Ghibli seringkali mengangkat isu alam dan peperangan dengan cara majestik. Cerita rakyat dan dunia fantasinya seakan tidak berhenti di satu tema. Hal-hal tersebut menjadikan film produksi Ghibli menjadi hidangan wajib di atas meja makan para penggemar film.
Cilers mungkin sudah tidak asing dengan Studio Ghibli. Studio animasi asal Jepang ini sering memproduksi film-film masterpiece yang terus-terusan dibicarakan meski sudah tayang nyaris setengah abad lalu. Contohnya saja ‘My Neighbor Totoro’, ‘Grave Of The Fireflies’ dan ‘Kiki’s Delivery Service’.
Selain karena estetika yang tidak lekang waktu, Ghibli juga seringkali mengangkat isu alam dan peperangan dengan cara majestik. Cerita rakyat dan dunia fantasinya seakan tidak berhenti di satu tema. Hal-hal tersebut menjadikan film produksi Ghibli menjadi hidangan wajib di atas meja makan para penggemar film.
Kali ini, Cineverse mau berbagi film-film Ghibli terbaik nih. Kira-kira ada yang jadi favoritmu juga tidak?
10. Kiki’s Delivery Service (1989)
‘Kiki’s Delivery Service’ adalah salah satu film Ghibli yang lulus tes Bechdel. Bechdel adalah sebuah tes yang digunakan untuk mengukur ketepatan sebuah karya fiksi dalam merepresentasikan wanita.
Film yang disutradarai langsung oleh Hayao Miyazaki ini bercerita tentang seorang gadis penyihir muda bernama Kiki yang mengembara bersama kucingnya Jiji. Dalam masa pelatihannya sebagai penyihir, Kiki tinggal di sebuah kota. Disana ia bertemu dengan seorang pembuat kue dan memutuskan untuk magang di toko kuenya.
Sambil terus mengembangkan sihir, Kiki bertemu dengan orang-orang yang membantunya untuk menjadi penyihir yang baik. Seperti Tombo, Ursula, dan Osono. Persahabatan, kekeluargaan dan pencarian jati diri adalah tiga ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan film ini.
9. Pom Poko (1994)
Seringkali Ghibli mengangkat isu lingkungan hidup sebagai tema utama mereka. Kali ini, lewat perspektif dari hewan penghuni hutan, Ghibli menggambarkan keserakahan manusia yang seringkali mengorbankan pepohonan untuk bisnis mereka.
Di sebuah hutan di pinggiran Tokyo tinggalah sekelompok rakun yang mampu berubah bentuk. Kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai pemerintah Tokyo melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah. Dari situlah para rakun ini bergabung untuk melawan manusia yang datang bersama alat berat mereka.
Seiring berjalanannya waktu rakun-rakun ini menyadari kalau perlawanan tidaklah mudah, dapatkah mereka merebut kembali hutan dari tangan manusia serakah?
8. The Tale of Princess Kaguya (2013)
Memenangkan kategori Best Animated Featured di penghargaan Oscar ke 87 membuat ‘The Tale of Princess Kaguya’ layak diperhitungkan dalam list ini.
Diadaptasi langsung dari cerita rakyat Jepang pada abad 10-an, film dengan grafis lukisan kuno ini bercerita tentang putri bambu Kaguya.
Seorang pemotong kayu yang miskin menemukan selongsong bambu emas di dalam hutan, dari dalam bambu tersebut muncullah sesosok bayi mungil yang kemudian ia besarkan bersama istrinya. Kaguya tumbuh menjadi gadis baik hati dan ceria, walaupun miskin, tapi hidup mereka sejahtera dan dipenuhi tawa.
Suatu hari, sang ayah kembali ke hutan dan menemukan sebuah harta karun. Ia membawanya pulang dan harta tersebut merubah kehidupan mereka. Mereka mampu membeli rumah gedong dan menjadi bangsawan. Namun, perubahan inilah yang melahirkan petaka bagi keluarga kecil Kaguya.
7. My Neighbor Totoro (1988)
Pasti banyak dari kita yang tumbuh dengan menonton film ini. Cerita tentang tiga roh pohon baik hati yang menjaga dua orang anak sangat melekat dan tidak mudah terlupakan.
Di tahun 1950an, Tatsuo Kusakabe pindah bersama kedua putrinya, Satsuki dan Mei, ke sebuah desa agar lebih mudah mengunjungi ibu mereka yang sakit. Dua putrinya mencoba untuk beradaptasi dengan keadaan desa yang serba kurang, hingga mereka pun bertemu dengan seekor kelinci raksasa dan teman-temannya yang sedang menyemai bibit pohon. Persahabatan dan petualangan dua gadis cilik bersama Totoro menjadi fokus dari film ini.
Hangat dan magis, ‘My Neighbor Totoro’ tersaji sebagai semangkuk sup kaldu di hari hujan yang mendung.
6. Princess Mononoke (1997)
Masih mengusung tema pembabatan lahan atas keserakahan mausia, ‘Princess Mononoke’ kini menghadirkan seorang kesatria wanita dan roh-roh penjaga hutan.
Tidak hanya berfokus pada putri Mononoke, film ini juga menceritakan tentang seorang pria bernama Emishi yang datang ke tempat Mononoke untuk menyembuhkan kutukan dari dewa babi hutan karena telah membunuhnya. Mereka berdua pun mencoba untuk menghentikan Lady Eboshi yang ingin menguasai hutan.
Daripada saling serang lewat pertumpahan darah, ‘Princess Mononoke’ lebih mengedepankan harmoni antara manusia dan alam. Mengantarkan pesan bahwa tidak selamanya kemenangan berarti menginjak satu pihak demi kepentingan sendiri.
5. Howl’s Moving Castle (2004)
Akhir-akhir ini Howl si penyihir tampan kembali naik ke permukaan. Sosok lelaki berambut gondrong, bermata biru dengan jubah nyentrik ini digadang-gadang sebagai karakter cowok paling tampan dalam semesta Ghibli.
Terlepas dari itu, ‘Howl’s Moving Castle’ adalah tontonan wajib bagi kalian yang ingin berkenalan dengan dunia Ghibli yang penuh warna dan keajaiban. Bercerita tentang Sophie, seorang wnita muda yang dikutuk menjadi nenek-nenek oleh penyihir jahat. Dia pun bertemu dengan Howl, seorang penyihir maha hebat yang sedang kabur dari kejaran penyihir yang dengki padanya dan berkelana dalam perang.
Dalam istana berjalan milik Howl, Sophie pun perlahan-lahan membantu si pria tampan membereskan kekacauan hidupnya. Meski terkesan ringan dan picisan, sebetulnya film ini merupakan salah satu yang membutuhkan pemikiran lebih saat menonton. Jadi mungkin tidak cocok ditonton selepas lelah bekerja.
4. Grave Of The Fireflies (1988)
Satu lagi film Ghibli yang tidak cocok ditonton setelah lelah seharian beraktivitas. ‘Grave of The Fireflies’ merupakan kompilasi kemalangan dua orang anak yang kehilangan ibu-bapaknya saat Perang Dunia II.
Memenangkan berbagai nominasi penghargaan, baik dalam maupun luar negri, ‘Hotaru no Haka’ atau ‘Grave of The Fireflies ini’ menceritakan kisah hidup dua orang anak setelah perang berakhir. Mulai dari kesulitan mencari penghasilan, konflik keluarga, hingga mereka harus hidup berdua di dalam sebuah gua. Gaya bercerita Isao Takahata disini sungguh terus terang dan apa adanya. Sedari awal sudah gelap dan berkabut. Kita tidak dibiarkan menyalakan lampu selama menelusuri lorong waktu, dipaksa menelan segenggam garam karena tidak mampu berbuat apa-apa melihat Setsuko dan Seita berkali-kali terjatuh, tertimpa tangga, hingga masuk ke lubang buaya.
Buat para masokis yang menikmati aktivitas recreational crying mungkin bakal anteng nonton film ini.
3. Spirited Away (2001)
Sepertinya tidak usah dijelaskan panjang lebar mengapa Chihiro dan kawan-kawan ada di daftar ini. Begini, ‘Spirited Away’ dinobatkan menjadi film animasi Jepang dengan penjualan tertinggi dalam sejarah. Memboyong serta Best Animated Feature pada Oscar ke 75, Golden Bear dalam Berlin International Film Festival (2002) dan menjadi sepuluh besar dalam list “50 Film yang Wajib Kamu Tonton Saat Berusia 14 Tahun” versi British Film Institute.
Mantra apa kira-kira yang dilebur dalam film ini hingga mampu menyihir berjuta pasang mata yang menontonnya?
Padahal inti cerita dari ‘Spirited Away’ cukup sederhana, yakni perjuangan seorang bocah perempuan 10 tahun yang hendak menyelamatkan kedua orangtuanya setelah dikutuk jadi babi di dunia arwah. Mungkin letak bumbu rahasianya ada dalam semesta Chihiro. Mulai dari rumah bordil dan tempat mandi para siluman, kakek laba-laba, si tanpa wajah, hingga Haku, lelaki penjaga yang mampu berubah jadi naga.
Tiap orang pasti punya versi favoritnya sendiri dari film ini, kira-kira apa punyamu?
2. Nausicaa of the Valley of the Wind (1984)
Tidak lagi soal kekuno-kunoan, peperangan di masa lampau ataupun cerita rakyat, ‘Nausicaa of the Valley of the Wind’ menyuguhkan setting masa depan versi Ghibli. Meski lagi dan lagi menyoal pembabatan hutan, tapi kali ini dibungkus dengan aksi yang lebih modern.
Satu millennium berlalu setelah kehangusan Bumi dalam perang nuklir yang disebut sebagai ‘Seven Days of Fire’. Tidak banyak yang tersisa, dan manusia harus hidup bersusah payah serta serba kekurangan. Kali ini alam balas dendam. Mereka tumbuh liar dan menggeragas lahan yang ada, menyebarkan racun dan serangga mematikan hingga tidak banyak manusia yang tersisa.
Jauh dari segala kekacauan itu, tersebutlah sebuah lembah yang subur makmur dan bebas dari racun. Disana ada seorang pemimpin karismatik bernama Nausicaa. Gadis belia ini yang nantinya akan melindungi lembah dari para manusia tamak yang ingin membangkitkan senjata ‘Seven Days of Fire’.
Pondasinya cukup kuat untuk membenarkan alasan manusia melakukan pembabatan hutan, tapi benarkah hal itu jalan terbaik? Temukan jawabannya di film ini!
1. The Wind Rises (2013)
Jirou Horikoshi yang memiliki penyakit rabun jauh tidak menyerah pada mimpinya yang ingin menjadi seorang pilot. Ia pun mengemban studi di Tokyo Imperial University untuk mempelajari teknik penerbangan. Kedatangan Jirou ke Tokyo bertepatan dengan gempa besar Kanto di tahun 1932. Saat kejadian itu, Jirou sempat menyelamatkan seorang gadis pelayan bernama Naoko Satomi.
Perjalanan cinta keduanya tidaklah mudah. Jepang masih gelagapan pascaperang dunia ke II berakhir. Kerusuhan dan wabah penyakit pun merajalela. Tidak hanya itu, karena perang sudah usai mimpi Jirou untuk membuat pesawat tempur pun berada di ujung tanduk.
Mengharu biru, ‘The Wind Rises’ merupakan salah satu film Ghibli yang mendewasakan para pengejar mimpi.
Itu dia 10 film anime Ghibli pilihan Cineverse, sekarang apa pilihanmu?