Deretan Alasan Mengapa Film Bencana Kerap Disukai Penonton

Meski terdengar aneh, film bencana akan selalu digemari seperti film superhero lainnya. Efek visual dan alur cerita yang menegangkan jadi alasannya.

 

Terkadang penggemar yang menggilai cerita keruntuhan kota karena angin kencang atau banjir besar terdengar aneh. Karena film sejenis ini tidak seperti jenis film pembantaian blockbuster atau superhero yang sepenuhnya terpisah dari realita.

Di dunia nyata, alien tidak turun ke New York setiap hari seperti di ‘Avengers’ untuk menghancurkan kota, tetapi banjir iya. Meski sulit menemukan titik poin hiburannya, ada metode di balik kegilaan film-film bencana seperti ‘The Day After Tomorrow’ dan ‘Independence Day’.

Hebatnya, film bencana tidak hanya populer sesaat namun selalu diingat oleh penggemar dalam waktu yang panjang.

Berdasarkan beberapa sumber, secara teknis film bencana bermula dari ‘Fire!’ tahun 1901. Film tersebut membuktikan bahwa penonton tertarik terhadap tayangan yang mengisahkan bencana, yang kemungkinan dapat menimpa mereka di dunia nyata.

Terdapat banyak alasan mengapa penonton menyukai genre film ini. Salah satunya adalah seni sinema dan teknik pembuatan film yang selalu berkembang. Tidak hanya membawa efek budaya pop yang tahan lama, tetapi juga diturunkan antar generasi.

Film bencana terus berevolusi membuat penonton betah menantikannya.

Misalnya, pada tahun 1970-an, ‘Airport’ dan ‘The Poseidon Adventure’ menyuguhkan kekacauan tak terkendali yang menggambarkan keadaan negara di era yang diguncang oleh Perang Vietnam.

Sementara pada 90-an, film bencana berkembang pesat setelah ‘Deep Impact’ dan ‘Independence Day’ diproduksi. Menceritakan tentang kerumunan orang dari berbagai lapisan masyarakat yang berkumpul untuk bertahan hidup dalam menghadapi kehancuran planet.

Tahun 1997, ‘Volcano’ menyuguhkan cerita yang menyuruh seorang anak kecil mengamati entitas tituler memuntahkan abu pada orang yang lewat untuk membuat semua orang terlihat sama.

Disimpulkan tahun 1990-an film bencana adalah bentuk harapan yang bahkan gunung berapi dapat membantu menyelesaikan isu rasisme.

Selain menyentuh hati, jenis film ini juga memberi sensasi yang mendebarkan seperti halnya film horor. Dengan menyajikan kesengsaraan manusia dan kekacauan dunia.

Angin topan, tornado, gelombang pasang merupakan bencana yang dapat terjadi di dunia nyata. Memungkinan ‘San Andreas’ membuat akar kekacauan berlebihan yang lucu dalam lingkup realita sehingga membangun kedekatan emosional terhadap penonton.

Biasanya film bencana memberikan cerita standar protagonis untuk sinema Amerika yang memberikan kebahagiaan setelah bencana berakhir.

Seperti ‘2012’ atau ‘Armageddon’ berfokus pada orang kulit putih heteroseksual yang bersatu menghadapi trauma parah yang biasanya ditutup oleh pelukan keluarga atau pasangan.

Sayangnya penulis skenario film bencana lebih sering menemukan cara spektakuler untuk meledakkan Las Vegas atau London, dibandingkan konsep untuk mengkritik standar masyarakat Barat.

Film jenis ini juga terkadang memiliki arus politik yang menarik yang berusaha menaklukan kelompok yang menentang konsep perubahan. Film ini secara halus memberitahu bahwa norma yang membatasi masyarakat Amerika akan selalu ada, apapun yang terjadi.

Lainnya, film bencana cenderung disukai penonton karena sajian efek visual yang mencolok seperti poster ‘The Day After Tomorrow’ dan ‘2012’ yang menampilkan landmark terkenal tertutup salju atau terjun ke laut. Tak terhitung jumlahnya berapa kali Patung Liberty dihancurkan dalam setiap film bencana.

Pesona semacam inilah yang membuat film bencana selalu laris di pasar Hollywood. Selagi penonton masih menyukai tontonan semacam ini, Hollywood akan terus memproduksi film bencana seperti ‘Moonfall’.

‘Moonfall’ sudah bisa kita tonton mulai 2 Februari 2022 di jaringan bioskop XXI Indonesia.

Exit mobile version