Berikut deretan film bertema penjelajahan luar angkasa yang cukup realistis menurut perspektif ahli astrofisika.
Rasa keingintahuan yang tinggi pada manusia telah mendorong keinginan mereka untuk menjelajahi luasnya angkasa. Tak sekedar imajinasi, misi-misi antariksa pun diadakan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ambisi manusia untuk menguak teka-teki alam semesta.
Berikut ini 8 film eksplorasi antariksa yang realistis menurut Francis Rocard, seorang ilmuwan astrofisika, yang dapat memberikan gambaran kepada kita mengenai petualangan manusia dalam misi mengeskplorasi antariksa.
1. 2001 : A Space Odyssey (1968)

“Film ini memungkinkan kita untuk menontonnya berulang-ulang agar dapat memahami semua kode pesan yang disampaikan didalamnya,” Francis Rochard.
Film yang disutradarai oleh Stanley Kubrick ini dirilis lebih dari setengah abad yang lalu. Meskipun demikian, film tersebut tetap dapat memperlihatkan unsur modernitasnya hingga saat ini.
Film science-fiction yang fenomenal ini sempat menorehkan kemenangan di 16 nominasi penghargaan film, salah satu diantaranya adalah penghargaan Oscar tahun 1969 di kategori Best Effects, Special Visual Effects.
Film ini bercerita tentang tim astronot, diantaranya adalah Dr. Dave Bowman (Keir Dullea) dan Dr. Frank Poole (Gary Lockwood), yang sedang menjalankan misi antariksa dengan bantuan komputer artificial inteligent, HAL. Misi tersebut bertujuan untuk mengulik informasi asal muasal artefak misterius yang ditemukan terkubur di bawah permukaan Bumi dan Bulan.
Ketegangan terjadi di tengah perjalanan, ketika HAL menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Kejanggalan bermula ketika HAL melaporkan adanya malfungsi pada bagian pesawat antariksa, yakni unit AE-35, yang memiliki peranan utama untuk mempertahankan sistem komunikasi radio dengan anggota tim yang ada di Bumi.
Untuk menindaklanjuti laporan tersebut, Poole mengganti AE-35 dengan unit yang baru. Bowman memeriksa unit AE-35 yang digantikan, namun dia tidak menemukan adanya kerusakan pada komponen tersebut, yang artinya, HAL diduga menyampaikan informasi yang salah. Dugaan adanya kerusakan pada HAL dikonfirmasi oleh tim yang bertugas di Bumi, dan mereka memberi instruksi kepada Poole dan Bowman untuk mematikan HAL.
Meskipun demikian, instruksi tidak tersampaikan dengan baik karena adanya interupsi akibat malfungsi pada AE-35 yang baru dipasang. Akibatnya, para astronot kehilangan akses komunikasi dengan tim yang ada di Bumi, yang nantinya akan memicu timbulnya masalah demi masalah.
2. Apollo 13 (1995)

Film yang disutradarai oleh Ron Howard ini bercerita tentang sejarah misi Apollo 13. Film ini sangat realistik, bahkan menyerupai film dokumenter. Atas prestasinya, film ini berhasil memenangkan piala Oscar 1996 di 2 kategori, yakni Best Sound dan Best Film Editing, serta 26 nominasi lainnya di berbagai ajang penghargaan film.
Film tersebut menyoroti proses pengembalian astronot NASA, yakni Jim Lovell (Tom Hanks), Fred Haise (Bill Paxton), dan Jack Swigert (Kevin Bacon), di tengah kerusakan yang melanda mesin pesawat antariksa yang digunakan selama misi berlangsung.
Ketiga astronot tersebut ditugaskan untuk menjalankan misi pendaratan ke Bulan. Pada mulanya, peluncuran pesawat antariksa yang ditumpangi awak dari Bumi hingga mengorbit Bulan berjalan lancar.
Para astronot berhasil menggandengkan pesawatnya di wahana antariksa Lunar Excursion Module (LEM), dengan tujuan untuk “transit” sementara sebelum mendarat di Bulan.
Di tempat tersebut, terjadi ledakan besar akibat kerusakan tangki oksigen, menyebabkan berkurangnya persediaan oksigen yang menunjang kehidupan. Ledakan tersebut juga menyebabkan pesawat antariksa menjadi hilang kendali.
Jim Lovell melaporkan kekacauan yang terjadi kepada petugas Mission Control di Bumi, yang diketuai oleh Gene Kranz (Ed Harris). Dalam kondisi darurat tersebut, para astronot bekerja sama dengan Gene Kranz dan segenap kru untuk memikirkan strategi penyelamatan bagi ketiga astronot agar bisa kembali ke Bumi dengan selamat.
3. Marooned (1969)

Film karya sutradara John Sturges ini layak mendapat predikat film yang realistik karena mengangkat isu misi antariksa yang mungkin terjadi di dunia nyata, mengenai para astronot yang terjebak di orbit, akibat mesin pada pesawat luar angkasa yang mereka tumpangi tidak bisa menyala.
Masalah serupa sempat menjadi kekhawatiran selama berlangsungnya misi Apollo 11, yang merupakan misi pendaratan pertama manusia di Bulan. Kekhawatiran tersebut bahkan melatarbelakangi Presiden Richard Nixon untuk berpidato, menyampaikan kemungkinan para astronot tidak dapat kembali ke Bumi.
Satu tahun setelah dirilis, film ini berhasil meraih piala Oscar pada tahun 1970 untuk kategori Best Effects, Visual Effects.
Film ini mengisahkan proses penyelamatan tiga orang astronot, yaitu Jim Pruett (Richard Crenna), Clayton Stone (James Franciscus), dan Buzz Llyod (Gene Hackman), yang “terdampar” di ruang angkasa, akibat kerusakan mesin sekunder pada pesawat antariksa.
Ketua tim misi yang bertugas di Bumi, yaitu Charles Keith (Gregory Peck), memerintahkan anggotanya untuk melakukan prosedur penyelamatan selama 48 jam, meskipun berdasarkan aturan yang berlaku, misi penyelamatan tidak boleh dilakukan.
Keselamatan para astronot semakin terancam ketika misi penyelamatan dinyatakan tidak dapat dilakukan, karena buruknya cuaca saat itu. Dalam kondisi yang mendesak, para teknisi misi harus memutar otak agar dapat memulangkan ketiga astronot dengan selamat sampai ke Bumi.
4. Hidden Figures (2014)

‘Hidden Figures’ merupakan film biografi yang disutradarai oleh Theodor Melfi dan dibuat berdasarkan kisah nyata yang sebelumnya dituangkan di dalam buku non-fiksi berjudul sama, karangan Margot Lee Shetterly.
Berbeda dengan ketiga film yang dijelaskan sebelumnya yang berfokus pada permasalahan para astronot selama menjalankan misi, film ini bercerita tentang kisah “di balik layar” dari peluncuran astronot John Glenn menuju orbit.
Film yang berlatar di era perlombaan luar angkasa (space race) antara Rusia dan Amerika Serikat (NASA) ini, menggambarkan perjuangan tiga ahli matematika perempuan Afrika-Amerika, yang banyak berkontribusi dalam perhitungan orbit. Kala itu, komputer perhitungan orbit belum berkembang, sehingga peranan perempuan-perempuan cerdas tersebut sangat krusial, hingga mereka dijuluki sebagai “human computer“.
Dalam menjalani karirnya, perempuan-perempuan cerdas ini harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk diskriminasi gender dan ras. Lingkungan kerja yang kala itu didominasi oleh laki-laki dan orang-orang berkulit putih, membuat mereka harus bekerja lebih keras agar karya mereka lebih diakui dan dihargai.
5. First Man (2018)

‘First Man’ merupakan film biopik karya sutradara Damien Chazelle, yang menceritakan kembali misi Apollo 11 untuk mendaratkan manusia pertama di Bulan, yaitu Neil Armstrong, dari persepektif anaknya. Film ini dibuat berdasarkan sebuah buku karangan James R. Hansen yang berjudul ‘First Man : The Life of Neil Armstrong’.
Film ini menuai banyak pujian, terutama dari sisi akting para pemain, penataan musik, dan scene proses pendaratan manusia di Bulan. Meskipun demikian, Francis Rochard mengatakan penampakan permukaan Bulan di dalam film tidak realistik.
Film ini sukses meraup total 196 nominasi dan 32 kemenangan di berbagai ajang penghargaan film. Salah satu prestasi yang diraih oleh film ini yaitu memenangkan piala Oscar tahun 2019 untuk kategori Best Achievement in Visual Effect.
Film ini mengambil latar di awal tahun 1960-an, ketika NASA berniat menjalankan misi paling berbahaya dengan mengirimkan beberapa teknisi, salah satunya yaitu Neil Armstrong (Ryan Gosling), untuk melakukan pendaratan di Bulan. Dalam film ini, kerpribadian dan hubungan antara Armstrong dan keluarganya mendapat sorotan.
Mendekati hari ketika Neil harus meninggalkan Bumi, dia sangat fokus pada persiapannya untuk menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan, hingga hubungan dengan keluarganya pun merenggang.
Selain itu, istri Neil, Janet Armstrong (Claire Foy), beserta putranya yang masih kecil harus menerima resiko kemungkinan bahwa Neil tidak bisa kembali ke Bumi.
6. Gravity

Film yang disutradarai dan diproduseri oleh Alfonso Cuaron ini mengangkat topik yang relevan dalam misi antariksa, yaitu mengenai efek Kessler, yang merupakan skenario dimana tumbukan antar pecahan materi di ruang angkasa (space debris) dapat memicu tumbukan lain seperti efek domino.
Tumbukan yang terjadi secara berulang akan memperbanyak space debris yang ada, sehingga peluang terjadinya tumbukan akan semakin meningkat.
Pada saat perilisan, film ini banyak menuai pujian dalam hal penyutradaraan dan visualisasinya. Film ini bahkan terpilih sebagai salah satu dari daftar Movies of The Year oleh American Film Institute (AFI). Selain itu, sebanyak 237 nominasi penghargaan film berhasil dimenangkan oleh film science-fiction satu ini. Beberapa diantaranya adalah piala Oscar tahun 2014 di kategori Best Achievement in Cinematography, Best Achievement in Directing, Best Achievement in Film Editing, Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score, Best Achievement in Sound Editing, Best Achievement in Sound Mixing, dan Best Achievement in Visual Effects.
Film ini bercerita tentang seorang teknisi bio-medikal, Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock), yang menjalankan misinya menggunakan pesawat antariksa STS. Ditemani oleh Matt Kowalski (George Clooney), seorang astronot veteran, mereka melaksanakan tugasnya untuk memperbaiki Hubble Space Telescope.
Ketika sedang menjalankan tugasnya, mereka berdua secara tiba-tiba memperoleh instruksi dari tim Mission Control (Ed Harris) untuk segera kembali ke STS. Tim mengabarkan kepada mereka bahwa terdapat pecahan dari peluru kendali Rusia yang menumbuk sebuah satelit yang tidak beroperasi, menyebabkan kerusakan berantai pada satelit-satelit lainnya.
Selain itu terdapat pecahan berukuran besar sedang bergerak menuju posisi kedua orang tersebut. Kejadian ini diperparah ketika komunikasi dengan tim Mission Control terputus.
7. The Martian (2015)

Film berikutnya adalah ‘The Martian’ yang disutradarai oleh Ridley Scott. Film science-fiction ini diadaptasi dari sebuah novel karya Andy Weir yang berjudul sama.
Film ini berhasil meraih 200 nominasi di berbagai ajang penghargaan film seperti Academy Awards (2016), BAFTA Awards (2016), AACTA International Awards (2016) dan banyak lagi. Selain nominasi, film ini juga memenangkan beberapa kategori penghargaan film.
Beberapa diantaranya adalah Academy of Science Fiction, Fantasy, & Horror Film 2016 kategori Best Director dan American Film Institure Awards 2016 kategori Movie of the Year.
Film ini mengisahkan perjuangan seorang astronot sekaligus ahli botani bernama Mark Watney (Matt Damon) untuk mempertahankan hidupnya di Mars. Semula, Mark Watney tidak mengunjungi Mars seorang diri, melainkan bersama beberapa rekan astronot lainnya, yang terpaksa kembali ke Bumi meninggalkan Mark lantaran kedatangan badai besar di planet Mars yang tiba-tiba.
Rekan-rekan astronot dan tim misi di Bumi mengira Mark telah gugur dan tidak dapat ditemukan jejaknya di Mars. Namun, tim segera merencanakan misi penjemputan Mark setelah menerima sinyal-sinyal yang dikirimnya ke Bumi, yang mengabarkan bahwa dirinya masih hidup.
Selama menunggu kedatangan tim penyelamat dari Bumi, Mark berusaha keras untuk bertahan hidup dengan sisa persediaan makanan yang disediakan untuk misi. Selain itu, dia juga mengembangkan budidaya kentang yang membutuhkan air dan pupuk yang saat itu tidak ditemukan di Mars, sehingga dia harus memikirkan cara agar kentang dapat tumbuh di sana.
Dalam kondisi yang sangat dingin di Mars ketika malam hari, Mark memanfaatkan radioisotope thermal generator (RTG) sebagai sumber panas portabel untuk menjaganya tetap hangat. RTG tersebut dikubur di dalam permukaan Mars oleh tim astronot karena berbahaya, sehingga Mark harus melakukan penggalian untuk dapat menggunakan RTG.
Menurut Rochard, badai besar dan penanaman kentang di Mars seperti yang diceritakan di dalam film cukup realistis, meskipun disederhanakan. Beliau juga mengatakan bahwa RTG tidak seharusnya dikubur, karena dapat menimbulkan peningkatan temperatur yang berlebihan.
8. The Dish (2000)

‘The Dish’ merupakan film asal Australia bergenre drama-sejarah (historical drama) yang disutradarai oleh Rob Sitch. Meskipun merupakan film yang kurang populer dibanding 7 film yang dibahas sebelumnya, film ini tetap menarik karena menceritakan kejadian kecil dibalik sebuah cerita besar, yaitu misi Apollo 11 tahun 1969.
Film ini berhasil memperoleh penghargaan di ARIA Music Awards (2001) kategori Best Original Soundtrack Album serta Film Critics Circle of Australia Award 2001 kategori Best Screenplay dan Best Music Score.
Film ini bercerita tentang sekelompok peneliti yang diketuai oleh Cliff Buxton (Sam Neill), yang bertugas membantu NASA selama misi Apollo 11, untuk memperoleh gambar dari jejak kaki manusia pertama yang mendarat di Bulan.
Untuk menjalankan tugas tersebut, Cliff dan timnya menggunakan teleskop radio di Observatorium Parkes, New South Walles, untuk menerima sinyal dari wahana antariksa yang mengorbit Bulan, yaitu Eagle.
Di tengah menjalankan tugas tersebut, komputer yang digunakan tim peneliti tersebut mengalami gangguan, yang menyebabkan mereka harus memanjat kubah teleskop radio untuk mengarahkan kembali antena teleskop ke arah Bulan menggunakan tangan.
Meskipun tampak seperti hal kecil, pekerjaan yang dilakukan oleh Cliff dan timnya sangatlah krusial. Tanpa mereka, NASA mungkin harus menugaskan astronom misi Apollo 11 untuk menunjukkan jejak kaki manusia pertama di Bulan melalui siaran langsung.
Halo Kak, salam kenal. Apakah boleh minta alamat email kakak atau akun media sosial kakak. Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dengan kakak. Mohon Bantuannya kak 🙏
Kalo boleh bisa kirim pesan lewat email saya kak?
ini alamat email saya kak
nindiadee16@gmail.com