Apa Itu Filosofi “Urip Iku Urup” di Film ‘Kembang Api’?

'Kembang Api' yang merupakan adaptasi '3ft Ball & Souls' telah tayang 2 Maret di Bioskop

kembang api

© Falcon Pictures

Kata-katanya mencuri perhatian dalam film ‘Kembang Api’, “Urip Iku Urup” ternyata mempunyai arti yang mendalam.

 

[Artikel ini mengandung spoiler untuk film ‘Kembang Api]

 

Falcon Pictures kembali merilis film terbarunya yang berjudul ‘Kembang Api‘. Merupakan adaptasi dari film Jepang yang berjudul ‘3ft Ball & Souls’, ‘Kembang Api’ bercerita tentang sekelompok orang yang berkumpul untuk mengakhiri hidupnya bersama dengan cara meledakkan kembang api yang dirakit oleh Langit Mendung, nama samaran yang dipakai oleh karakter yang diperankan Donny Damara

Selain Langit Mendung, kelompok tersebut termasuk Tengkorak Putih (Marsha Timothy), Anggun (Hanggini), dan Anggrek Hitam (Ringgo Agus Rahman). Namun, setiap kali mereka mencoba, mereka akan selalu kembali ke saat di mana mereka berkumpul.

Kembang api yang akan dijadikan sebagai bom bunuh diri itu merupakan satu hal yang penting di film ini. Kembang api tersebut berbentuk bola besar yang ledakannya digadang-gadang mampu menandingi tingginya gedung Monas.

Saat menonton ‘Kembang Api’, kami diajak untuk berkenalan dengan 4 karakter yang berkumpul di sebuah gudang dengan bola besar yang bertuliskan “Urip Iku Urup”. Tetapi, apa arti kata yang tercetak itu? Yuk kita bahas.

© Falcon Pictures

Menurut Website Resmi Kalurahan Hargorejo, “Urip Iku Urup” awalnya berasal dari Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, di mana Urip berarti Hidup dan Urup artinya nyala. Tetapi, nyala yang seperti apa?

Mengutip laman Duta Damai Yogyakarta, jika ditafsirkan secara umum, kata “nyala” dapat merujuk pada sifat dari api. Keberadaan api dalam kehidupan merupakan sesuatu yang esensial setidaknya seperti sifat “nyala” yang memiliki arti untuk penerangan kehidupan. Ibaratkan lilin yang menyala menerangi gelapnya malam, selalu ada manfaat yang dapat kita rasakan. Bahkan pusat tata surya, yaitu matahari, tentu saja memiliki sifat nyala ibarat api. 

Jadi, “Urip Iku Urup” dapat diartikan sebagai hidup yang hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, seperti nyala lentera yang dapat menerangi sekitarnya. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat.

Sama halnya dengan yang dikatakan Anggrek Hitam atau yang bernama asli Raga, tulisan tersebut bersifat ironi, karena mereka menggunakan “nyala”nya kembang api justru untuk mengakhiri hidup mereka. Namun, tak disangka, filosofi itu juga lah yang pada akhirnya membawa mereka kepada kesempatan kedua dalam hidup. Memberikan kesempatan pada mereka untuk kembali menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekelilingnya.

Filosofi tersebut mungkin memang berasal dari Jawa kuno, tetapi keberadaannya tidak akan lekang oleh waktu. Artinya, kita masih dapat mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari.

Exit mobile version