Film ‘Toxic’ Ungkap Isu Bullying di Industri Film Inggris

Survey yang dilakukan The Film dan TV Charity menghasilkan hal baru yang mengejutkan tentang isu bullying di industri hiburan Inggris. 

 

Masalah ini menjadi topik utama dari perbincangan berkat kerja dari berbagai organisasi. Ditambah tuduhan yang diterima Noel Clarke pada tahun 2021 telah mendapat sorotan dan penanganan. 

Film pendek berjudul ‘Toxic’ yang disutradarai oleh Brian Hill dari Century Films, Inggris ini, menampilkan para aktor yang membacakan kisah dari empat orang yang bekerja dibawah naungan project TV. Kisah-kisah ini terpilih dari 50 cerita yang tim produksi dapatkan sebagai bagian dari penelitian. 

Dengan mengejutkan, banyak situasi yang menyentuh dari mereka melibatkan perawatan, agresi, intimidasi, dan bahkan kekerasan fisik yang diterima para pekerja, baik pekerja baru maupun yang sudah berpengalaman. Mereka dipaksa oleh keadaan untuk keluar dari pekerjaan mereka atau merasa perlu berhenti bekerja demi menjaga kesehatan mental mereka. 

Dalam satu kasus, seorang wanita terkena blacklist dari kantornya karena mengakhiri hubungan dengan sang produser. Parahnya lagi, ia tidak memiliki harapan untuk bekerja di tempat lain karena para ketua menimbang-nimbang kembali ketika ingin mempekerjakannya. 

Film ini selesai hanya setelah satu bulan publikasi laporan mendalam baru oleh Film dan TV Charity (the Looking Glass ‘21 survey) dengan hasil lebih dari setengah responden mengaku mengalami perundungan, bahkan pelecehan seksual dan ras dalam satu tahun terakhir.

Hal ini juga terjadi bersamaan dengan dengan perilisan The Whole Pictures Toolkit: For Mentally Healthy Productions oleh badan amal tersebut. Ini adalah sebuah sumber daya praktis yang bertujuan memberikan alat-alat pada industri untuk mengatasi banyak masalah yang diangkat laporannya. 

‘Toxic’ mendapatkan penayangan khusus di BFI Southbank di London. Brian Hill menjelaskan ia terinspirasi membuat film ini dan akhirnya bisa menghasilkan sesuatu dari sebuah isu yang terpendam dan dinormalisasi di industri untuk bertahun-tahun. Inspirasi ini datang kepadanya setelah seorang teman dirundung hingga keluar dari pekerjaannya. 

CEO dari organisasi Women in Film and Television U.K., Katie Bailiff, yang membantu memandu acara, mengakui bahwa hal itu datang setelah setahun berlalu dari tuduhan Clarke yang mencakup pelecehan seksual dan intimidasi yang dilakukan oleh para pembuat film, bahkan aktor. Ia ingin mengeksplorasi kembali mengenai perubahan yang terjadi dan berarti yang telah dibuat sejak saat itu dan menggambarkan intimidasi adalah sebuah epidemi di seluruh industri. 

© Joseph Redfield/Pexels

Setelah penayangan khusus film ini, ada diskusi dan tanya jawab yang membahas tentang ketergantungan yang besar pada tenaga kerja lepas yang terikat kerja hanya untuk jangka pendek dan ketakutan akan di-blacklist jika mereka mengatakan yang sebenarnya.

Ada satu audiens dalam acara itu yang bercerita bahwa perusahaan tempatnya bekerja tiba-tiba berhenti mempekerjakannya setelah ia melaporkan perundungan yang ia dapatkan.

Berdasarkan ketua kesehatan mental dan kesejahteraan di Film and TV Charity, Lucy Tallon, mengatakan bahwa tiga per-empat responden dalam survey Looking Glass menyatakan bahwa tidak ada keadaan yang berubah setelah ia membuat laporan perundungan, namun 16 persennya mengaku bahwa situasi yang mereka hadapi semakin buruk. 

Meriel Beale, produser dan juru kampanye berpengalaman yang sering memposting surat terbuka yang menyerukan tanggapan atas tuduhan untuk Clarke yang ditandatangani ratusan perempuan menjelaskan bahwa industri TV sangat hierarkis, dengan intimidasi yang tampaknya terjadi dari atas ke bawah.

Ia juga mengatakan sangat sulit bagi seseorang untuk menangani masalah apapun yang mereka hadapi, karena mereka tidak tahu siapa “orang aman” yang bisa mereka ajak bicara. 

Setelah laporan intimidasi banyak muncul ke permukaan, beberapa platform dibentuk untuk mendukung para penyintas. Di tahun 2018, saat adanya tuduhan terhadap Harvey Weinstein, BFI dan BAFTA meluncurkan serangkaian peraturan dan panduan yang lalu diperluas untuk memasukkan tindakan baru. Kepala inklusi BFI, Jen Smith, mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan agar bisa memasukkannya ke dalam perjanjian kontrak sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Ia juga mengatakan bahwa BFI baru baru ini melakukan sebuah program yang mengadvokasi petugas kesejahteraan untuk pekerjaan di produksi. 

Sedangkan The Film and TV Charity telah meluncurkan saluran dukungan dan layanan untuk pengaduan intimidasi yang menurut mereka bersifat sangat rahasia, independen, dan bebas diakses. 

Namun, sebetulnya, secara luas disepakati bahwa hal yang bisa benar-benar mengatasi masalah ini adalah pembentukan badan atau organisasi independen yang mengatur dan memiliki kekuatan hukum yang dapat mengambil tanggung jawab dari industri yang buruk. 

© Rob Ball/Getty Images

Rebecca Ferguson, seorang penyanyi sekaligus penulis lagu melaporkan intimidasi oleh manajer dan agensi kepada polisi, ia mengatakan bahwa organisasi yang independen ini adalah tujuan dari laporannya dan organisasi ini harus benar-benar independen.

Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa kepada Time’s Up di Inggris, Dame Heather Rabbats sedang memimpin dalam kerja sama bersama pemerintah untuk mendirikan organisasi ini. Ia berharap hal ini bisa membantu dan kuncinya adalah memastikan bahwa ada perubahan undang-undang serta konsekuensi untuk pelaku. Karena menurutnya, tanpa ada konsekuensi, para pelaku bisa terus melakukannya.  

Exit mobile version