Bermain sebagai Karta, Andri Mashadi ungkap alasan besar mengapa ingin bergabung di film ‘Waktu Maghrib’.
Andri Mashadi merupakan salah satu aktor Indonesia yang sudah bermain di beberapa judul film atau serial terkenal. Saat ini, namanya tengah naik daun karena berperan sebagai Karta di film ‘Waktu Maghrib’.
Dalam wawancara secara eksklusif dengan Cineverse, Andri mengungkap bagaimana kesan pertama serta alasan mengapa ia ikut bergabung di film tersebut.
“First impression gue waktu ditawarin ‘Waktu Maghrib’ ya memang dari judulnya. Judulnya dekat sekali ketika dibaca. Gua rasa hampir semua orang di Indonesia pernah bersinggungan sama yang namanya waktu maghrib.”
Ia mengatakan bahwa pada saat pergantian waktu itu, banyak orang menghentikan segala aktivitas mereka tergantung mitos di daerahnya masing-masing. Jika tidak beristirahat sejenak, banyak yang percaya bahwa akan ada bahaya atau peristiwa sial yang akan terjadi.
Mitos itu pun tumbuh di dalam kehidupan sang aktor, sejak kecil bahkan hingga sekarang. Hal inilah yang membuat Andri tertarik melihat konsep dan sinopsis yang diberikan oleh sang sutradara, Sidharta Tata.
Bahkan, menurut Andri, tokoh atau karakter Karta ini cukup menantang dirinya. “Tokoh yang ditawarkan, si Karta ini, juga buat gue sendiri menarik banget karena approach-nya tidak bisa biasa-biasa aja.” ungkapnya.
Tidak hanya itu, adanya kedekatan emosional dengan sutradara membuat Andri tidak berpikir panjang untuk menerima tawaran bermain. Keduanya sudah pernah bekerja sama di serial ‘Write Me a Love Song’ dan ‘Tunnel’.
“Film ini juga diproduksi sama Rapi Films, yang mana sejauh ini gue tahu bahwa Rapi Films itu banyak memproduksi film-film horor yang ‘buat gue’ berkualitas dan gue suka nontonnya.” tambah Andri.
Baginya, ia tidak memiliki alasan untuk mengatakan tidak ketika ditawari sebuah kesempatan emas.
Ada pun film ‘Waktu Maghrib’ bercerita tentang tiga anak kecil yang tinggal di Desa Jatijajar, sebuah desa terpencil di Jawa Tengah.
Karena harus membantu keluarga di ladang, dua dari ketiga anak tersebut sering terlambat masuk sekolah. Akibatnya, mereka sering dihukum oleh seorang guru disiplin dan galak.
Suatu hari, kekesalan mereka terhadap sang guru memuncak. Bahkan, hingga disumpahi agar cepat mati saja.
Sayangnya, kata-kata kemarahan terucap bersamaan dengan berkumandangnya adzan Maghrib. Lantas, bagaimanakah nasib ketiga anak tersebut?
Jangan lupa, saksikan film ‘Waktu Maghrib’ yang sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia.