“The Tournament of Power opened my eyes, you saw those fighters. There’s no way I can stay at the same level, I’m at right now! I think I’d be all fired up!” – Goku.
Jarang-jarang anime Dragon Ball masuk resmi lewat layar lebar Indonesia jika tidak meraih prestasi tertentu. Hal itu bisa dimaklumi, karena walau karakter yang sudah berusia 35 tahun ini sudah melegenda di seluruh dunia dan hadir lewat serial TV, trading cards, video game, manga dan figurin edisi terbatas, kepopulerannya lewat anime layar lebar kadang tak berbanding lurus dengan semua item yang telah disebut di atas.
Karakter yang pertama kali muncul di manga yang ditulis dan digambar oleh Akira Toriyama pada tahun 1984 ini meraih kesuksesan yang signifikan dalam film yang sejatinya tayang perdana di Jepang sejak November 2018, dan hingga saat ini “Dragon Ball Super: Broly” telah meraih pendapatan di atas 100 juta dolar Amerika di seluruh dunia dalam waktu singkat. Perolehan ini juga menempatkan film ini di atas franchise film Dragon Ball lainnya seperti “Dragon Ball Z: Battle of the Gods” (2013) dan “Dragon Ball Z: Resurrection F” (2015). Semua itu berawal sejak film ini bercokol di Top 5 box office Amerika dengan pendapatan di minggu pertama mencapai 7 juta dolar Amerika. Sebuah pencapaian luar biasa yang menjadi alasan film ini dapat diputar di Indonesia.
Kisahnya dimulai 41 tahun silam ketika planet Vegeta yang merupakan dunia asal Saiyan, dijajah oleh Raja Cold. Tak lama kemudian Raja Cold menyerahkan tongkat kekuasaannya kepada putranya yang kecil namun kejam, Frieza. Raja Vegeta masih percaya kalau putranya, Pangeran Vegeta, ditakdirkan untuk membebaskan bangsa Saiyan. Raja Vegeta merasa terganggu ketika mengetahui kalau Broly, anak dari pasukannya, Kolonel Paragus, mempunyai kekuatan lebih besar dari anaknya, dan mengasingkan Broly ke planet Vampa yang sangat jauh dan tidak layak dihuni. Akibatnya, sang ayah mengejar sang anak dan bertekad membalaskan dendamnya kepada keluarga Vegeta. Paragus pun terdampar di planet Vampa dan tak mengetahui beberapa tahun setelah itu, planet Vegeta dihancurkan oleh Frieza.
Sementara itu kembali ke masa kini di bumi, dua pendekar Saiyan yang lolos dari kehancuran planet, Goku dan Vegeta, bertahan hidup dan kekuatannya mulai bertambah besar, dan menghabiskan sebagian waktu mereka dengan berlatih satu sama lain. Setelah mengetahui bahwa pasukan Frieza telah mencuri enam dari tujuh Bola Naga yang dikumpulkan oleh Bulma, Vegeta dan Goku berangkat untuk menemukan Bola Naga terakhir sebelum Frieza mendapatkannya. Sementara itu, dua tentara Frieza berpangkat rendah, Cheelai dan Lemo berhasil sampai ke planet Vampa, menemukan Broly yang telah dibentuk menjadi pejuang oleh ayahnya. Mereka kemudian dibawa ke Frieza, yang menyadari kalau akhirnya ia menemukan seseorang yang dapat mengalahkan Goku dan Vegeta untuk selamanya.
Film yang disutradarai oleh Tatsuya Nagamine (One Piece Film Z) dan ditulis naskahnya oleh Akira Toriyama ini selain memiliki timeline yang panjang, penggarapannya pun sangat menarik. Penggunaan metode tradisional yang digabungkan dengan efek CGI membuat film ini tetap bercitarasa klasik, efek CGI digunakan untuk scene tertentu agar gambar terasa hidup. Gabungan efek 2D dan 3D ini tentu agak berbeda dari dua film sebelumnya yang meninggalkan metode tradisional. Semua itu ditayangkan untuk pertama kalinya di format tertinggi layar lebar, IMAX.
Film ini juga untuk pertama kalinya dalam sejarah franchise layar lebar Dragon Ball, tak memfokuskan dirinya ke Goku atau yang berkaitan dengan keluarganya, tentunya ini merupakan terobosan baru supaya franchise ini tidak terasa membosankan karena selalu berkutat dengan karakter Goku yang selalu jadi fokus utama cerita.
Setelah paruh pertama usai, kita akan disuguhi pertempuran tanpa henti di luar nalar yang akan membius pikiran kita lewat polesan dan sekelebatan warna-warni cerah dari jurus-jurus yang dikeluarkan Broly – Vegeta – Goku. Scene-scene ini sangat spektakuler dan tampak satu scene menyerupai efek psychedelic yang menggunakan tone warna berbeda. Visualisasi battle dengan sudut sempit dan cepat, terlebih dengan penggabungan grafis digital dan tradisional, memang agak terasa aneh dilihat, untungnya sound effect yang digunakan sangat bold dan mendukung pertempuran kompleks tripartite seperti itu.
Jelang klimaks, sebuah jurus pamungkas muncul yang selama prosesnya akan mengocok perut kita dengan lelucon Goku yang terkenal usil itu. Jurus itu akan jadi pembeda betapapun besarnya kekuatan lawan, kecerdasan tiap individu lah yang membuat hasilnya selalu berbeda dari kenyataan yang ada.
Tentunya tak lengkap bila film ini tak menebar kelucuan-kelucuan dari para karakternya sendiri. Komedi khas Dragon Ball tetap dipertahankan dan nantikan kejutan-kejutan yang tak bisa kamu temui di film-film sebelumnya, dan pastinya ending film ini menyisakan pertanyaan mendasar yang tak lazim ditemui kala Broly berperan di sebuah film layar lebar.
Tidak sabar menantikan film ini? Buat para fans berat Dragon Ball jangan takut, film terbaik sepanjang franchise ini akan tayang 20 Februari mendatang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Jadi nantikan kehadirannya sesaat lagi.
Director: Tatsuya Nagamine
Starring: Masako Nozawa, Bin Shimada, Aya Hisakawa, Ryo Horikawa, Toshio Furukawa, Ryuzaburo Otomo, Katsuhisa Hoki, Banjo Ginga, Naoko Watanabe, Nana Mizuki, Kimiko Saito, Tomokazu Sugita
Duration: 100 Minutes
Score: 9.0/10