Nonton film festival via YouTube? Bisa banget! Karena ada pandemi, maka sejumlah major festival di seluruh dunia menyelenggarakan festival film secara online. Namanya adalah “We Are One: A Global Film Festival” yang sudah dimulai dari tanggal 29 Mei kemarin hingga 7 Juni mendatang.
Di sini kita bisa menonton secara cuma-cuma banyak sekali film hasil kurasi festival-festival sekelas Rotterdam, Toronto (TIFF), BFI London, Cannes, Venice dan lain-lain. Belum lagi, selain pemutaran film, ada juga ‘movie talks’ bersama banyak pegiat film tenar. Beberapa nama yang ada diantaranya adalah Steven Soderbergh, Francis Ford Coppola, Bong Joon-Ho, Zhang Ziyi, dan masih banyak lagi.
Berikut adalah lima film yang sepertinya menarik untuk ditonton dari We Are One: A Global Film Festival. Berita ini pertama kali kami share di podcast Cine Talk episode ke-21. Tayang perdana di ‘opening day’ We Are One, yaitu tanggal 29 Mei 2020.
Crazy World

Sutradara: Issac Nabwana
Film action yang merupakan produk terbaru dari industri film “Wakaliwood”. Berasal dari negara Uganda, Wakaliwood adalah sebutan bagi karya-karya studio yang dibuat oleh Isaac sendiri, di mana ia berjuang untuk membuat film dengan bujet seadanya.
Eits, tapi jangan salah, walaupun bujet seadanya, film ini tidak serta merta bikin kita males lihatnya. Justru film semacam ini akan memberikan pesona dengan caranya sendiri. Untuk cerita, “Crazy World” bercerita ketika sekelompok mafia menculik beberapa anak yang jago kung-fu. Mereka dinamakan “Waka Stars”.
Eeb Allay Ooo!

Sutradara: Prateek Vats
“Eeb Allay Ooo” adalah salah satu alasan kenapa kita suka pergi dan menikmati festival. Biasanya ada saja film-film yang punya cerita out of the box. Cerita yang unik karena punya ciri khas kedaerahan tapi di sisi lain jua memiliki proximity bagi masyarakat dunia.
Bercerita tentang Anjani, seorang migran dari Delhi yang ditugaskan sebagai pengusir monyet (monkey repeller) dari gedung pemerintahan. Anjani kemudian menjadi seekor lutung dengan suaranya yaitu “Eeb”, “Allay”, dan “Ooo”.
Menurut sutradara Prateek Vats, film ini merupakan satir terhadap kemapanan, yang mana bisa relate dengan segala macam kebudayaan. “Eeb Allay Ooo!” sendiri memenangkan juara pertama di Mumbai Film Festival dan diputar di seksi “Panorama” Berlinale 2020.
Air Conditioner

Sutradara: Fradique
Satu lagi film yang berasal dari negara yang jarang sekali kita lihat karyanya. Ide dari film ini berasal dari lingkungan tempat tinggal sang sutradara, yang mana erat kaitannya dengan permasalahan infrastruktur dan akhirnya menjalar ke aspek sosial juga.
Seorang sekuriti bernama Matacedo ditugaskan untuk mencari sebuah AC (air conditioner) oleh tuannya. Tugas ini diberikan setelah ada AC yang jatuh secara misterius.
Menarik untuk melihat bagaimana film menempatkan aspek tempat pada unsur naratif. Karena, menurut Armando Bing Lao di buku “Southeast Asia Independent Cinema”, tempat memengaruhi orang lebih dari orang memengaruhi tempat itu. Tempat mendefinisikan, mencirikan, dan menantang individu.
The Iron Hammer

Sutradara: Joan Chen
Selain film fiksi, “We Are One: A Global Film Festival” juga memptesentasikan banyak film dokumenter. Buat pecinta olahraga, tentu gak boleh melewatkan film yang satu ini. Selain karena merupakan hasil kurasi We Are One sendiri, “The Iron Hammer” juga mengangkat sosok yang luar biasa tapi belum banyak dikenal.
Ia adalah Lang Ping, legenda bola voli Tiongkok. Ia adalah orang pertama dan satu-satunya yang bisa meraih medali emas di Olimpiade cabang bola voli baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Kita bisa melihat bagaimana perjuangan Lang Ping secara menyeluruh dan bagaimana ia merevolusi bola voli wanita sampai sekarang. Film ini akan diputar kembali di kanal Olimpiade akhir tahun nanti.
Ricky Powell: The Individualist

Sutradara: Josh Swade
Gak lengkap kalo kita belum menikmati tontonan dari Amerika. “Ricky Powell” bisa menjadi pilihan karena kita bisa melihat bagaimana perkembangan budaya populer. Ricky sendiri adalah seorang street photographer yang berbasis di New York.
Ia sudah menjadi fotografer legendaris dan merupakan salah satu entourage dari grup band rap Beastie Boys. So, buat Chillers yang udah nonton “Beastie Boys Story” karya Spike Jonze kemarin, pas banget untuk melanjutkannya ke film ini.
Audiens akan diajak melihat bagaimana Ricky berkarya di tahun 80 dan 90-an. Mulai dari rana musik, fashion, hingga seni semuanya lengkap. Tak lupa, kita bisa belajar mengenai kehidupan lewat downside dari Ricky Powell dan kesaksian dari pesohor-pesohor yang pernah kerja bareng sama dia.
Editor: Juventus Wisnu