumlah cast ternama dan kehadiran mereka tentunya akan mengundang decak kagum para penonton ketika telah mononton film ini nantinya.
Memang terpilihnya Randy Korompis yang terbilang pemula di dunia perfilman menjadi pertanyaan tersendiri, mengapa dirinya dipercaya untuk menyutradarai dan menulis film berbujet sangat besar tersebut. Tetapi setelah melihat hasilnya, ternyata film ini sangat menjanjikan, dan layak disejajarkan dengan kualitas Hollywood sekalipun.
Yang jadi perhatian utama dalam film ini adalah dialog yang digunakan. ‘Foxtrot Six’ secara berani menggunakan dialog 100% bahasa Inggris dengan subtitle bahasa Indonesia yang jujur saja agak aneh, bahkan untuk film Indonesia sekalipun. Yang menjadi pujian khusus ada di dialognya yang sangat “Hollywood banget”, karena penulisan naskahnya langsung dilakukan dalam bahasa Inggris, bukan dari bahasa Indonesia yang di-translate ke bahasa Inggris.
Hasilnya terdengar smooth dan orisinil, lengkap dengan segala jokes-nya yang bergaya Hollywood. Penggunaan bahasa Inggris ini bukannya tanpa alasan, bila kita melihat tujuan akhirnya untuk market yang lebih luas ke dunia internasional, poin ini menjadi nilai sangat positif yang tak berani diambil oleh produser film Indonesia sekalipun.
Yang kedua adalah unsur CGI. ‘Foxtrot Six’ menggunakan full CGI di semua adegannya. Andrew Juano yang pernah menggarap visual effect di serial ‘The Walking Dead’ dan ‘The Life of Pi’, ikut terlibat dalam proses ini. Untuk urusan CGI, secara visual ‘Foxtrot Six’ memang tak kalah dengan bikinan Hollywood, walau ada beberapa spot yang kurang halus, namun overall hasilnya sangat memuaskan.
Adegan aksinya juga tergolong brutal dan sadis, walaupun tak sampai gore layaknya The Raid 1 dan 2. Koreografi yang digarap oleh “Uwais Team” ini memang sangat memikat, walau sayangnya take shot yang diambil terlalu dekat, sehingga banyak adegan close combat sedikit tak enak dilihat.
Begitupun dengan editing-nya yang sedikit jumping di adegan close combat dan beberapa adegan yang krusial yang sedikit membuat flow ceritanya tidak mulus. Sedikit mengingatkan kita akan ‘Mile 22’ (2018) yang dibintangi Iko Uwais dengan permasalahan serupa.
Namun semua permasalahan minor di atas, tak membuat film ini kehilangan esensinya, buat Chillers yang tertarik dengan film laga Indonesia dengan citarasa Hollywood, ‘Foxtrot Six’ akan hadir di semua bioskop di Indonesia mulai 21 Februari 2019.
Nantikan dua after credit scene dimana salah satunya akan membuka imajinasi kita lebih luas dari pergulatan karakter yang timbul, hal itu memunculkan spekulasi akan hadirnya sekuel film ini.
Director: Randy Korompis
Starring: Oka Antara, Verdi Solaiman, Arifin Putra, Chicco Jerikho, Mike Lewis, Rio Dewanto, Julie Estelle, Edward Akbar, Miller Khan, Cok Simbara, Aurelie Moeremans
Duration: 114 Minutes
Score: 8.3/10