Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Daysleepers’, Kisah Dua Insan Pekerja Malam yang Sama-Sama Kesepian

Adam Pratama by Adam Pratama
September 20, 2020
in Featured, Movies, Reviews
Tommy Wisnu Pratomo - © Kinekuma Pictures

Tommy Wisnu Pratomo - © Kinekuma Pictures

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Soalnya dia kalau gak main catur online, tuh ngeliatin gedung seberang itu tuh. Gak tau kenapa. Mulai malem sampai pagi, gak tau juga apa yang diliatin.” – Tito.

 

Pernahkah kamu merasa sendirian? Hidup di perkotaan dengan pekerjaan yang terus berulang sehingga terasa membosankan? Kadang ingin rasanya untuk keluar dari tekanan, namun apa daya itu semua yang hingga sekarang dapat menanggung beban.

Jujur seneng banget ‘Daysleepers’ bisa tayang di Bioskop Online karena sudah penasaran sama film ini sejak lama, namun belum pernah kesampaian untuk nonton. Kini dengan hanya membayar lima ribu rupiah saja, kita sudah dapat menonton filmnya secara legal.

Film ini bercerita tentang dua orang, Andrea (Dinda Kanyadewi) dan Leon (Khiva Iskak). Mereka gak saling kenal, hanya saja jadi terhubung karena situasi. Mereka memiliki kesamaan yaitu sama-sama Daysleepers alias kerja di malam hari. Menarik untuk melihat apa yang menjadi pekerjaan mereka, lika-liku yang ada di baliknya, dan bagaimana relationship keduanya dapat berjalan.

Cukup mengejutkan sih ketika menonton film ini di awal. Pada bagian prolog yang isinya memperlihatkan perkantoran dan situasi kota Jakarta, nuansa yang ditampilkan tidak sesuram yang dikira sebelumnya. Pengambilan gambarnya dan terutama lagunya bisa membuat kita nyaman dulu sama filmnya.

Baru deh setelah itu Chillers bakal diperkenalkan kepada dua karakternya. Karakter Andrea diperkenalkan lebih dulu, baru setelah itu Leon. Di sini eksposisi diperlihatkan sedikit demi sedikit hingga penonton bisa ikut mencerna apa yang ada dibalik kehidupan mereka berdua.

Yang paling menarik saat itu adalah clue tentang Leon, sebenarnya. Tepatnya ketika mbok-nya bilang ini adalah kali pertama Leon kembali bekerja di luar. Cukup engaging lah buat tetap membuat penonton fokus ke layar.

Tommy Wisnu Pratomo – © Kinekuma Pictures

Kedua karakter ini kemudian terhubung secara gak terduga dan film secara subtle memasuki babak berikutnya yaitu bagaimana relationship ini bisa terjalin tanpa harus membuat mereka bertegur sapa.

Ingat, di sini konflik mengenai kesendirian dan problem masing-masing karakter masih berjalan, jadi unik aja gitu. Film tampil sunyi, sepi, tapi sebetulnya dibalik itu ada banyak permasalahan. Apakah Paul Agusta membuat konsep ini sebagai perumpamaan bagi kehidupan yang nyata? Kami tidak tahu cuman korelasi itu ada.

Nah, salah satu cara untuk dapat melihat bagaimana relationship semu ini dibangun tak lain tak bukan adalah dengan memanfaatkan tuntutan naratif dari karakter Leon. Ada kalanya karakter ini mencoba menulis, masuk ke dalam pikiran Andrea yang kemudian ia tuangkan dalam tulisannya. Ini membuat jalinan kisahnya jadi kuat karena di sisi lain, Andrea jika dilihat hanya penasaran dan menduga-duga.

Jika berdasarkan pada aspek naratif, gedung tempat kerja Andrea dengan coffee shop tempat Leon menulis itu sebrang-sebrangan. Sayang, film memang tidak menampilkan scene yang menunjukkan keterkaitan jarak tersebut. Paling mentok shot yang menampilkan gedung atau coffee shop dari arah depan saja.

POV shot juga ditampilkan sesekali. POV shot sendiri biasa disebut juga dengan kamera subyektif, yang merupakan arah pandang kamera persis seperti apa yang dilihat dari karakter yang bersangkutan. Dalam sebuah scene, Leon menunjukkan ketertarikannya pada apa yang ia lihat pada teman-temannya. Di situ biasanya sih dikasih POV shot karena tuntutan naratifnya sangat mendukung.

Tommy Wisnu Pratomo – © Kinekuma Pictures

Cuman, uniknya kamera stay di depan Leon dan teman-temannya. Film saat itu menitikberatkan kepada akting pemain untuk memberikan gong dari scene yang bersangkutan. Bagaimana treatment itu mengajak penonton untuk menduga sendiri seperti apa sih Andrea ketika itu. Di sisi lain, entah kenapa shot ini juga mengundang sedikit tawa sih.

Cuman ya itu. Karena film ini merupakan repetisi dari hari-hari yang dijalani, maka kita akan disuguhkan oleh kegiatan dan situasi yang berulang. Ini membuat “Daysleepers” menjadi film yang poignant, namun di sisi lain terasa membosankan.

Seperti diduga, film bercerita secara puitis tentang bagaimana seseorang mengatasi kesepian. Cuma menonton proses dari pengulangan-pengulangan ini memang terasa berat. Mostly di karakter Andrea sih. Begitu hidupnya kemonotonan aktivitas dia membuat kita jadi ngantuk. Beberapa kali pula hahaha!

Tapi ya itu lah poignant-nya. Bahwa ada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Rasanya resiko kebosanan ini adalah resiko yang secara sadar siap diambil oleh Paul. Unsur sosial tadi lebih terasa di tempatnya Leon. Ini jadi kebalikannya, meski gabisa menolong seratus persen, sih. Scenes di coffee shop selalu ditunggu-tunggu karena tiga alasan.

Pertama, tentang character development Leon. Seorang penulis yang sedang mencari ide baru, kemudian ide itu dia temukan tapi dengan rasa penasaran. Rasa penasaran itu pun ia tuangkan sehingga secara gak langsung itu cukup memudahkan kita untuk lebih memahami apa yang kira-kira dilukiskan pada dunia cerita Andrea.

Tommy Wisnu Pratomo – © Kinekuma Pictures

Kemudian yang kedua adalah penampilan para karakter pendukung yang ada di coffee shop. Kabarnya hanya 30 persen dialog yang betul-betul terdapat di skrip pada bagian coffee shop, sisanya improve. Jadi salut juga buat Joko Anwar, Djenar Maesa Ayu, dan Tadeleh Ilham karena mereka bisa memberikan warna tersendiri lewat karakter masing-masing.

Nah yang terakhir, ketika semuanya digabungkan. Udah kayak racikan kopi yang pas lah karena bikin suasana di kafe jadi hidup menjelang terbitnya fajar.

Satu lagi kejanggalan yang ada di sini terletak pada musiknya. “Daysleepers” menggunakan instrumen elektronik untuk scoring-nya di beberapa adegan. Yang menjadi perhatian adalah apa sih keterkaitan antara musik elektronik tersebut dengan cerita, bahkan secara lebih spesifik, adegan yang bersangkutan. Karena jika dilihat-lihat film ini tidak terlalu menitikberatkan pada efek penggunaan teknologi dalam kehidupan Andrea dan Leon.

Seperti yang kita tahu, film ini lebih membahas tentang kesendirian. Akan sedikit berbeda jika maksud instrumen ini adalah sebagai tanda karena hal berbau elektronik biasanya digunakan untuk membantu mengatasi kesepian. Cuman muncul tanda tanya kedua yaitu terkait dengan scene yang bersangkutan.

Sulit juga untuk menemukan keterkaitan yang ada di dalamnya. Tapi ya boleh juga sentuhan ini. Itung-itung bisa memberikan sparkling kecil untuk fillmnya.

Tommy Wisnu Pratomo – © Kinekuma Pictures

“Daysleepers” berhasil menunjukkan kesepian dan kesendirian secara apa adanya hingga ke tingkat ultimate. Terbukti, tahap konfrontasi film ini jujur sangat menguji kita. Beberapa kali ngantuk dan sempag tertidur secara tersirat menunjukkan bahwa kesendirian dan kesepian itu berat, Bos!

Cuma di sisi lain, penceritaan antara dua karakter pentingnya sama-sama imbang dan menarik berkat eksposisi dan keterkaitan antara satu sama lain seiring berjalannya waktu. Ini membuat siapa di antara mereka yang sebetulnya dijadikan karakter utama sudah tidak menjadi soal.

Para karakter pendukung menjadi unsung hero. Mereka sukses menjalin kolaborasi yang apik sama karakter Leon sehingga film sejatinya tidak melulu pale. Penceritaan sederhana yang sangat bertumpu pada kebolehan para aktor dalam mengolah rasa dari karakter mereka.

 

Director: Paul Agusta

Casts: Dinda Kanyadewi, Khiva Iskak, Joko Anwar, Djenar Maesa Ayu, Tadalesh Ilham, Agnes Naomi

Duration: 92 Minutes

Score: 7.0/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

Daysleepers

7 Score

Film ini bercerita tentang dua orang, Andrea (Dinda Kanyadewi) dan Leon (Khiva Iskak). Mereka gak saling kenal, hanya saja jadi terhubung karena situasi. Mereka memiliki kesamaan yaitu sama-sama Daysleepers alias kerja di malam hari. Menarik untuk melihat apa yang menjadi pekerjaan mereka, lika-liku yang ada di baliknya, dan bagaimana relationship keduanya dapat berjalan dengan mulus. Berhasilkah mereka?

Review Breakdown

  • Acting 0
  • Cinematography 0
  • Entertain 0
  • Scoring 0
  • Story 0
Tags: Agnes NaomicineverseDaysleepersDinda KanyadewiDjenar Maesa AyuJoko AnwarKhiva IskakKisah Dua JendelaPaul AgustaReview DaysleepersTadalesh Ilham
Adam Pratama

Adam Pratama

Founder Cinemania ID, now becoming Co-Founder of Cineverse. Batch 2 @mrabroadcastingacademy, Batch 4 adv class @kelaspenyiar_id. @imsi_fibui @fibui_basketball

Related Posts

Pengabdi Setan 2: Communion

Apa Hubungan ‘Pengabdi Setan 1’ dengan ‘Pengabdi Setan 2’?

August 11, 2022
Pengabdi Setan 2: Communion

6 Hari, ‘Pengabdi Setan 2: Communion’ Raup 3 Juta+ Penonton!

August 9, 2022
Review Film – ‘Pengabdi Setan 2: Communion’

‘Pengabdi Setan 2’ Beri Peringatan Bagi Penderita Epilepsi

August 9, 2022
pengabdi setan 2

Hari Pertama ‘Pengabdi Setan 2’ Datangkan 700 Ribu Lebih Penonton

August 5, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In