Darah Nyai disutradarai oleh Yusron Fuadi akan tayang di JAFF pada 5 Desember 2024.
Hai, Cilers!
Kali ini ada film horor bertemakan jagal/slasher mistik yang berjudul Darah Nyai. Film yang diproduksi Imaginarium Pictures dan disutradarai Yusron Fuadi tersebut akan segera menyapa penonton bioskop dengan penayangan perdananya di JAFF.
Yusron Fuadi sendiri merupakan sutradara asal Yogyakarta yang banyak menelurkan film fiksi seperti Pendekar Kesepian (2014), Tengkorak (2018), Bambang (2022), dan Setan Alas (2023, pemenang tiga piala Hanoman Award dari JAFF 2023).
Selain Yusron, Imaginarium Pictures juga mempercayakan Azzam Fi Rullah untuk bersama-sama mengembangkan naskah, kolaborasi ini kemudian membuka keragaman estetika dan moda produksi dalam pembuatan sebuah film.
“Imaginarium memproduksi film dalam kerangka keragaman estetika dan moda produksi. Darah Nyai adalah produksi film panjang pertama kami, dan mengajak Azzam Firullah (sutradara film pendek yang telah mencapai status cult di kalangan penggemar horor) untuk mengembangkan naskah dari cerita saya.”
“Yusron “Yos” Fuadi, sutradara film Tengkorak dan pemenang JAFF 2023 lewat film Setan Alas! (The Draft), bergabung karena kecocokan “ideologis” penggemar film-film Hong Kong 1990-an dan memang terbukti memberi kesegaran penggunaan kamera dan pengadeganan dalam Darah Nyai. Militansi Yos membuatnya pilihan tepat untuk menggarap film kami.” ungkap Hikmat Darmawan
Film Darah Nyai sendiri menceritakan pembunuhan Lisa, korban pemerkosaan dan jasadnya dibuang ke laut Pantai Selatan. “Nyai” yang murka atas tindakan keji tersebut kemudian memilih Rara untuk melakukan pembalasan dan penghakiman dengan memberikannya kekuatan supranatural.
Pemain yang terlibat di antaranya ada Violla Georgie sebagai Rara, Robet Chaniago sebagai Ivan, Rory Asyari sebagai Boni, Winner Wijaya sebagai Dodi, Rayner Wijaya sebagai Arthur, Wieshley Brown sebagai Nathan, Vonny Anggraini sebagai Inspektur Yanti.
Lalu ada Jessica Katharina sebagai Dayang Nyai Sumekar, Djenar Maesa Ayu sebagai Mbak Endang, Paul Agusta sebagai Mafia Perdagangan Manusia, dan masih banyak lagi.
Ekspolrasi, kata yang tepat dalam menggambarkan film Darah Nyai. Script, visual, dan tema dimasak bersama dengan ‘kegilaan’ yang lahir dari kolaborasi Hikmat Darmawan, Azza Fi Rullah dan Yusron Fuadi selaku sutradara.
“Membaca naskah Darah Nyai untuk yang pertama kali adalah sebuah tawaran potensi eksplorasi tema sekaligus visual yang bisa jadi jarang didapatkan oleh sutradara.”
“Bahwa itu ditulis Azzam Fi Rullah dan Hikmat Darmawan, adalah sebuah ‘cherry on top’. Kita tahu dari cover naskah bahwa this is not gonna be your average-perempuan-goblok-teraniaya-yang-ga-bisa-ngapa-ngapain. Its gonna be absurdly brutal. It’s gonna be painful. It’s gonna be feel good revenge movie. It has to be.” Begitu ujar Yusron Fuadi
Selain keragaman eksplorasi dalam Darah Nyai, penggunaan Bahasa Baku juga menjadi sebuah pendekatan kreatif dalam film ini.
Darah Nyai akan membawa kita juga dalam nostalgia lisan yang acap kali menghiasi layar-layar film era 80-an dan 90-an. Film ini juga menjanjikan kebrutalan, konsisten dengan tribute kepada film era tersebut.
Film Darah Nyai mengeksplorasi mitos Nyai Roro Kidul yang kemudian dilekatkan dengan isu-isu mafia perdagangan manusia dan kekerasan seksual.
Eksplorasi tematik ini bertujuan untuk menjadi katarsis bagi frustasi dan kemarahan sehari-hari kita melihat berbagai perilaku korup dan zalim oleh kelompok kuat di sekitar kita.
Darah Nyai akan tayang perdana secara publik dalam rangkaian Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) ke-19 bertajuk “METANOIA”. Masuk dalam rangkaian program “Indonesian Film Showcase”.