Akan Tayang! ‘Anomaly’, Film Hollywood yang Syuting di Bali

Good Form Bali, perusahaan produksi film yang berlokasi di Los Angeles dan Bali merilis film aksi fiksi sains berjudul ‘Anomaly’. Film ini disutradarai oleh Brian L. Tan serta dibintangi oleh Salvita De Corte dan Mike Lewis.

 

Hai Cilers! Para penggiat film sepertinya tak ada habisnya untuk tetap terus menghasilkan karya-karya terbarunya yang memiliki genre berbeda-beda. Kali ini film terbaru dari perusahaan produksi film, Good Form Bali, akan segera tayang perdana di Bali pada 25 Februari mendatang.

Film ini disutradarai oleh sutradara dengan pengalaman mengerjakan efek visual untuk film-film blockbuster Hollywood seperti ‘Tron: Legacy’, ‘X-Men’ dan ‘Girl with the Dragon Tattoo’.

Dibintangi oleh Salvita De Corte (‘Halfworlds, ‘Ratu Ilmu Hitam’) dan Mike Lewis (‘Foxtrot Six’, ‘Dead Mine’) film ini diproduksi di Bali bersama Joseph J. U. Taylor (‘Monkey Man’, ‘Strike Back’), Quisha Saunders (‘American Gangster’, ‘When in Rome’), dan John Walker Six.

Film ‘Anomaly’ bercerita tentang Alpha yang memimpin sebuah tim yang terdiri dari lima tentara elit yang diturunkan ke beberapa reruntuhan kuno di tengah hutan. Misi mereka adalah untuk mengamankan sebuah misteri anomali yang menunjukkan aktivitas paranormal aneh.

Apa yang biasanya jadi misi rutin menjadi sebuah misi tak terduga bagi mereka. Brian L. Tan menceritakan bahwa idenya berasal dari sebuah pemikiran.

“Saya percaya bahwa musuh terburuk kita sendiri adalah diri kita sendiri. Kita semua pernah menjadi korban sabotase diri, pemikiran berlebihan, dan keraguan diri yang disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Jadi sebagai sutradara aksi, saya pikir saya akan mencoba membuat film yang mewakili pandangan dunia saya.  Saya mengobrol dengan Zaike, penulis kami tentang tema ini, dan dari situlah Anomali lahir!”.

Untuk pendekatan genrenya di mana ia mencampurkan antara fiksi sains dan aksi, ia memberikan penjelasannya terkait pemilihan genre tersebut.

“Hal-hal terbaik dalam hidup seringkali merupakan ‘campuran’ dari dua hal yang biasanya tidak berjalan bersama. Saya suka sci-fi dan aksi, dan saya berpikir: Mengapa tidak mencoba menggabungkan keduanya untuk memberi kita yang terbaik dari kedua dunia dengan sentuhan tropis? Saya selalu terinspirasi oleh film-film sci-fi ‘membumi’ yang memiliki kaitan futuristik, tetapi masih relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan kita saat ini,” ujarnya.

Proses syutingnya yang menantang juga sangat menyenangkan bagi Brian. “Belum pernah ada yang mencoba film aksi sebesar ini di Bali sebelumnya. Kami harus menggunakan kembali banyak senjata airsoft mainan dari Jakarta (apresiasi terdalam untuk Ninja Van karena telah membantu kami).”

“Kami juga membangun seluruh portal yang tampak seperti dunia lain di tengah hutan, menemukan kamera Red Gemini kedua yang cocok dengan milik kami, bekerja selama 14 jam lurus untuk akhir pekan di tengah hutan, dan bungkus helikopter oranye menjadi hitam,” ujarnya serius.

“Film ini sangat sulit untuk dilakukan, tetapi saya dengan senang hati akan melakukannya lagi mengingat bagaimana hasilnya,” ceritanya.

Film diambil gambarnya di Bali dengan penggabungan kru dari luar negeri dan Bali. Sinematografer dan produser Austin Ahlborg yang terkenal karena mengerjakan komersial, naratif, dan dokumenter di seluruh dunia mengatakan.

“Bekerja di pulau dan budaya baru sangat unik dan menginspirasi dalam segala hal. Kami syuting di beberapa lokasi hutan liar dengan kru campuran ekspatriat dan Bali yang membuatnya sangat beragam dan menarik. Kami selalu belajar dan mengalami hal-hal baru yang membuatnya sangat segar dan menginspirasi.”

Exit mobile version