Siapa yang tidak tahu kedua serial fenomenal ‘Chernobyl’ dan ‘The Terror’? Kedua serial ini memiliki porsi mengerikan yang berbeda.
Keduanya tampak tidak memiliki banyak hubungan dari segi cerita satu sama lain. ‘Chernobyl’ mendramatisir bencana nuklir yang beberapa aspeknya mengambil sebagian besar fakta dan artistik, sedangkan ‘The Terror’ adalah kisah horor ekspedisi seseorang bernama John Franklin yang hilang oleh kekuatan supernatural dari seekor beruang kutub.
Ternyata kedua cerita ini memiliki kesamaan daripada sekelompok karakter di dalamnya. ‘Chernobyl’ bukan termasuk film horor, namun horornya terbentuk dari ketakutan penonton yang mencekik, membuatnya memiliki ‘’ yang sama dengan ‘The Terror’ yang mengerikan dan membawa penonton ke dalam dunia es.
Keduanya menggambarkan keangkuhan manusia dengan cara mereka masing-masing, terutama keangkuhan kekuatan global di balik bencana mereka masing-masing.
‘The Terror’ adalah tentang tradisi panjang narasi tentang imperialis, baik penakluk yang menyerah pada perjalanan sungai yang mengerikan (‘Aguirre’, ‘The Wrath of God’) atau pemukim Australia yang ornamen bergaya Victorianya meghilang ke alam liar (‘Picnic on Hanging Rock’).
Hal-hal ini menjadi contoh bagaimana ketidakpedulian alam terhadap rencana yang paling baik.
Tapi, tidak sama dengan cerita lainnya, ‘The Terror’ berdasarkan sebuah kisah nyata yaitu The Story of Erebus and Terror, dua kapal laut Britania yang berlayar 1845 untuk menemukan Northwest Passage melalui Canadian Arctic dan tidak pernah kembali.
Yang terjadi di ‘The Terror’ serta di novel aslinya tahun 2007 tidak sepenuhnya murni, banyak dugaan dan fantasi. Namun, kenyataan bahwa ‘The Terror’ berasal dari kisah nyata, dengan orang-orang nyata membuatnya menjadi resonasi yang mengerikan.
Keangkuhan ini disimbolkan oleh Sir John Franklin yang diperankan Ciaran Hinds. Sir John seorang pria yang terlalu percaya diri. Keinginannya untuk meninggalkan warisan positif akhirnya mengarah pada kehancurannya. Dalam novelnnya, tidak sulit menggambarkan John sebagai seorang pemabuk arogan, namun tidak di ‘The Terror’.

Disini, ia digambarkan lebih menarik lagi dengan ketragisannya. Ciaran Hinds memerankan sosok John Franklin sebagai orang yang hangat dan optimis, meyakinkan para bawahannya dan berbicara tentang keyakinannya pada nature’s writer akan membuka jalan bagi sebuah petualangan seumur hidup.
Bahkan ia menunjukkan sikap yang optimis dan berani dan meyakinkan krunya ketika situasi semakin memburuk. Tetapi, bagaimanapun, Ratu maupun negara tidak bisa membantunya, ketika ia berhadapan langsung dengan beruang kutub yang mengerikan. Sang Royal Navy mati dalam keadaan panik dan menderita, jauh dari peradaban manusia.
Begitupun para krunya, mati oleh beruang atau mati kedinginan dengan cuaca yang ekstrem. Keracunan makanan akibat penyimpanan yang buruk serta hilangnya kewarasan terjadi pada kru lain seprti Dr. Stanley yang membakar dirinya sendiri.
Selain itu terjadi pemberontakan, pembunuhan, kanibalisme yang tak terhindarkan di antara mereka. Captain Francis Crozier (Harris), menjadi satu satunya yang selamat dari cerita ini. Ia adalah orang Irlandia yang dikucilkan oleh orang-orang yang merasa lebih tinggi daripadanya.
Ini bukan kali pertama John Franklin memimpin sebuah ekspedisi dan bukan kali pertama dia ada di ekpedisi Arktik. Ini adalah sesuatu yang berbahaya dan semua kru tahu akan hal ini.
Namun, mereka menaruh keimanan mereka pada Tuhan dan negara, walaupun alam tidak memperdulikan keimanan mereka. Tepat sebelum ia dibunuh oleh si beruang (Tuunbaq), Blanky (Ian Hart), ia menemukan perairan beku yang mereka cari, Northwest Passage yang misterius ke Pasifik.
Hal itu adalah akhir dari perayaan mereka, namun juga sebagai pengingat pahit tentang ekspedisi ini. Kematian mereka adalah untuk sebuah rute perdagangan yang lebih cepat yang tidak akan mungkin dilakukan selama berabad-abad.
Berbeda dengan ‘The Terror’, ‘Chernobyl’ berada pada waktu dan negara serta keangkuhan yang berbeda. Jika ‘The Terror’ meliihat Kerajaan Inggris bermain-main untuk memperluas pengaruhnya, maka ‘Chernobyl’ memperlihatkan Uni Soviet yang berusaha mempertahankan apa yang sudah dimilikinya.
Karena, di dunia nyata, ‘Chernobyl’ adalah salah satu bencana yang menyebabkan bubarnya Uni Soviet. Seperti halnya ekspedisi yang dilakukan Sir John Franklin, pasti akan terjadi pada akhirnya, sesuatu seperti Chernobyl tidak dapat dihindari.

‘Chernobyl’ selalu dianggap sebagai serial horor karena tampilannya yang mengerikan soal efek radiasi, suara-suara mendesis dan goresan seperti dalam game Silent Hill, serta paparan yang menyebabkan sebuah tampilan seperti tentakel Cthulhu.
Radiasi nuklir yang terjadi sangat mengerikan, sama menakutkannya dengan lingkungan yang memungkinnya terjadi, dan ini membuat ceritanya lebih buruk.
Kejahatan yang ditampilkan dalam film, seperti peringatan-peringatan yang diabaikan, keamanan yang disabotase, dan kepentingan politik yang membahayakan manusia, membuat penonton tidak berkutik.
Serial ‘Chernobyl’ menggambarkan sebuah kegagalan, paranoia, dan ketidakjujuran dimana semua aspek lingkungan berantakan, bahkan sampai ke perangkat pemerintahan yang kejam.
Di mana-mana ditemukan kebohongan, omong kosong, jaminan palsu dan propaganda, serta penyangkalan terhadap realita. ‘Chernobyl’ mengilustrasikan bagaimana kebohongan yang dilakukan dengan sering, bisa menjadi pemikiran magis untuk diri mereka sendiri.
Pada akhirnya, keangkuhan para penjelajah Arktik dalam ‘The Terror’ adalah keyakinan bahwa mereka bisa menaklukan kondisi alam yang ekstrem dengan keberanian dan optimisme.
Tetapi, keangkuhan Uni Soviet dalan ‘Chernobyl’ lebih dalam. Para pejabat kecil dan pejabat partai ‘Chernobyl’ percaya bahwa mereka bisa menulis realita atas kehendak mereka sendiri, dan membuat sesuatu dari perkataan mereka.
Seperti yang dikatakan Valery Legasov (Jared Harris) di ‘Chernobyl’, bahwa “every lie incurs a debt to the truth,” setiap upaya untuk menentang kenyataan hanya membuatnya ingin membuktikan suatu hal.