“You’re underestimating me okay and more importantly them” – Mario Martinez.
Selain sepakbola, permainan yang merakyat di seluruh Indonesia adalah catur. Gak percaya? Lihat saja. Kita bisa menemukan orang bermain catur dari berbagai lapisan masyarakat. Bahkan tidak jarang bila di Indonesia sendiri permainan catur sering dimainkan oleh mereka yang “wong cilik”.
Meski demikian, catur yang punya karakter permainan yang mengandalkan otak acap kali diasosiasikan pada golongan yang dianggap lebih elit dan mungkin pantas. Nah pada tahun 1998 sebuah kejadian besar dalam dunia catur terjadi di Amerika Serikat. Sebuah tim dari Miami Jackson memenangkan juara nasional catur. Mereka yang jelas awalnya bukan siapa-siapa ini sukses meraih trofi. Hal ini lah yang kemudian menginspirasi John Leguizamo.
“Critical Thinking” akan mengajak kita untuk berkenalan dengan para karakter terlebih dahulu. Ini rasanya perlu dilakukan mengingat setiap anggota tim punya karakter masing-masing. Benar saja, baik secara akting individu maupun secara ensemble, kita tidak ingin lepas untuk mengetahui diri mereka dan lingkungannya segala macam.

Ada karakter yang sifatnya rajin, ada yang banyak omong, ada yang cool, ada yang jenius, hingga yang terlihat gak fit-in tapi selalu hadir. Interaksi antar sesama ini sukses membawa filmnya menjadi sesuatu yang bagus untuk ditonton.
Padahal kalau dilihat-lihat, film juga memiliki kelemahan di awal masa. Film tidak mau basa-basi dalam mengawali kisahnya. Ini terlihat dari tidak terlalu jelasnya kelas yang diajar oleh Bapak Martinez (Leguizamo). Namun sepertinya sih itu kelas hukuman ya. Lalu awalan film juga terkesan mentah ketika mereka memperkenalkan karakter antagonis dan juga saat menampilkan flashback dua anggota tim.
Kemudian soal permainan caturnya. Meski di dalam film kita dapat mengetahui istilah-istilah tertentu, kemudian bahwa catur juga dapat menunjukkan karakter dari sang pemain itu sendiri, namun aspek sinematik yang menunjukkan dramatisasi dalam permainan catur tidak ditonjolkan.
Kita jadi agak merasa kurang sama setiap pertandingan catur yang dimainkan. Semua intensitas untungnya masih tetap bisa dirasakan lagi-lagi berkat akting dari para pemain dan bonding yang sudah terbentuk dengan baik sehingga penonton akan sudi untuk bersimpati kepada mereka berlima.
Nah, rasa simpati ini pasti muncul tidak hanya karena aspek naratif seperti akting saja. Tapi juga berkat sub context yang mendalam pada aspek naratifnya. “Critical Thinking” secara dalam mengupas kehidupan dari beberapa pemain yang berhasil menyentuh. Secara tim, Miami Jackson ini bisa dibilang unik karena mayoritas berisikan anak-anak non kulit putih.

Maka film ada sedikit menyinggung tentang kesetaraan semu dalam salah satu sequence-nya. Cuman yang lebih berasa adalah ‘personal life’ dari dua anggota tim. Mereka, seperti halnya kaum minoritas di Amerika Serikat, hidup cukup prihatin.
Hal tersebut lalu disambungkan dengan baik sama keikutsertaan Miami Jackson di kompetisi. Bagaimana perjuangan anak-anak ini, yang mana tentunya sangat tidak mudah, dan apa sih dampak yang timbul dari keikutsertaan mereka di kompetisi tersebut.
Bumbu-bumbu ini lah yang membuat film tetap menjadi suguhan yang asik. Dinamikanya kerasa banget, ditambah dengan persahabatan mereka berlima yang ditampilkan dengan baik oleh para aktor muda. Nah uniknya, biasanya film tuh rada struggling kalau ada kalanya mereka mesti melakukan sebuah shifting yang besar.
Biasnya feel-nya udah beda. Kemudian sebagai film yang diadaptasi dari kisah nyata, kalau memang begitu adanya ya mau bilang apa, bukan? Gak mungkin hal ini bakal di-skip. Beruntung, “Critical Thinking” bisa menjalankan transisi ini secara smooth. Kita bisa menerima perubahan itu dengan baik lewat build-up yang oke.
Pertama adalah lewat keterkaitan antara prestasi dengan kehidupan sosial yang dijalani salah satu personil. Ini menjadi eksposisi yang bagus sebelum film bergerak masuk ke transisi yang tadi dijelaskan.

Kemudian sedikit men-tease transisi ini sebelum benar-benar terjadi. Cukup raw lagi di awal, transisi ini berbuah manis berkat satu sequence yang bikin kita tercengang. Sepertinya terdapat beberapa penyesuaian agar terlihat lebih dramatis, namun itu berhasil menghasilkan penuansaan yang intens. Terakhir, transisi juga didukung oleh akting yang bagus juga dari aktornya.
Sayang, pada bagian klimaksnya film agak sedikit tersandung waktu menampilkan hal berbau rasial. Tidak seperti percobaan pertama yang cukup berhasil, yang kali ini agak awkward karena disampaikan di circumstances yang super intens. Konteks yang dibawakan tiba-tiba kok dimunculin di saat genting seperti itu.
Beruntung, film masih bisa menariknya kembali dengan kondisi terkini, jadi hal awkward tadi tidak meluas kemana-mana. Entah apakah ini benar terjadi atau merupakan tambahan untuk dramatisasi, belum ada keterangan lebih lanjut. Cuman ya memang timing-nya dan juga cara menyampaikannya cukup awkward. Gak tau juga sih, kenapa “Critical Thinking” itu selalu bermasalah dengan yang namanya awalan, meskipun nanti ke depan-depannya bakal jadi oke juga.
Bagaimana dengan John Leguizamo itu sendiri? Perannya sebagai Bapak Martinez alias pelatih dari tim catur ini ternyata tidak dibuat menonjol. Ia berbagi screen time dengan rekan mainnya. Meski begitu, kita tetap dapat melihat kepiawaian John berakting karena karakternya sebagai seorang guru cukup terlihat. Yang paling di-highlight adalah sikap pantang menyerah. Meski dalam keadaan yang tidak menguntungkan, Bapak Martinez terus berusaha menyemangati anak-anaknya.

Tapi di sisi lain ia juga tidak denial. Ini membuat karakternya terasa humanis, walaupun memang dangkal jika mengukurnya sebagai karakter utama. Penampilan berkesan diberikan oleh para aktor yang menjadi member tim. Hebat, mereka semua tampil bagusnya rata. Seperti yang sebelumnya disinggung, mereka dapat menerjemahkan tuntunan naratif tentang karakter masing-masing dengan baik.
Tentu saja, “Critical Thinking”, berbicara lebih dari sekedar catur. Film ini menampilkan kisah nyata dari para juara yang berisikan persahabatan, ambisi, hingga hubungannya dengan kehidupan yang membuat film jadi lebih dekat.
Tidak seperti di poster yang menampilkan wajah John Leguizamo secara close-up, justru dalam film ensemble cast-nya lah yang menjadi senjata utama. Permainan caturnya hanya dijadikan sebagai bingkai. Bahkan sistem kompetisinya tidak dijelaskan.
Minus-nya, bisa muncul anggapan bahwa anak-anak ini kayaknya mudah banget untuk menang. Tapi ingat, karena ini film gak hanya ngomongin soal catur, kesulitan sebenarnya adalah proses di luar itu.
Director: John Leguizamo
Casts: John Leguizamo, Corwin C. Tuggles, Jorge Lendeborg jr., Angel Bismark Curiel, Will Hochman, Jeffry Batista, Rachel Bay Jones, Michael Kenneth Williams, Zora Casebere, Ramses Jimenez
Duration: 117 Minutes
Score: 7.5/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Critical Thinking
'Critical Thinking' yang dibintangi dan disutradarai oleh John Leguizamo ini menceritakan kisah nyata perjalanan tim catur SMA Miami Jackson di kejuaraan nasional. Bisakah tim ini melewati rintangan berat yang ada di depan mereka?