“You may think me cruel, but the real cruelty would be for me to allow you to think that you can be something you can’t.” – Stepmother Vivian.
Sudah banyak sekali kisah putri Cinderella diadaptasi ke berbagai macam versi buku, teater, film, maupun series. Kali ini, Kay Cannon akan membawa Ella yang digadang-gadang “lain daripada yang lain” karena memadukan budaya kontemporer dengan kisah klasik dan musikal beraransemenkan lagu-lagu populer dengan beberapa lirik yang disesuaikan dengan kebutuhan naskah film.
Tak hanya itu, Kay juga menghadirkan beberapa aktor dan penyanyi papan atas dalam jajaran cast dari berbagai macam latar belakang, seperti peran silang transgender, maupun aktor LGBTQ+.
Cinderella (Camila Cabello) bermimpi menjadi perancang busana andal dan membangun bisnisnya sendiri. Sementara itu, Pangeran Robert (Nicholas Galitzine) selalu dibayangi warisan takhta kerajaan dari sang ayah, King Rowan (Pierce Brosnan) yang memaksanya agar segera menikah dengan seorang putri.
Robert yang kemudian bertemu dan terkagum dengan sikap Cinderella yang mandiri, memutuskan untuk segera meminangnya. Namun karena perbedaan pendapat tentang masa depan mereka, Pangeran Robert dan Cinderella harus mencari cara agar mereka dapat bersatu tanpa mengorbankan impian masing-masing.

Ditulis dan disutradarai oleh Kay Cannon, sebagian besar isi film ini bernarasikan “emansipasi wanita” pada masa takhta King Rowan yang turut menyindir beberapa kebijakan tentang hak-hak asasi wanita dalam kemasyarakatan masa kini. ‘Cinderella’ produksi Amazon ini adalah salah satu contoh film klasik yang dibuat dengan latar budaya kontemporer.
Akibatnya, banyak sekali elemen, seperti gaya bermusik, prinsip kewanitaan, bahkan keputusan penggantian peran Fairy Godmother dengan Faboulous Godmother yang diperankan oleh Billy Porter, sempat menuai kontroversi beberapa pihak saat trailer film ini dirilis.
Perawakan Idina Menzel sebagai ibu tiri adalah salah satu contoh pemilihan cast yang tepat. Apalagi dengan genre film yang musikal seperti ini. Namun entah kenapa, sayang sekali jika tipe suara serak Camila Cabello yang memerankan karakter Cinderella, harus terasa kalah saing dengan alunan nada merdu dari Idina yang sepertinya lebih cocok menyulihsuarakan karakter utama itu.
Performa Camila pun tidak terlihat mendalami perannya ketika adegan lip-snyc berlangsung sehingga membuatnya terlihat selayaknya penyanyi yang hanya sedang syuting video klip.

Beralih ke elemen musik, mengaransemen ulang lagu populer ke dalam film membuat beberapa lagu orisinalnya justru terasa tidak mendominasi. Lagu-lagu yang berasal dari Queen, dan bahkan Ed Sheeran rupanya mengalahkan “Million to One” dengan mudah, karena lagu hasil aransemen ulang tersebut ditempatkan pada momen-momen yang lebih penting di film ini.
Terlepas dari ide pengemasannya yang terasa cukup enjoyable, Cinderella rupanya menyimpan beberapa kelemahan yang cukup fatal, terutama dalam pengembangan karakter yang tidak jelas.
Contohnya, Prince Robert yang berawal dari menjunjung tinggi “kebebasan”, lalu menjadi kolot seperti sang ayah di kala ia memutuskan bahwa Cinderella tidak akan bisa berkarir jika menjadi Ratu. Dialog yang terlalu banyak diisi candaan dan singgungan mengakibatkan arah watak karakter menjadi tidak jelas.
Hal tersebut membuat performa aktor menjadi terlihat bermain “seadanya”. Begitu pula dengan kedua aktor senior lainnya, Minnie Driver dan Pierce Brosnan yang kurang tampil maksimal dalam memerankan karakter Raja dan Ratu Kerajaan.

Sebagian besar kelemahan film ini berada pada dialog dan performa akting dari deretan cast-nya. Film terlalu memfokuskan genre film ke arah musikal sehingga membuat film ini mengabaikan beberapa detail dalam bagaimana membuat lirik lagu dapat meresap dengan baik ke dalam cerita.
Begitu pula dengan mendalami peran ketika bernyanyi yang bukan hanya sekedar lip-sync belaka. Akibatnya, menyaksikan film ini hanya seperti menyaksikan kompilasi video klip lagu-lagu populer saja.
Dari keseluruhan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mengambil dongeng kisah klasik sebagai materi adaptasi yang sudah dikenal banyak orang merupakan salah satu tantangan terberat untuk seorang filmmaker.
Mereka harus mencari cara agar film terbaru lebih menonjol dari adaptasi serupa yang dibuat sineas lainnya. Itulah yang juga dihadapi oleh film ‘Cinderella’. Film terbaru versi Kay Cannon ini terasa cukup personal.

Sebagian besar kontennya yang mengarah pada ‘kehendak bebas’ para wanita dan ‘kebanggaan’ terhadap diri sendiri menjadi salah satu unsur yang membedakan film ini dengan adaptasi ‘Cinderella’ lainnya.
Akan tetapi, upaya untuk memadukan kisah klasik berlatar dongeng klasik dengan unsur budaya kontemporer itu belum disajikan secara mendetail, terlebih untuk konsistensi karakterisasinya.
Director: Kay Cannon
Cast: Camila Cabello, Nicholas Galitzine, Idina Menzel, Billy Porter, Minnie Driver, Pierce Brosnan, Charlotte Spencer, Maddie Baillio, Tallulah Greive, James Corden, James Acaster, Romesh Ranganathan, Ben Smith, Jenet Le Lacheur
Duration: 112 minutes
Score: 5.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Cinderella
Cinderella merupakan versi kisah klasik seorang putri yang masih berlatarkan dunia dongeng, namun dengan paduan unsur budaya kontemporer yang cukup menyindir sudut pandang masyarakat modern terhadap emansipasi wanita.