“I am one of those crazy women.” – Gloria Steinem.
Kalau ada dari kalian yang mengikuti sejarah perjuangan hak perempuan di AS, maka nama ini sudah tidak asing lagi. Gloria Steinem adalah seorang jurnalis dan aktivis sosial di Amerika. Kalau lagu I Am Woman oleh Helen Reddy dianggap sebagai anthem gerakan feminis, maka Steinem adalah pemimpin dan juru bicaranya.
“The Glorias” didasarkan dari karya Steinem berjudul ‘My Life on The Road’ yang merupakan memoir hidupnya. Film ini menceritakan proses dan kejadian-kejadian yang membawa Steinem dimana dia berada sekarang. Sesuai dengan judul memoirnya, alurnya pun mondar-mandir. Beberapa kali kita melihat Steinem muda lalu langsung transisi kepada Steinem dewasa.

Meskipun sedikit membingungkan, “ke-mondar-mandir-an” ini dengan pas menggambarkan Steinem yang tidak pernah diam di satu titik dalam segala hal. Sejak kecil, dia tidak pernah tinggal di satu tempat karena keluarganya yang terus berpindah. Selain itu, impiannya yang awalnya adalah untuk menjadi seorang penari berubah menjadi penulis. Bahkan pada saat dia sudah menjadi penulis, Steinem beberapa kali pindah tempat kerja.
Time, Show, New York Magazine, lalu akhirnya dia ikut mendirikan sebuah publikasi feminis-sentris baru bernama Ms. (baca: Miss) bersama Letty Cottin Pogrebin, Mary Thom, Patricia Carbine, Joanne Edgar, Nina Finkelstein, Dorothy Pitman Hughes, dan Mary Peacock. Dengan majalah tersebut, mereka membuat panggung untuk menyuarakan pendapat dan aspirasi mereka tanpa adanya halangan dari laki-laki yang pada masa itu lebih seksis dibandingkan sekarang.
Steinem dan rekan-rekannya menyuarakan dukungan mereka untuk hak reproduksi perempuan, seperti aborsi. Nah, sudah dong, pastinya dia akan menetap dengan Ms. dan akan membahas tentang hal tersebut saja karena ini kan biopik.

No. Salah satu yang membuat “The Glorias” terasa fresh dan tidak seperti hasil formula adalah karena sampai akhir film ini menunjukkan Intersectional Feminism dan tidak hanya fokus terhadap satu aspek saja, juga karena kemampuannya untuk menggambarkan betapa sulitnya perempuan untuk dapat didengar bahkan sampai pada masa kini.
Because let’s face it, kalau hal tersebut tidaklah benar maka ending sequence dari “The Glorias” seharusnya tidak pernah ada.

Permasalahan dari film ini adalah waktunya yang terlalu lama dan alurnya yang sangat mondar-mandir bahkan dari awal sekali. Rasanya seperti sedang dibawa travelling, tapi sambil jalan kaki. Pada saat sampai ke suatu titik, pastinya sudah kewalahan dan pada saat baru mau take it all in, eh, diajak pergi lagi. Terlalu banyak destinasi namun kurang penjelasan yang lumayan mendalam.
Secara keseluruhan, “The Glorias” adalah biopik yang hampir tidak terasa seperti biopik. Banyak adegan dikemas secara artistik dengan penggunaan warna untuk menjelaskan latar waktu dan scene-stitching yang tidak terasa out of place.
Director: Julie Taymor
Casts: Julianne Moore, Alicia Vikander, Timothy Hutton, Lorraine Toussaint, Janelle Monáe, Bette Midler
Duration: 147 Minutes
Score: 7.5/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
The Glorias
“The Glorias” didasarkan dari karya Steinem berjudul 'My Life on The Road' yang merupakan memoir hidupnya. Film ini menceritakan proses dan kejadian-kejadian yang membawa Steinem dimana dia berada sekarang.