“Semuanya bikin petualangan keluargaku tak terlupakan” – Kila (Buku Harianku, 2020)
Di era milenial sekarang ini tentunya banyak orang termasuk juga anak-anak yang ‘senang’ mencurahkan isi hatinya lewat berbagai platform di media sosial seperti facebook, twitter atau pun blog. Terhitung hal yang amat jarang saat ini seseorang mencurahkan ‘perasaannya’ melalui buku harian.
Nah film Buku Harianku mencoba menilik kisah Kila (Kila Putri Alam) yang merupakan seorang gadis yang ceria nan cerdas dan lebih senang mencurahkan isi hatinya dengan menulis di buku hariannya. Kila yang tinggal hanya dengan ibunya Riska (Widi Mulia) setelah sang ayah Arya Winoyo (Dwi Sasono) yang menjadi seorang tentara, telah gugur saat menjalankan tugasnya.
Karena kesibukan sang ibu sebagai wanita karier, Kila dititipkan ke rumah sang kakek Prapto Winoyo (Slamet Raharjo) untuk menghabiskan masa liburan sekolahnya. Sang kakek yang tinggal di desa nan asri di kawasan Sukabumi tersebut menghabiskan masa-masa pensiunnya dengan kesibukan sebagai peternak kuda. Kakek Prapto sendiri selalu didampingi oleh asisten rumah tangganya yang setia, Keling (Ence Bagus) dan istrinya Neneng (Wina Marrino) juga sang anak yang bernama Rintik (Widuri Puteri) yang juga kawan lama dari Kila. Kila yang pada awalnya tidak suka tinggal di rumah kakeknya tersebut pada akhirnya bisa menikmati masa-masa libur sekolahnya dengan bermain-main bersama Rintik.
Rintik sendiri adalah seorang anak yang tuna wicara, Kila selalu berkomunikasi dengannya dengan dibantu bahasa isyarat. Keceriaan Kila pun bertambah besar karena mendapatkan teman-teman baru yang sebaya di desa tersebut. Tapi keceriaan Kila dan juga ketenangan kehidupan masyarakat termasuk kakek Prapto di desa tersebut mulai terusik dengan kedatangan pengusaha properti yang bernama Samsudi (Gary Ishak) yang ingin membeli lahan di desa tersebut dan membangun komplek vila.
Film “Buku Harianku” adalah film dengan plot cerita yang cukup sederhana tapi berhasil digarap secara apik dan menyentuh. Buku Harianku menghadirkan cerita yang cukup lekat dengan keseharian kita yang menghadirkan tema tentang ‘kehilangan’ dalam suatu hubungan keluarga. Di mana sang kakek kehilangan sang anak, ibu yang kehilangan suami dan juga anak yang kehilangan sosok sang ayah. Tapi dengan bersatu sebagai sebuah keluarga mereka mereka mulai bisa mengatasi rasa kehilangan yang ada dan terus maju melanjutkan hidup.
Selain tentang kehilangan yang menjadi tema utama ada lagi plot lainnya yang menambah ‘rasa emosional’ di Buku Harianku menjadi lebih kuat dan menarik yaitu tentang disabilitas secara spefisik tentang tuna wicara. Di sini Widuri yang kebagian peran sebagai Rintik, yang mempunyai kekurangan, selalu merasa terasing karena tidak bisa ikut bermain dengan teman-teman sebayanya, apalagi sang ibu yang selalu juga terus memproteksinya. Tapi dengan kedatangan Kila yang pandai berbahasa isyarat, Rintik pun akhirnya bisa ikut bermain dan berkomunikasi dengan yang lainnya.
Plot yang menarik lagi di sini adalah tentang penyakit Alzheimer yang diderita oleh kakek Prapto walau pun hanya diceritakan hanya sedikit saja tapi menambah keseruan cerita yang ada.
Buku Harianku selain menyuguhkan cerita yang menyentuh juga banyak menampilkan koreografi tarian dan tentunya lagu. Unsur utama di Buku Harianku adalah lagu, di mana lagu-lagu yang ada di sini memang ditujukan untuk anak-anak dan tentunya dengan lirik lagu yang mudah dimengerti oleh anak-anak dan dengan musik yang cukup ’catchy’.
Sutradara Angling Sagaran yang sebelumnya menggarap film bergenre horor dan berpengalaman dalam menyutradarai berbagai video klip musik, berhasil menyatukan antara plot cerita berikut perkembangan konfliknya ke dalam suatu kesatuan gaya musikal dengan baik.
Kila Putri Alam yang memulai debutnya dalam film Buku Harianku berhasil memerankan perannya dengan baik, sebagai anak yang polos, ceria tapi juga sekaligus kritis. Sebagai alumni Indonesia Idol Junior tahun 2014 dan juga sebagai penyanyi cilik, Kila tak merasa kesulitan dalam menyanyikan beberapa lagu dan berduet dengan aktor senior Slamet Raharjo, terlebih saat menyanyikan lagu Buku Harianku.
Selain Kila yang menjadi pusat perhatian ada lagi aktris cilik yang juga mencuri perhatian audiens yaitu Widuri Puteri (dalam film Buku Harianku Widuri beradu akting dengan ayah dan ibunya, Dwi Sasono dan Widi Mulia). Widuri yang sebelumnya tampil baik di film “Keluarga Cemara” (2018), kini tampil begitu meyakinkan sebagai Rintik yang bisu yang merasa kesepian dan terasing.
Aktor dan juga aktris pendukung pun di sini secara merata cukup berhasil memainkan perannya seperti Ence Bagus, Wina Marrino, Gary Iskak dan Widi Mulia serta tentunya tak ketinggalan Slamet Raharjo sebagai seoarang kakek yang cukup kerepotan menghadapi penyakit Alzheimernya dan kerepotan juga dengan tingkah sang cucu.
Namun selain sisi positif yang telah disebutkan di atas, konflik yang terjadi dalam film Buku Harianku tidaklah terlalu dalam. Persoalan jual beli tanah yang seharusnya bisa menjadi sidekick malah terkesan terlalu gampang dan tak ada perlawanan berarti.
Buat kamu yang tertarik dengan film bergenre musikal anak yang jarang ada di dunia perfilman Indonesia, rasanya film Buku Harianku pantas menjadi rujukan untuk ditonton bersama dengan keluarga.
Director: Angling Sagaran
Cast: Kila Putri Alam, Widuri Puteri, Dwi Sasono, Widi Mulia, Ence Bagus, Wina Marrino, Gary Iskak, Slamet Raharjo, Tizza Radia, Bacun Hakim, Astanur Cahya, Fairel K Ramadhan, Daffa Raqila Putra, Kayyisah Zahra Rusydian, Samanta Zulaikha
Duration: 94 minutes
Score: 7.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Buku Harianku
Film "Buku Harianku" mencoba menilik kisah Kila (Kila Putri Alam) yang merupakan seorang gadis yang ceria, cerdas dan lebih senang mencurahkan isi hatinya dengan menulis di buku hariannya. Kila yang tinggal hanya dengan ibunya Riska (Widi Mulia) setelah sang ayah Arya Winoyo (Dwi Sasono) yang menjadi seorang tentara, telah gugur saat menjalankan tugasnya. Karena kesibukan sang ibu sebagai wanita karier, Kila dititipkan ke rumah sang kakek Prapto Winoyo (Slamet Raharjo) untuk menghabiskan masa liburan sekolahnya. Sang kakek yang tinggal di desa nan asri di kawasan Sukabumi tersebut menghabiskan masa-masa pensiunnya dengan kesibukan sebagai peternak kuda. Apakah Kila betah tinggal bersama kakeknya? Dan bisakah ia beradaptasi dengan teman-teman barunya di situ? Film ini sudah bisa disaksikan di semua bioskop di Indonesia.