David Garcia Ceritakan Proses ‘Texas Chainsaw Massacre’

Film pertama ‘Texas Chainsaw Massacre’ tahun 1974 besutan Tobe Hooper menuntun David Blue Garcia berkecimpung dalam dunia film.

 

David Blue Garcia tentu menyadari besarnya ekspektasi yang penonton miliki melalui film barunya, ‘Texas Chainsaw Massacre’ yang akan debut di Netflix pada hari Jumat kemarin. Film ini merupakan sekuel dari film asli Texas Chainsaw Massacre yang dirilis pada tahun 1974.

Garcia mengakui bahwa film pertama ‘Texas Chainsaw Massacre’ (1974) karya Tobe Hooper telah memberikannya pencerahanan tentang apa yang akan ia lakukan dalam sekuelnya nanti.

“Pertemuan pertama saya dengan film adalah melalui TV kabel. Ketika berusia sekitar 12, 13 tahun dan Leatherface muncul di layar, saya benar-benar ketakutan dan langsung mematikan TV. Saya tidak tahu apa yang saya tonton waktu itu,” ucap Garcia.

Saat itu, Garcia mengumpulkan keberanian untuk menyalakan televisi itu lagi dan film itu meninggalkan kesan mendalam baginya. Ia berinvestasi di dunia film dan mempelajari bahwa ‘The Texas Chainsaw Massacre’ bukan hanya peninggalan legenda dari film Texas, tetapi juga karya terhormat yang diperjuangkan oleh para auteurs seperti Stanley Kubrick dan Ridley Scott. Tobe Hooper tidak hanya membuat sebuah film, tetapi sebuah pengalaman yang masih mampu menarik hati penonton dari berbagai generasi.

Garcia, pernah muncul sebagai seorang sinematografer dalam ‘Tejano’, film thriller tentang seorang petani Texas yang putus asa dan menyelundupkan kokain melintasi perbatasan Meksiko untuk menyelamatkan kakeknya yang sekarat. Film ini menarik perhatian pembuat film ‘Legendary’ dan ‘Don’t Breathe’, Fede Alvarez, yang berusaha membangkitkan waralaba ikonik mereka dengan semangat Texas.

Salah satu fakta menarik dari film ‘Texas Chainsaw Massacre’ adalah syutingnya tidak dilakukan di Texas tetapi malah di Bulgaria. Garcia mengaku terkejut bagaimana Bulgaria dapat menghidupkan Texas dengan sempurna, “Orang Texas yang sebenarnya tentu saja akan memperhatikan detail yang tidak ada.”

©Netflix

Jangan terkecoh dengan lanskap Bulgaria yang memukau karena ada banyak hal lain yang harus kita perhatikan, misalnya sekelompok anak muda idealis tipe gen Z yaitu Lila (Elsie Fisher), Melody (Sarah Yarkin), Dante (Jacob Latimore) dan Ruth (Nell Hudson). Sekelompok anak muda ini ingin membeli properti terbengkalai di kota hantu Texas, yang kebetulan memiliki hubungan dengan keluarga yang telah menjadi legenda lokal sejak 50 tahun yang lalu.

Penonton yang lebih tua mungkin akan mengeluh setelah mendengar keberadaan karakter gen Z idealis dalam film ini, dan Garcia memahami skeptisisme semacam itu. Namun banyak dari kisah mereka berjalan paralel dengan remaja hippie dari film aslinya. Ketika mereka mencari rumah di Amerika yang semakin terpecah oleh Perang Vietnam hanya untuk menjadi penyusup di tengah-tengah keramaian. Lila dan teman-temannya dihadapkan pada jenis perang yang berbeda, dengan kekerasan senjata di Amerika dan penembakan di sekolah yang membuat Lila terluka.

‘Texas Chainsaw Massacre: The Next Generation’ merupakan judul yang belum pernah digunakan untuk sekuel yang dibintangi Matthew McConaughey dan Renee Zellweger.

Terdapat siklus kekerasan dalam permainan ‘Texas Chainsaw Massacre’ yang menghubungkan film besutan Hooper dengan Garcia. Pada generasi sebelumnya, Sally Hardesty akan kembali dengan Olwen Fouere yang menggantikan Marilyn Burns, yang meninggal pada tahun 2014.

Sally menjadi seorang sheriff lokal yang telah menanti selama 50 tahun untuk membalas dendam pada Leatherface. Sally, seperti halnya Leatherface merupakan contoh dari kekerasan. Bagaimana kekerasan yang dilakukan terhadap seseorang dapat membentuk identitas mereka.

Garcia juga menambahkan beberapa gambar ikonik, di mana sebagian besar visual film mencolok berasal dari konsumsi Garcia terhadap semua jenis film bioskop.

“Saya selalu mencari hal-hal tidak terduga di lokasi syuting,” ucap Garcia, mengutip foto siluet Leatherface yang berdiri di bawah lengkungan di tengah hujan lebat. Unplanned gems semacam itu semakin menyempurnakan film, seperti adegan Leatherface di bus yang tidak hanya menonjol tetapi menjadikan adegan tersebut salah satu horor terbaik sepanjang tahun. Gracia menceritakan bahwa syuting adegan bus itu cukup menyebalkan karena menghabiskan tiga hingga empat hari selama produksi, dan semakin sulit karena pandemi. Kru produksi menggunakan banyak darah dalam tiap pengambilan adegan sehingga mereka harus berulang kali membersihkan lantai sebelum melanjutkan syuting.

Jadi, apakah konfrontasi antara Sally dan Leatherface setelah 50 tahun menjadi titik akhir dari waralaba Texas Chainsaw? Tidak. Garcia menuturkan bahwa ia telah melakukan sedikit brainstorming tentang kelanjutan kisah ini dan jika diberi kesempatan, ia ingin mengeksekusi ide-idenya.

Setelah segala lika-liku yang ‘Texas Chainsaw Massacre’ lalui, penonton akan dituntun pada pertanyaan, “who will survive and what will be left of them?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, jangan lupa tonton film besutan Garcia ini di Netflix!

Exit mobile version