Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Berlin, Berlin: Lolle on the Run’, Bingungnya Memilih Pasangan Hidup

Adam Pratama by Adam Pratama
August 12, 2020
in Featured, Movies, Reviews
Berlin, Berlin: Lolle on the Run

© CF

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Selalu menyenangkan untuk bisa menyaksikan film dari region lainnya. Terkhusus untuk film Eropa, kesan yang selalu muncul adalah film-film itu berat. Mostly sih dari cara penyampaiannya yang cenderung realistis.

Kita jadi ingat bahwa ini adalah alasan dari salah satu festival film besar di Indonesia dalam melakukan kurasi. Eropa ingin menambahkan notion bahwa film mereka berat, sulit dicerna, dan tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.

Voila! Kemudian hadirlah film ini “Berlin, Berlin: Lolle on the Run” adalah film dari Jerman yang ditayangkan di streaming platform Netflix. Seratus persen menggunakan bahasa tutur Jerman, “Berlin, Berlin” dibintangi oleh Felicias Woll dan Janina Uhse. Ceritanya tentang seorang wanita berusia 38 tahun yang bingung menentukan pasangan hidup.

Cukup tidak menyangka, di negara semaju Jerman, hal ini ternyata menjadi sebuah pikiran. Bagaimana jika seorang wanita hidup sendiri sampai masa tua. Tidak memiliki anak, tidak memiliki keluarga sendiri, walaupun karirnya cemerlang. Lolle (Woll) adalah seorang animator yang karirnya lagi di puncak.

Perusahaannya akan diakuisisi oleh Hollywood. Naas, karir dan bahkan hidup Lolle terancam ketika pernikahannya dengan Hart (Matthias Klimsa) hancur gara-gara datangnya pacar Lolle zaman dulu, yaitu Sven (Jan Sosniok). Mulai dari sini, Lolle akan menemukan banyak hal baru seraya dengan filmnya yang ternyata tidak hanya berfokus pada kisah percintaan semata.

Berlin, Berlin: Lolle on the Run
© CF

Film ini memiliki beberapa tampilan visual yang nyentrik.  Benar-benar nyentrik. Pertama, adalah dalam membuat tahap persiapan. Film ini rely on relationship yang terjalin antara Molle dan teman-teman lamanya dulu. Maka dari itu, film akan menunjukkan flashback di masa-masa mereka masih umur 20-an.

Asiknya, tampilan ini dibuat dengan gaya 90-an mulai dari gaya berpakaian, tonalitas gambar, sampai tampilan fisik. Ini memang diperlukan sih, mengingat “Berlin, Berlin” adalah sekuel dari TV series yang hits di Jerman sana. Gaya tampilan ini juga ditampilkan beberapa kali di pertengahan masa.

Meski begitu, hal tersebut punya bayaran yang besar. “Berlin, Berlin” tidak memiliki tahap persiapan yang gereget. Relasi yang sudah terjadi dari dulu hanya dijadikan flahback dan itu masih tergolong instan. Dampak yang paling caur adalah ketika Lolle bertemu dengan Rosalie (Sandra Borgmann). Ah itu kering banget. Kita gak mendapatkan rasa terkejut karena semua diawali dengan sebuah kebetulan.

Kemudian tampilan visual yang unik berikutnya adalah split screen. Split screen nya juga termasuk yang gak tanggung-tanggung. Alih-alih layar dipotong secara diagonal seperti yang ada pada umumnya, film memotong layar sampai ke serong-serong, guys!

Ini bisa dibilang tidak lazim. Apalagi gambar yang ada kalau dilihat-lihat sering menampilkan objek yang sama, tapi cuma dibedakan aja di potongan satu untuk close-up nya sementara di potongan sampingnya adalah medium shot nya. Cukup pusing jadinya untuk melihat perpaduan gambar seperti ini.

Berlin, Berlin: Lolle on the Run
© CF

Split screen tidak bisa disamakan dengan panel-panel komik. Meski begitu, ada juga saat di mana gambar yang tersaji ternyata nyambung satu sama lain. Selain itu, salah satu fungsi split screen adalah untuk menampilkan sisi menyenangkan atau meringankan film itu sendiri. Dalam hal tersebut, pendekatan kreatif ini berhasil.

Belum selesai, tampilan unik berikutnya adalah film menyertakan karakter-karakter atau menyajikan situasi dengan animasi. Hal ini nyambung dengan profesi karakter utama yang merupakan seorang animator. Gambar-gambar karakter animasinya menarik. Terlihat keren. Bisa lah buat dibikin jadi hadiah mainan restoran cepat saji.

Kemudian ada juga saat film bereksperimen dengan cara yang ekstrim. Maksudnya adalah, mereka menggabungkan dunia manusia dengan animasi. Cara ini pada akhirnya ‘hit and miss’, di mana ada scene yang secara flow-nya sih perpindahan dari dunia nyata ke dunia animasinya smooth tapi tetap saja ini adalah dua dunia berbeda jadi kesan maksanya tetap ada.

Yang parah adalah ketika kita ada di tahap resolusi. Tahu kok kalau ini film komedi, jadi gak usah serius. Cuman gak sampai mengorbankan logika juga dong ya. Pengadeganan yang ada sangat tidak masuk akal, apalagi awalnya ditekankan bahwa karakter-karakter kartun ini merupakan bentuk halusinasi Lolle.

Masih soal animasi, ada pula animasi yang ditampilkan dalam grafis 3D. Mix and match yang sayangnya tidak oke jika ditempatkan di pertengahan cerita.

Masuk ke bagian yang paling dinanti yaitu humornya. Bisa dikatakan humornya di sini berbeda ya. Tidak ingin men-generalisir, tapi “Berlin, Berlin” humornya silly abis. Sekalinya gimmick gak tanggung-tanggung. Adu tatap-tatapan mata lah, dikejar beruang lah, sampai mendapatkan pengalaman di komunitas nudis.

Berlin, Berlin: Lolle on the Run
© CF

Paling yang jadi problem di sini adalah timing-nya. Absurd. Kita kayak gak bisa nebak kapan semua gimmick itu dilontarkan. Ini lalu ditambah juga dengan narasi di mana Sven dan Hart tentu tidak akan tinggal diam sama tindakan yang dilakukan oleh Lolle.

Kemudian kita juga mesti aware sama kemungkinan dialog-dialog sarkas yang dilontarkan. Habis itu juga akan ada beberapa scene yang menampilkan entrance scene yang dilebih-lebihkan. Sepertinya mereka memang gak mau malu-malu. Sekalinya konyol ya konyol sekalian jangan nanggung-nanggung. But yeah, masih menyenangkan.

Hal yang paling oke di sini justru adalah mengenai persahabatan. Ini terbentuk dari relationship antara Lolle dengan Dana (Janina Uhse). Memang perkenalan mereka langsung begitu cepat masuk ke dalam sesuatu yang intim. Tapi bagaimana kedua karakter itu terbuka terhadap eksposisinya membuat kita masih sudi untuk berinvestasi kepada sisterhood ini.

Kita bisa melihat bagaimana reaksi Dana terhadap kehidupan Lolle, begitu pun juga Lolle yang ingin membantu Dana. Semua dibuka sedikit demi sedikit dan diakhiri dengan cara yang, secara mengejutkan, tidak lebay sama sekali. Terdapat satu line yang cukup powerful dilontarkan oleh Dana kepada Lolle dan itu ngena banget sih.

Energi ini kemudian berhasil menyebar dan bahkan mengubah satu karakter pendukung yang awkward karena tidak memiliki cukup background jadi sesuatu yang bisa diterima.

Playful, kreatif, mencoba untuk asik dengan caranya sendiri. Tentu itu tidak salah. Hanya saja, pendekatan yang terhitung bold seperti ini seringkali jatuhnya lebay. Animasinya ada yang berhasil ada yang tidak dan itu wajar. Komedianya bukannya bikin ketawa kita malah bergumam, “Anjir gini amat komedinya?”. Cuman ya udah lah ya. Kemudian banyak pula hal yang ingin disampaikan dalam satu film.

Berlin, Berlin: Lolle on the Run
© CF

Persahabatan dan percintaannya saja prosinya sama besar. Belum lagi topik-topik sampingannya seperti kehidupan kantor, sampai social critic. Jadi lumayan pusing nontonnya. Poin-poin tersebut tumpang tindih satu sama lain jadi film ini akhirnya seperti berlari tergesa-gesa. Perasaan kurang nyaman ini turut didukung oleh timing yang tidak pas.

Sangat mudah sekali sesuatu berubah dari titik satu ke titik lain. Dikhawatirkan jika begini audiens akan bingung mana yang menjadi perhatian utama “Berlin, Berlin”. Perpindahan dari konflik tentang galau orang dewasa, ke mengenai kehidupan, lalu mengenai menjaga persahabatan disajikan secara kasar.

Pemeran antagonisnya? Yah, masa iya sih masih mau mengharapkan sesuatu yang memorable dari unsur tersebut dari film seperti ini? Kita aja gak tau si Lolle bakal milih siapa soalnya doi masih labil hehehe…

 

Director: Franziska Meyer Price

Casts: Felicitas Woll, Janina Uhse, Sandra Borgmann, Matthias Klimsa, Jan Sosniok, Kai Lentrodt

Duration: 80 Minutes

Score: 6.0/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

Berlin: Lolle on the Run

6 Score

Menyusul serial TV-nya yang populer, di sekuel bergaya film ini Lolle telah melupakan Sven dan akan menikahi temannya, Hart. Namun, Sven merusak rencana itu.

Review Breakdown

  • Acting 0
  • Cinematography 0
  • Entertain 0
  • Scoring 0
  • Story 0
Tags: BerlinBerlin: Lolle on the RuncineverseFelicitas WollFranziska Meyer PriceJan SosniokJanina UhseKai LentrodtLolleMatthias KlimsaNetflixReview BerlinSandra Borgmann
Adam Pratama

Adam Pratama

Founder Cinemania ID, now becoming Co-Founder of Cineverse. Batch 2 @mrabroadcastingacademy, Batch 4 adv class @kelaspenyiar_id. @imsi_fibui @fibui_basketball

Related Posts

stranger things season 4

Siap Tayang, Ini yang Harus Diketahui dari ‘Stranger Things’ 4

May 26, 2022
Cyber Hell: Exposing an Internet Horor

Review Dokumenter – ‘Cyber Hell: Exposing an Internet Horror’

the gray man

‘The Gray Man’ Tunjukkan Para Karakter Utama Lewat Poster Baru

May 25, 2022
Stranger Things 4 Volume 1

Yuk Intip, Trailer Terbaru Serial ‘Stranger Things’ Season 4

May 24, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In