Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Artemis Fowl’, Adaptasi Disney yang Lagi-Lagi Gagal

Adam Pratama by Adam Pratama
June 17, 2020
in Featured, Movies, Reviews
Artemis Fowl

Nicola Dove - © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Our world has never been in more danger. Human greed is what drove us underground all those years ago, to escape from your rapacious appetite. I warn you, boy, you are not prepared for the truth behind what you seek. Now you will believe, Artemis Fowl.” – Commander Root.

 

Film yang diangkat dari seri novel ini akhirnya dirilis juga di platform Disney+. Sebuah keputusan yang cukup mengejutkan juga karena film memiliki elemen fantasi, sebuah elemen yang berpeluang bikin film terlihat menarik di layar lebar. Belum lagi “Artemis Fowl” sendiri namanya sudah lumayan kuat.

Novelnya memiliki banyak pembaca, dan tentu mereka akan menunggu seperti apa versi nyata dari cerita yang sarat akan peri tersebut ditampilkan lewat medium film. Cukup mengejutkan, di awal masa, film malah memperkenalkan kita bukan dengan karakter utama.

Yang keluar justru karakter Hagrid, eh maaf, Mulch Diggums. Ga kenal ya? Well, ia adalah sesosok Dwarf yang diperankan oleh Josh Gad. Ia diceritakan tertangkap, lalu dibawa untuk interogasi. Nah, di sana lah Mulch baru menceritakan semuanya.

Keliatan betul kalau dari sini kemungkinan plot nya tidak linier dan film memanfaatkan penceritaan dari sudut pandang orang ketiga. Sebelum masuk lebih dalam, kita akan mengomentari dulu bagaimana tampilan Josh Gad di sini. Oh my god. Ia seperti Hagrid KW super, guys! Cuma beda tinggi doang, sisanya sama. Rambutnya, tambunnya, pakaiannya, persis mirip. Jelas ini sudah merupakan sebuah turn off.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Kemudian soal tampilan sinematik. Ketika Mulch diinterogasi, pilihan visual tertentu akan muncul dengan jelas. Sayang, pilihan ini tidak jelas maksudnya. Style over substance. Penceritaan. Kisah ini tanpa ba-bi-bu langsung menuju ke masalah utama.

Ketika Artemis Fowl Sr. (Colin Farrell) pergi menjalani sebuah misi, meninggalkan anaknya, Artemis Fowl Jr. (Ferdia Shaw) seorang diri. Suatu hari, sang ayah ditangkap oleh penjahat tak berwajah. Arty kemudian dikasih tugas untuk menemukan benda berharga.

Oke. Meski film langsung to the point ke cerita, mereka sempat menyertakan sedikit eksposisi yang sayangnya tidak membantu. Melihat ke ceritanya, relationship yang paling utama di sini adalah mengenai ayah anak. Jadi, sebaiknya film memerhatikan hal itu dari awal sampai akhir.

Apes, di awal film saja kita tidak melihat kedekatan itu. Tau-tau Arty langsung menodong ayahnya terkait pertanyaan misi. What? Apa-apaan ini? Prematur sekali! Bonding ayah-anak ini hanya dituliskan biar sekedar tahu saja, tanpa adanya kedalaman emosi sehingga audiens bisa menginvestasikan diri.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Lebih buruk lagi, formula yang sama juga secara luar biasa diterapkan kepada arc dari karakter pendukungnya, sesosok peri bernama Holly Short. Padahal di satu titik film bisa memberikan keterkaitan yang masuk akal terhadap dua karakter ini. Tapi build-up nya tidak ada sama sekali.

Akibatnya film tidak memiliki emosi. Kentang abis. Kayak, ya udah yang penting jalan aja. Interaksi antar karakter seperti tidak memiliki nyawa. Kalau kata anak zaman sekarang, “artificial”. Kemudian sepertinya memang karakter utama ini di-desain memiliki kepribadian yang tidak menarik.

Apa yang ada dalam diri Arty semuanya adalah sesuatu yang membosankan. Anak orang kaya yang cerdas, tertutup, terkesan cool, sarkas. Itu udah biasa banget. Kita tidak melihat Arty punya sifat-sifat yang membuat dirinya menarik, humor misalkan. Nihil.

Udah gitu mungkin tuntutan naratifnya membuat karakter ini harus terlihat stoic, jadi lah akting yang ditampilkan juga kaku abis. Kehampaan emosi ini mencederai film di banyak aspek. Yang paling awkward adalah ketika film mesti menampilkan adegan yang sedih. Aduh, benar-benar menyedihkan. If you know what i mean.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Melihat “Artemis Fowl” seperti melihat potongan demi potongan novelnya disambungin begitu saja. Mana aja bagian yang dianggap penting, kumpulkan, jahit. Padahal cerita kayak gini punya kompleksitas yang mesti digali biar lebih gereget lagi.

Sama halnya juga dengan konflik. Konflik utama di sini tidak memiliki rancangan yang baik. Tiba-tiba langsung meledak aja. Apalagi arah datangnya konflik jika diseret dari sudut pandang karakter pentingnya juga sepertinya tidak berasal dari titik poin yang sama sama.

Arty berangkat dari ayahnya yang menghilang, sementara Holly Short bersama dengan para peri berangkat dari masih belum ditemukannya pusaka itu. Sebaiknya, dari pihak peri, mereka juga mengetahui akan apa yang terjadi kepada Fowls. Jadi interkoneksi pun terjalin sehingga kita bisa lebih penasaran sama intrik di tahap konfrontasi.

Nampaknya juga tidak apa-apa jika film menambah running time nya menjadi sedikit lebih banyak karena ceritanya memang sudah kompleks, baik dari segi ‘character’s arc’ maupun dunia yang ingin ditunjukkan.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Pada akhirnya semua akan bergantung pada Josh Gad yang ditunjuk sebagai narator. Lewat aktingnya “Artemis Fowl” masih bisa membuat gelak tawa. Ini orang emang jago banget ngelucu, bahkan dengan penampilan yang sangat tidak lucu.

Cukup mengejutkan unsur humor justru yang agak menyelamatkan film dari jurang nestapa. Mungkin itu juga alasannya mengapa Josh Gad lah yang ditunjuk untuk menceritakan semua. Karena dia adalah cast yang paling berharga dan yang paling cemerlang juga di sepanjang film.

Judi Dench? Ia tidak dapat berbuat banyak selain menampilkan aura yang tegas. Bagaimana dengan karakter villain-nya? Useless abis. Yang bos besar cuma bisa nelpon sambil nuntut-nuntut doang. Henchmen-nya tidak memiliki penulisan yang menarik. Ia hanya menjadi tipikal mata-mata dengan sifat yang sudah biasa.

Bagaimana ia menjadi sosok yang mengancam tidak terasa sama sekali. Cara kalahnya pun lebih hina dari istilah “gitu doang”. Ini semakin buruk karena untuk bagian akal bulus penjahat, film memanfaatkan batasan informasi terbuka. Makin gak gereget lah.

Unsur production value memang menjdi jualan utama. CGI ditampilkan cukup oke mengingat film harus mengajak penonton jalan-jalan ke dunia peri. Memang, cerita tentang dunia ini secara lebih mendalam tidak ditampilkan, namun tampilannya gak malu-maluin lah. Futuristiknya masih dapet.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Yang paling berasa adalah ketika film mengeluarkan teknologi semacam “Time Freeze”. Di sini kita akan melihat sinematografi yang asik karena sesuai dengan tuntutan naratifnya, wilayah yang di-freeze akan menjadi sangat sangat lambat. Seperti ketika menonton aksi Quicksilver di film ‘Days of Future Past”.

Nah, saat terjadi konfrontasi, freeze yang ada dilakukan sebaliknya. Ini lalu dijadikan tools untuk membuat film memunculkan situasi genting dengan looks yang cakep. Cuman bukan berarti tidak ada flaws di aspek visual ini. Selain beberapa karakter masih terlihat kasar, ada juga karakter yang bentukannya nampak kurang real. Adegan pertarungannya masih terhitung aman karena tetap thrill lewat penggunaan alat-alat canggih dan skala ancur-ancuran yang tinggi.

Sebagai film awal dari sebuah novel yang ternyata memiliki fanbase, harusnya “Artemis Fowl” bisa lebih dari ini. Sayang banget, hasil akhirnya sangat mengecewakan, yang mungkin hanya bisa membuatnya diperluas dalam ranah series saja.

Artemis Fowl
Nicola Dove – © 2019 Disney Enterprises, Inc.

Cerita dibangun terlalu buru-buru dan emosi antar karakter penting tidak gereget. Dua poin negatif yang sangat fatal, dan sungguh mengakibatkan kerugian besar. Harusnya kesempatan pertama tuh mesti “all out”. Ehh, ini malah memble.

Detail mengenai peri cukup memberi harapan, walaupun pada akhir jadi palsu juga. Akhir cerita mengisyaratkan rencana sekuel, which is mudah ditebak. Tapi jika film pertamanya aja seperti ini, kita juga jadi males untuk melihat apa yang akan ditawarkan dalam film berikutnya, Artemis ‘fall’.

 

Director: Kenneth Branagh

Casts: Ferdia Shaw, Lara McDonnell, Josh Gad, Judi Dench, Nonso Anozie, Tamara Smart, Colin Farrell, Nikesh Patel

Duration: 95 Minutes

Score: 5.5/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

Artemis Fowl

5.5 Score

'Artemis Fowl' menceritakan seorang anak dari kriminal, yang memburu kelompok peri rahasia untuk menemukan ayahnya yang hilang

Review Breakdown

  • Acting 0
  • Cinematography 0
  • Entertain 0
  • Score 0
  • Story 0
Tags: Artemis FowlcineverseColin FarrellDisneyFerdia ShawJosh GadJudi DenchJuventus WisnuKenneth BranaghLara McDonnellNikesh PatelNonso AnozieReview Film Artemis FowlStreamingTamara Smart
Adam Pratama

Adam Pratama

Founder Cinemania ID, now becoming Co-Founder of Cineverse. Batch 2 @mrabroadcastingacademy, Batch 4 adv class @kelaspenyiar_id. @imsi_fibui @fibui_basketball

Related Posts

The Mandalorian 3

Yeayy, ‘The Mandalorian’ Akan Hadir dalam Versi Komik

May 24, 2022
Doctor Strange 2

‘Doctor Strange 2’ Lampaui 800 Juta Dolar AS di Box Office

May 23, 2022
Elton John

Karir Musik Elton John Akan Hadir di ‘Goodbye Yellow Brick Road’

May 22, 2022
No Exit

Review Film: ‘No Exit’

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In