Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Brother of the Year’, Potret Kelakuan Kakak Beradik yang Tinggal Serumah

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
July 30, 2018
in Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Pokoknya film-film GDH itu jangan sampai lolos”. Ya, itu adalah ungkapan yang keluar pertama kali ketika melihat informasi tentang perilisan film ini di Indonesia. Walaupun belum membaca sinopsisnya, ada keyakinan yang cukup besar bahwa film-film yang dibawa oleh rumah produksi GDH 559 (GDH adalah Gross Domestic Happiness, by the way) bakalan worth it. Tidak hanya menghibur, namun film juga memberikan sesuatu yang lebih kepada penontonnya, yang mana sesuatu tersebut diambil dari konflik yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah sukses mengkritisi sistem pendidikan secara menegangkan lewat “Bad Genius” tahun lalu, GDH kembali mengangkat tema keluarga yang heartwarming lewat potret kehidupan kakak-adik. Film tersebut berjudul ‘Brother of the Year’ dan dibintangi oleh Sunny, Yaya, dan Nichkhun.

Sunny dan Yaya menjadi pasangan kakak-beradik tersebut. Diceritakan, Chut (Sunny Suwanmethanon) adalah sang kakak yang pemalas. Hidup sendirian di rumah membuatnya bebas melakukan apa saja, hingga semuanya menjadi tidak terurus. Suatu ketika, Chut yang habis mengunjungi klab malam membawa seorang perempuan cantik ke rumah. Jreng jreng!! Alangkah kagetnya dia karena di malam yang sama, adiknya yaitu Jane (Urassaya Sperbund), juga sudah kembali dari masa kuliahnya di luar negeri.

Kehidupan Chut pun berubah. Ia lagi-lagi berurusan dengan Jane yang menyebalkan. Chut merasa kalau Jane adalah anak emas. Dia lebih bagus dibanding dirinya dalam banyak hal mulai dari perilaku, prestasi, dan lain-lain. Ditambah dengan satu insiden kocak di masa lalu membuat Chut makin bete sama adiknya sendiri. Anyway, buat Jane, Chut adalah kakak yang payah. Ia lebih sering mendapat malu daripada bangga akibat tingkah kakaknya ini. Tapi, satu hal yang Jane rasakan dengan jelas, Chut berubah menjadi protektif ketika ia tahu kalau dirinya memiliki pacar. Cerita jadi semakin menarik ketika secara tidak sengaja Chut dan Jane kembali berjumpa di dunia kerja. Celaka, Chut akhirnya mengetahui kalau Jane sudah memiliki pacar dan pacarnya Jane adalah partner kerjanya sendiri.

Walau memiliki muatan komedi yang besar, ‘Brother of the Year’ tidak keluar dari jalurnya yaitu berbicara tentang dinamika hubungan kakak-adik dalam sebuah keluarga Asia. Apa yang akan dilakukan Chut ketika tahu bahwa Jane memiliki pacar dan ternyata Jane dengan pacarnya sudah menyusun rencana jangka panjang akan memberikan penonton potret mengenai kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Di lain pihak, Jane juga nyatanya masih belum seratus persen yakin dengan rencana yang dia buat. Bukan apa-apa, masih ada rasa khawatir yang mengganjal dan hal itu berkaitan dengan Chut yang masih dianggap belum bisa mengurus diri.

Ketika kedua konflik ini dibenturkan satu sama lain, jelas bahwa ‘Brother of the Year’ berhasil memunculkan satu karakteristik hubungan kakak-adik yang sering dijumpai yaitu tidak menonjol secara eksplisit. Seringkali kita tidak terlau ekspresif mengenai hal ini. Gampangnya begini deh, kapan terakhir kali kamu bilang kalau kamu sayang sama kakak atau adik sendiri? Hmm, mungkin sudah lama ya. Kalah sering dibanding bilang “i love you” sama pacar, atau mungkin yang ada justru lebih sering adu mulut. Itulah yang terjadi dengan Chut dan Jane. Mereka sering bertengkar. Saling nyinyir, padahal tinggal serumah. Tapi, ketika dihadapkan dengan permasalahan yang lebih besar, baru deh keluar perhatiannya. Itu pun belum tentu ditunjukkan dengan cara yang bisa dimengerti. Terima kasih untuk ego dan gengsi dari masing-masing pihak, makna “gue tuh care sama lo” yang coba disampaikan justru semakin menambah runyam keadaan.

Patut diapresiasi bagaimana film menampilkan reaksi Chut terhadap hubungan Jane dan Moji (Nichkhun Buck Horvejkul). Awalnya sempat terpikir jangan-jangan Chut akan melakukan segala cara agar hubungan ini berakhir, which is so klise. Voila, film lebih dewasa dari yang diduga meski tidak luput dari gaya melodrama. Tidak ada scene yang menampilkan Chut sedang bertindak berlebihan, misalnya nguping lah, ngintilin lah, atau pura-pura nyamar. Upaya-upaya jenaka yang mungkin akan menambah kelucuan film namun belum tentu itu adalah cara yang tepat mengingat Chut dan Jane sudah beranjak dewasa. Film justru menggunakan cara lain yang lebih nyambung dengan penonton, terutama generasi millenials yang baru merasakan dunia kerja. Gong pertama dari masalah Chut, Jane dan Moji awalnya muncul dari keadaan yang mempertemukan mereka semua di lingkungan kerja. Salah satu dari tiga karakter ini kemudian memanfaatkan hal tadi demi kepentingan pribadi yang naasnya berujung pada masalah besar. Sebuah cara yang smart dan sebetulnya semua ini sudah direncanakan sejak detik pertama.

Untuk bagian komedinya, seringkali ‘Brother of the Year’ membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Mostly, lawakan ini berasal dari Sunny yang memang sudah biasa bermain dalam film-film komedi. Sayangnya, di balik kelakukan Chut yang memang “geblek”, ada saat di mana karakternya terlalu ditampilkan secara lebay. Khususnya di awal film, ketika ‘Brother of the Year’ memperkenalkan Chut sebagai cowok pemalas, kamu bisa melihat segala macam kelakuan dan perbuatannya. Ada yang berhasil merepresentasikan dia sebagai pemalas, ada yang menimbulkan kesan kalau pemalasnya si Chut ini sepertinya sudah berada di level tak tersentuh, dan ada juga yang bikin kita sudah hopeless. Sampai geleng-geleng kepala kita melihat kemalasannya. Sometimes, it is too much for depicting a lazy person. Lebih appreciate ketika Chut makan bakmi langsung dari bungkusnya daripada capek-capek bikin telor ceplok menggunakan setrikaan. Konyol betul orang ini.

Selain itu, film juga coba memasukkan kisah romansa untuk Chut. Hidup sebagai bujangan, Chut kemudian bertemu dengan seorang anak magang bernama Dear (Mansaporn Chanchalerm). Sayang, kurang dijelaskan tujuan dari karakter Dear ini, meski film berhasil membuat sebuah komedi yang punya topik pembahasan segar di awal pertemuan mereka berdua. Perkiraan mengenai Dear bisa dikatakan meleset, namun imbasnya cukup merepotkan karena peran dari karakter pendukung yang satu ini menjadi tanda tanya besar. Pada akhirnya, Dear berlalu begitu saja sebagai motivator yang memberi petuah kepada Chut. Sesuatu yang aneh jika dilakukan oleh orang yang baru dikenal, bukan sahabat atau orang dengan status emosional yang lebih intim.

‘Brother of the Year’ adalah film drama-komedi yang menghibur sekaligus mengharukan mengenai “sibling rivalry”. Ada dua bagian yang ditampilkan dengan gaya berbeda di sini, yang mana dari awal hingga pertengahan film dipenuhi oleh humor yang memunculkan gelak tawa. Sisanya, film berbelok menjadi lebih emosional, nyata dan dewasa. Perbedaannya sangat kentara karena semakin ke sini tawa penonton semakin mati, lalu terganti oleh perasaan haru yang muncul dari jalinan emosional berbentuk “love and hate relationship”. Karena pada dasarnya, sesama saudara tidak akan membiarkan salah satunya berjalan sendirian di dalam kegelapan.

Chillers bisa melihat sendiri kelakuan kakak beradik yang kerap mengundang gelak tawa ini dalam ‘Brother of the Year’ di bioskop terdekat di kota kamu.

Director: Witthaya Thongyooyong

Starring: Sunny Suwanmethanon, Urassaya Sperbund, Nichkhun Buck Horvejkul, Mansaporn Chanchalerm

Score: 8.0/10

Tags: Brother of the Yearfilm komediFilm ThailandGDH 559Mansaporn ChanchalermNichkhun Buck HorvejkulPopularSunny SuwanmethanonUrassaya SperbundWitthaya Thongyooyong
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Mission Impossible

Gawat! Anggaran ‘Mission: Impossible 7’ Membengkak Dahsyat

March 26, 2022
Before, Now & Then (Nana)

Hebat, Laura Basuki Dapat Piala di Berlinale 2022

February 17, 2022
My Boss is a Serial Killer

Sinopsis ‘My Boss is a Serial Killer’, Masa Lalu Seram Bosku

February 9, 2022
Spider-Man: No Way Home

‘Spider-Man: No Way Home’ Jadi Film dengan Pendapatan Tertinggi Kedelapan dalam Sejarah

January 11, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In